Menuju konten utama

Konsumsi Teh Ternyata Minimalisir Risiko Demensia

Konsumsi teh secara rutin ternyata bisa mengurangi risiko menurunnya kemampuan kognitif atau biasa disebut demensia hingga 50 persen pada mereka yang berusia lanjut.

Konsumsi Teh Ternyata Minimalisir Risiko Demensia
Ilustrasi. Minum Teh. Foto/iStockphoto

tirto.id - Konsumsi rutin teh ternyata bisa mengurangi risiko menurunnya kemampuan kognitif hingga 50 persen pada mereka yang berusia lanjut, menurut sebuah studi dalam The Journal of Nutrition, Health & Aging.

Dalam studi itu, salah satu peneliti studi, sekaligus asisten profesor Feng Lei dari National University of Singapore (NUS) Yong Loo Lin School of Medicine mengatakan, risiko ini bahkan bisa turun sampai 86 persen pada mereka yang secara genetik berpotensi mengalami Alzheimer.

Efek neuroprotektif ini berasal dari senyawa bioaktif seperti katekin, L-theanine, theaflavin dan thearubigins dalam teh. Efek ini tak terbatas pada jenis teh tertentu, apakah jenis teh hitam, hijau atau oolong. Konsumsi harian setidaknya 200 ml per hari dapat membantu mengurangi penurunan kognitif.

Hasil ini didapat setelah mereka mengumpulkan data dari hampir seribu orang lansia berusia 55 tahun dan lebih di China, sejak 2003 hingga 2010. Peneliti mencatat status kognitif, konsumsi teh, gaya hidup, kesehatan kondisi, serta kegiatan fisik dan sosial para partisipan studi.

"Saya percaya manfaat kognitif yang sama karena meminum teh terjadi di semua kelompok etnis karena patologi demensia adalah sama, dan juga karena senyawa bioaktif dari teh yang sama," tutur Feng.

Terapi farmakologis yang efektif dan strategi pencegahan saat ini untuk mengobati gangguan neurokognitif masih kurang ampuh meskipun menggunakan obat-obatan yang telah diakui berkualitas.

"Data dari penelitian kami menunjukkan bahwa gaya hidup sederhana dan murah meriah seperti minum teh dapat mengurangi risiko seseorang terkena gangguan neurokognitif," kata dia seperti dilansir laman resmi National University of Singapore.

Seperti dilansir Medical Daily, peneliti mengklaim temuan ini penting karena kafein bisa digunakan dalam pengobatan demensia yang saat ini belum ada obatnya- di masa depan.

Saat ini ada sekitar 46 juta jiwa yang menderita penyakit Alzheimer di dunia, dan sebanyak 22 juta jiwa di antaranya berada di Asia. Sementara di negara maju seperti Amerika Serikat saat ini terdapat lebih dari 4 juta orang usia lanjut penderita penyakit alzheimer.

Angka ini diperkirakan akan meningkat hampir 4 kali pada tahun 2050. Hal tersebut berkaitan dengan lebih tingginya harapan hidup pada masyarakat di negara maju, sehingga populasi penduduk lanjut usia juga bertambah.

Demensia alzheimer adalah gangguan penurunan fisik otak yang mempengaruhi emosi, daya ingat dan pengambilan keputusan dan biasa disebut pikun.

Seperti disebutkan dalam laman resmi Kementerian Kesehatan, kepikunan seringkali dianggap biasa dialami lansia sehingga alzheimer seringkali tidak terdeteksi, padahal gejalanya dapat dialami sejak usia muda (early on-set demensia) dan deteksi dini membantu penderita dan keluarganya untuk dapat menghadapi pengaruh psiko-sosial dari penyakit ini dengan lebih baik.

Baca juga artikel terkait DEMENSIA atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri