Menuju konten utama

Konsekuensi Mahal Doping Maria Sharapova

Perpaduan kecantikan dan kemampuannya di lapangan tenis membuat Maria Sharapova diburu sponsor. Kisah sukses itu kini ternoda oleh doping. Sponsor bernilai jutaan dolar terancam hilang. Sharapova adalah salah satu magnet tenis dunia. Kecantikannya yang alami, dipadu dengan kelihaiannya mengayunkan raket membuat Sharapova sangat dipuja.

Konsekuensi Mahal Doping Maria Sharapova
File foto – Petenis Rusia Maria Sharapova menyeka wajahnya dalam konferensi pers. ANTARA FOTO/REUTERS/John French

tirto.id - Wajah Maria Sharapova terlihat muram. Baju warna hitam yang dikenakan seolah mewakili kegusaran hati Sharapova. Wanita cantik berusia 28 tahun itu berbicara setelah International Tennis Federation (ITF) menyatakan dia gagal menjalani tes doping di Melbourne, Australia pada Januari 2016.

“Saya menerima surat dari ITF bahwa saya gagal melewati tes di Australia Terbuka. Saya bertanggung jawab penuh secara profesional atas semua itu dan saya telah membuat sebuah kesalahan besar,” ucap Sharapova mengawali konferensi persnya di Los Angeles, Senin (7/3/2015).

Sharapova mengaku mengkonsumsi meldonium, yang membuatnya gagal tes. Ia merasa bertanggung jawab dan menyesal karena membuat para fansnya kecewa. Fans kecewa, demikian pula para sponsor. Satu per satu mulai mengkaji ulang sponsor terhadap Sharapova. Jika hukuman berlanjut, bisa jadi semua sponsor akan pergi. Sharapova pun harus merelakan jutaan dolar sponsornya hilang.

Atlet Wanita Termahal

Sharapova adalah salah satu magnet tenis dunia. Kecantikannya yang alami, dipadu dengan kelihaiannya mengayunkan raket membuat Sharapova sangat dipuja. Sharapova juga menjadi idaman para sponsor. Brand-brand besar ternama kelas dunia menggunakan Sharapova sebagai ikonnya.

Pada 2004, sesaat setelah memenangkan Wimbledon pada usianya yang baru 17 tahun, Sharapova langsung menandatangani kontrak perdananya. Nike dan Prince merupakan sponsor besar pertama Sharapova. Nasib baik Sharapova tidak berhenti di situ. Setelah itu, berbondong-bondong sponsor mendatangi Sharapova mulai dari Tag Heuer, Canon, Motorola, Colgate-Palmolive, dll. Nilai kontrak dengan Nike kemudian naik hingga dua kali lipat.

Sharapova berhasil mengantongi USD 18 juta dari hadiah pertandingan, penampilan dan sponsor selama 12 bulan setelah kemenangan perdananya di Wimbledon. Sponsor berikutnya yang mendatangi Sharapova adalah Land Rover, PepsiCo, Sony.

Forbes melansir, Sharapova menerima pendapatan hingga USD 250 juta selama karier profesionalnya. Pendapatan itu berasal dari sponsor, ekshibisi, dan royalti. Jika ditambah dengan hadiah selama karier profesionalnya, total pendapatan Sharapova mencapai USD 285 juta. Sponsor terakhir Sharapova yang masuk adalah Avon, Evian, dan Head. Pada tahun 2015, Sharapova menandatangani kontrak dengan American Express untuk promosi dalam dua pertandingan US Open.

Sharapova juga melirik lini bisnis. Pada tahun 2012, Sharapova mendirikan perusahaan permen Sugarpova. Awalnya, Sugarpova hanya menjual permen. Ekspansi berlanjut pada produksi coklat. Ke depan, Sugerpova berniat ekspansi ke bisnis peralatan rumah tangga.

Tiga tahun setelah kemunculannya, Sugarpova sudah berubah menjadi sebuah raksasa bisnis. Ekspansi bisnis dilakukan ke 32 negara termasuk Vietnam, Lebanon, dan Uni Emirat Arab. Sugarpova juga sudah berpartner dengan 23 distributor global.

Cantik, muda, sukses, kaya. Itulah Maria Sharapova. Sayangnya, semua capaian itu bisa tinggal kenangan. Kasus doping akan menghentikan ekspansi pundi-pundi Sharapova.

Dibelit Doping

Kegagalannya melewati tes doping tentu saja membuat publik terhenyak. Peraih lima gelar juara Grand Slam ini menerima surat dari Federasi Tenis Internasional (ITF) pada 2 Maret lalu. Ia dinyatakan tidak lolos tes yang berarti positif doping. Untuk sementara waktu, petenis berambut pirang asal Rusia ini diskors sampai tanggal 15 Maret, sebelum ITF memberikan hukuman yang pasti pada dirinya.

Sharapova blak-blakan mengenai meldonium yang diminum sehingga tidak lolos tes. Ia mengaku mengkonsumsi obat meldonium dalam 10 tahun terakhir. “Ini atas saran dokter saya,” kata dia.

