Menuju konten utama

Konsorsium Changi Airports akan Kelola Bandara Labuan Bajo

Konsorsium Cardig & Changi asal Singapura akan dikelola Bandara Komodo di Labuan Bajo.

Konsorsium Changi Airports akan Kelola Bandara Labuan Bajo
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi hadir dalam pertemuan menteri transportasi Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Filipina (BIMP) di Jakarta, Jumat (6/12/2019). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/foc.

tirto.id - Pemerintah resmi menetapkan tiga pemenang proyek yang akan menggarap Bandar Udara Komodo di Labuan Bajo dengan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

Ketiganya adalah Konsorsium PT Cardig Aero Services Tbk, Changi Airport International PTE LTD, dan Changi Airports Mena PTE LTD. Changi adalah perusahaan asal Singapura yang bergerak di sektor perhubungan udara.

“Kami menetapkan konsorsium Cardig dan Changi Airport International, dan Changi Airport Mena. Investasinya Rp 1,203 triliun dengan konsensi 25 tahun,” ucap Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi dalam konferensi pers di Kementerian Keuangan, Kamis (26/12/2019).

Budi mengatakan, pembangunan Bandara Komodo akan menjadi KPBU dengan partisipasi investor asing pertama di Indonesia. Sebagai pemodal, konsorsium Cardig dan Changi memiliki tugas mendesain, membangun, membiayai, dan mengoperasikan bandara itu.

Budi menjelaskan konsorsium memiliki waktu operasional selama 25 tahun. Setelahnya aset bandara Komodo ini akan menjadi milik negara.

Berdasarkan data Kemenhub, total biaya pembangunan atau capital expenditure mencapai Rp 1,2 triliun. Sementara itu, total biaya operasional atau operational expenditure senilai Rp 5,73 triliun selama 25 tahun.

Budi mengatakan investor wajib membangun runway dalam waktu 2 tahun. Lalu terminalnya wajib diselesaikan dalam kurun waktu 4-5 tahun. Di samping itu, konsorsium ini juga menyediakan jaminan senilai Rp5 miliar bagi proyek ini.

Proyek ini memperoleh jaminan dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII). Budi juga memastikan proyek ini tidak mengandalkan APBN.

Ada pun konsorsium Cardig dan Changi ini mengalahkan dua pesaing lainnya. Mereka adalah Konsorsium Komodo dengan anggota Konsorsium: PT. Angkasa Pura II (Persero), PT Brantas Abipraya (Persero), PT Adhi Karya (Persero), Citilink Indonesia dan Muhibbah Engineering); lalu Konsorsium IWEG dengan anggota konsorsium: Egis, Wika Gedung, Interport dan PGN Solution.

President & CEO at Cardig Aero Services, Diono Nurjadin mengatakan, pembangunan bandara ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas bandara di Labuan Bajo.

Selama masa konsensi, mereka menyatakan siap melakukan perluasan terminal, peron, dan landas pacu.

Lalu tugas lain mencangkup pembangunan pembangunan fasilitas sisi darat meliputi perluasan terminal penumpang domestik, pembangunan terminal penumpang internasional; kantor dan gedung; dan fasilitas pendukung lainnya.

“Maka kami akan lakukan perluasan terminal sesuai dengan kebutuhan dan capex yang akan meningkat. Juga ekspansi peron dan run way yang akan dilakukan. Jadi memang kami ingin mencapai target dengan menaikan kapasitas,” ucap Diono dalam konferensi pers di Kementerian Keuangan, Kamis (26/12/2019).

Baca juga artikel terkait BANDARA KOMODO atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana