Menuju konten utama

Kontribusi Coca-Cola untuk Ekonomi Indonesia di Tengah Pandemi

Sedikitnya ada 2.140 UMKM, 750 UMKM perempuan, serta 75 UMKM difabel yang telah diberdayakan oleh Coca-Cola dan kolaboratornya. 

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Januari 2021, lebih setahun sudah kasus pertama COVID-19 diketahui warga dunia. Sementara di Indonesia, kasus 01 virus Corona pertama kali ditemukan pada awal Maret, kira-kira dua minggu sebelum Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pandemi global. Setelah sembilan bulan dilanda pandemi, hampir semua lini sektor usaha perekonomian di Indonesia kena pukul, termasuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang merupakan mayoritas sektor usaha di negeri ini.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut lebih dari 64 juta unit UMKM berkontribusi terhadap 97 persen tenaga kerja sekaligus 61,07 persen terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional. Nahasnya, pandemi memberikan hantaman keras juga terhadap sektor ini. Survei Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menyatakan sekitar 70 persen UMKM terpaksa menghentikan kegiatan produksi sejak pandemi.

Dulu, sektor UMKM memang terbilang tahan banting. Namun tak seperti krisis-krisis sebelumnya, kali ini pelaku usaha mikro seperti toko dan warung kelontong turut merasakan dampak, misalnya penurunan omzet atau pendapatan. Penurunan itu disebabkan adanya kebijakan untuk membatasi aktivitas masyarakat serta berubahnya perilaku konsumen terkait dengan persepsi terhadap praktik kebersihan dan higienitas tempat berbelanja.

Memasuki kuartal ketiga 2020, seiring dibukanya sebagian aktivitas ekonomi, konsumsi rumah tangga mulai membaik meski masih mengalami kontraksi. Perbaikan ini terjadi karena pemerintah, melalui Kementerian Koperasi dan UKM, mendorong dua hal utama: protokol kesehatan dan pertumbuhan sektor mikro. Untungnya, pemerintah tidak bergerak sendirian. Banyak pihak yang turut membantu.

Kolaborasi dan Sinergi Bersama dalam Menghadapi Pandemi

Menghadapi pandemi sekaligus meningkatkan perekonomian di sektor UMKM tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Sebab itulah kolaborasi, sinergi, dan inovasi adalah kunci, sebagaimana yang dilakukan Coca-Cola. Sebagai produk yang sudah hadir di Indonesia selama lebih dari 90 tahun, Coca-Cola Indonesia menunjukkan komitmennya untuk meningkatkan kehidupan masyarakat, komunitas, serta wilayah di tanah air.

Melalui Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI), organisasi nirlaba yang didirikan bersama oleh Coca-Cola System Indonesia, mereka bekerjasama dengan berbagai lembaga dan organisasi berdasarkan tiga prioritas utama dalam sustainability (keberlanjutan), yaitu “Waste, Water, dan Entrepreneurship”. Pengembangan UMKM masuk ke dalam bidang fokus mereka bersama dengan pembangunan dan pemberdayaan SDM, lingkungan hidup yang berkelanjutan, dan bantuan bencana.

Dalam rangka percepatan pemulihan usaha UMKM khususnya sektor ritel tradisional, Coca-Cola (PT Coca-Cola Indonesia dan Coca-Cola Amatil Indonesia) sudah melakukan kolaborasi dan sinergi bersama Kementerian Koperasi dan UKM, UKM Center Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UKM Center FEB-UI), dan QASA untuk menginisiasi “Gerakan Toko BERSAMA (BERsih, SehAt, MAju)” .

“Pada saat seperti ini, kolaborasi dan sinergitas penting sekali. Pandemi berdampak ke semuanya, mulai dari mata rantai produksi, distribusi, pelaku usaha, sampai pelanggan. Ini jadi isu bersama,” kata Triyono Prijosoesilo, Direktur Public Affairs, Communication and Sustainability, PT Coca-Cola Indonesia.

Triyono menambahkan, kondisi itulah yang membuat Coca-Cola bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mempersiapkan toko tradisional agar segera bangkit.

Gerakan Toko BERSAMA merupakan konsorsium sosial dari perusahaan-perusahaan swasta yang dikelola secara independen dengan Coca-Cola sebagai pendukung awal program. Saat ini, gerakan yang dibentuk bersama QASA ini diupayakan dapat menjadi ruang partisipasi dan kolaborasi stakeholders dalam percepatan perlindungan dan pemulihan usaha UMKM terdampak COVID-19. Termasuk dalam upaya itu adalah membantu toko dan warung tradisional agar dapat bertahan di saat krisis dan terus berkembang setelahnya. “BERsih, SehAt, MAju” sendiri memang mencerminkan semangat gotong royong dari semua stakeholders yang terlibat.

“Kami melihat perlunya kolaborasi dan dukungan dari berbagai pihak untuk mengembangkan inisiatif ini menjadi lebih besar sehingga dapat memberikan dampak positif bagi pemberdayaan toko dan warung kelontong yang merupakan salah satu sektor pendukung perekonomian nasional,” kata Joko Wiyono, Managing Director QASA.

“Bersama dengan mitra kolaborasi, kami akan membentuk peta jalan untuk pengembangan konsorsium sosial gerakan ini,” sambung Joko.

Bukan tanpa alasan Gerakan Toko BERSAMA berfokus kepada toko dan warung tradisional. Berdasarkan data dari Call Center Kemenkop UKM, ada 236.980 UMKM terdampak dan permasalahan utamanya berupa penjualan/permintaan menurun, permodalan dan distribusi terhambat, dan sulitnya bahan baku; di mana pedagang eceran merupakan sektor terdampak terbesar kedua sebesar 25,33 persen.

“Gerakan ini merupakan salah satu bentuk kepedulian dan dukungan kami kepada pemerintah dan mitra usaha kami agar dapat terus menggerakkan roda perekonomian, khususnya pada sektor mikro yang sangat terdampak oleh COVID-19,” kata Lucia Karina, Direktur Public Affairs, Communications and Sustainability Coca-Cola Amatil Indonesia--produsen dan distributor resmi produk-produk bermerek dagang Coca-Cola di Indonesia.

Sebagai wujud nyata kontribusi perusahaannya, Lucia mengatakan bahwa Coca-Cola telah memberikan fasilitas pengaman berupa tirai plastik untuk kasir kepada lebih dari 200.000 toko dan warung tradisional.

Sebagai langkah awal, gerakan ini memberikan sosialisasi dan edukasi kepada pemilik toko mengenai standar operasional toko yang bersih, sehat, dan aman dalam rangka persiapan kehidupan new normal. Tahap berikutnya akan dilanjutkan dengan implementasi dan aktivasi standar operasional di toko tradisional dan kolaboratif program lainnya dalam mempercepat reaktivasi dan pemulihan UMKM.

“Ke depan, kami juga akan menyediakan akses terhadap ilmu manajemen bisnis dan keuangan. Serta akan membangun forum agar teman-teman UMKM bisa berdiskusi. Selama ini, toko-toko kelontong ini jalan sendiri-sendiri. Gerakan ini diharapkan bisa membuat mereka saling berkonsultasi dan mencari solusi,” kata Triyono.

Infografik Advertorial Coca-cola

Infografik Advertorial Kolaborasi Membangkitkan UMKM. tirto.id/Mojo

Inovasi untuk Memajukan UMKM Perempuan dan Difabel

Bulan lalu, Program Perempuan Wirausaha Tangguh dan Kreatif merayakan anniversary-nya yang pertama. Program tersebut adalah hasil kolaborasi lain Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI). Dalam hal ini, mereka berkolaborasi dengan Tokopedia dan Asosiasi Perempuan Pengusaha Usaha Kecil (ASPPUK) untuk memberdayakan ribuan pegiat UMKM, terutama perempuan dan difabel,

Kolaborasi ini juga merupakan bagian dari upaya Global Program 5by20 dari The Coca-Cola Company yang memiliki fokus untuk membantu pengusaha perempuan di seluruh rantai nilai Coca-Cola dalam mengatasi tantangan saat membangun dan mengembangkan bisnis mereka. Program 5by20 menargetkan pemberdayaan ekonomi melalui peningkatan kemampuan dari 5 juta pengusaha perempuan pada tahun 2020.

Jika Gerakan Toko BERSAMA mengedepankan kolaborasi dan sinergi berbagai pihak (mulai dari pemerintah, universitas, perusahaan, sampai konsultan); Program Perempuan Wirausaha Tangguh dan Kreatif mengedepankan inovasi.

“Kunci menghadapi pandemi adalah berkolaborasi dan berinovasi. Maka Tokopedia bekerja sama dengan CCFI dan ASPPUK, berupaya mendorong sebanyak-banyaknya pegiat usaha lokal, khususnya UMKM, mempercepat adopsi platform digital demi mempertahankan bisnis di tengah adaptasi kebiasaan baru,” kata Nuraini Razak, VP of Corporate Communications Tokopedia.

Nuraini menambahkan saat ini sudah ada hampir 9 juta penjual di platform digitalnya, dengan hampir 100 persen dari UMKM dan bahkan 94 persennya berskala ultra mikro.

“Kolaborasi yang diinisiasi CCFI dengan Tokopedia dan ASPPUK diharapkan bisa memberikan akses pendampingan bisnis agar para pegiat usaha mikro, khususnya perempuan dan difabel, dapat lebih tangguh dan kreatif dalam menjalankan usaha mereka melalui e-commerce,” kata Triyono Prijosoesilo, Direktur Public Affairs, Communications and Sustainability PT Coca-Cola Indonesia dan Wakil Ketua Pelaksana, Coca-Cola Foundation Indonesia.

Triyono menegaskan, pemberdayaan masyarakat melalui UMKM sangat penting sebab berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia yang berkelanjutan.

Wujud program di atas: 2.140 UMKM di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta mendapatkan materi edukasi berbisnis online. 750 UMKM perempuan dan 75 UMKM difabel dengan ide bisnis terbaik berkesempatan mendapatkan pendampingan lebih intensif dengan didampingi tim ASPPUK secara offline, dalam kelompok kecil, dan sesuai protokol kesehatan yang berlaku.

Salah satu yang merasakan manfaat Program Perempuan Wirausaha Tangguh dan Kreatif ini adalah Rofitasari Rahayu, Pemilik Usaha Kerajinan Wayang Sodo. Kata Rofitasari, program ini sangat membantu para pegiat UMKM terutama difabel untuk bisa meningkatkan kualitas dan pemasaran produk. “Selain itu, lewat Tokopedia, produk kerajinan saya dapat menjangkau masyarakat lebih luas.”

Pemilik Usaha Sabun Langis, Yomi Windri Asni, penerima manfaat yang berasal dari Provinsi DIY, turut merasakan hal serupa.

“Melalui program ini, saya banyak belajar tentang cara memasarkan produk secara online. Penjualan sabun Langis tercatat mengalami peningkatan sebesar 30-40% di bulan Agustus - September 2020. Kelak, saya berharap produk Langis dapat memberdayakan ibu-ibu di sekitar dan menciptakan sumber pendapatan masyarakat di daerah saya tinggal,” ujar Yomi.

Sementara itu, Pemilik Usaha Aulya Lurik, Suyatmi, juga mengungkapkan jika dia mendapat pendampingan serta wawasan baru untuk berani memulai usaha secara online. “Melalui pendampingan ini, usaha saya yang awalnya sama sekali tidak dapat menghasilkan omzet akibat pandemi, kini perlahan mulai stabil bahkan mengalami peningkatan sebesar 20-30% di bulan Agustus-September 2020,” kata Suyatmi.

Kedua program di atas menunjukkan komitmen dan kontribusi Coca-Cola untuk entrepreneurship yang berkelanjutan, terutama di tengah pandemi seperti sekarang yang menimpa UMKM. Dengan memberdayakan UMKM dan menggenjot konsumsi masyarakat, tentunya, ekonomi Indonesia dapat tumbuh sekalipun di tengah situasi tidak kondusif seperti saat ini.

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis
-->