Pelarangan atas meldonium baru berlaku mulai 1 Januari 2016. Meldonium adalah obat yang biasanya diresepkan untuk orang yang mengidap penyakit jantung. Ini adalah obat anti-iskemik, yang mencegah kekurangan oksigen ke jantung, otak, atau organ lainnya. Dalam hal ini, meldonium bekerja untuk meningkatkan aliran darah.

Baru-baru ini diketahui meldonium ternyata mampu menambah daya tubuh atlet. Dilansir dari rilis WADA yang dipublikasikan Desember 2015, efek jantung yang diakibatkan meldonium dapat membantu memaksimalkan daya tahan dan mempercepat pemulihan atlet.

“Obat ini pun meningkatkan pemulihan setelah latihan, perlindungan terhadap stres, dan peningkatan fungsi sistem saraf pusat," demikian publikasi WADA.

Efek metabolik ini membuat WADA mengelompokkan meldonium sebagai zat s4 atau metabolik modulator. Status meldonium kini sama seperti insulin, yang sering dipakai juga untuk meningkatkan performa atlet.

Kepada wartawan, Sharapova bersikeras bahwa dia tidak memakai meldonium untuk peningkatan karirnya. Alasan penggunaan meldonium karena berkaitan dengan masalah kesehatan. “Saya cepat kekurangan magnesium. Saya juga memiliki irama jantung tak teratur, dan indikasi diabetes dengan riwayat keluarga diabetes," katanya.

Dilansir dari New York Times, Dr Steven Nissen, ketua departemen kedokteran kardiovaskular di Klinik Cleveland mengatakan bahwa obat ini tidak tersedia di Amerika Serikat. Tetapi sampai sekarang sering digunakan untuk mengobati nyeri dada akibat penyakit jantung yang parah di beberapa negara bekas Uni Soviet.

Meski begitu, Steven mempertanyakan apa yang dilakukan perempuan berumur 28 tahun itu amat janggal. "Penggunaan meldonium untuk seorang atlet muda yang masih sehatlah amatlah aneh," katanya.

Grindeks, perusahaan Latvia yang memproduksi meldonium, mempertanyakan hal yang sama. Mereka menyalahkan klaim dari Sharapova yang menggunakan obat itu terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang. Hal itu sudah melanggar aturan dosis yang sudah ditetapkan. Kepada Associated Press, Grindeks mengatakan periode pengobatan normal untuk pasien pemakai meldonium berjalan empat sampai enam minggu.

“Tentu saja Pengobatan dapat diulang dua kali atau tiga kali setahun. Hanya saja dokter harus mengevaluasi kondisi kesehatan pasien agar jangan mengkonsumsi meldonium dalam waktu jangka yang lama," jelasnya.

Pengacara Sharapova, John J. Haggerty mengklaim apa yang dilakukan koleganya itu merupakan perintah dokter. Namun, pernyataan dari pihak Grindeks menegaskan bahwa secara medis apa yang dilakukan Sharapova adalah kesalahan.

Satu hal yang pasti, jika Sharapova mengikuti perintah dokternya, mengapa sang dokter tidak meng-update peraturan WADA yang mengharamkan meldonium? Aturan ini sudah berlaku sejak Januari. Namun, Sharapova tetap mengkonsumsi meldonium hingga bulan Januari lalu, saat dirinya melenggang mulus ke perempat final Australian Open.

Obat meldonium yang dikonsumsi Sharapova dikenal sebagai obat anti-nyeri mildronate buatan Latvia. Obat ini secara teratur diberikan kepada pasukan Soviet pada 1980-an untuk meningkatkan stamina tentara saat berperang di Afghanistan. Hal ini diungkap sang penemu obat, Ivars Kalvins, kepada surat kabar Latvia Diena pada 2009 silam.

Sharapova tidak sendiri. Sejumlah atlet asal negara pecahan Uni Soviet lainnya juga tersandung kasus ini. Pada Senin (7/3/2016), penari es yang sempat mendapatkan medali emas di Olimpiade, Ekaterina Bobrova, gagal tes doping karena penggunaan meldonium.

Sehari berikutnya, giliran Pavel Kulizhnikov dan Semion Elistratov, speed skater yang menyusul mendapat hukuman. Dalam waktu seminggu tercatat tujuh atlet Rusia dinyatakan melakukan doping obat ini.

Selain atlet Rusia, banyak dari negara-negara Eropa Timur lain yang terjebak pada kasus sama. Salah satunya pegulat Georgia peraih perak di Olimpiade.

Dalam studi yang dilakukan WADA dengan menganalisis 8.300 sampel urin atlet, diketahui ada 182 orang atau 2,2 persen sampel tersuspensi memakai meldonium.

Sebuah studi dalam European Games 2015 di Baku, Azerbaijan, yang diterbitkan British Journal of Sports Medicine, menemukan prevalensi cukup tinggi untuk penggunaan meldonium oleh atlet. Data mereka mencatatkan, 13 peraih medali dan 66 atlet di ajang itu positif memakai meldonium.

Terancam Ditinggalkan Sponsor

Sharapova kini terancam hukuman larangan bermain selama empat tahun ke depan. Nigel Curry, seorang pakar sports marketing memperkirakan jika betul hukuman ini terjadi, maka gadis kelahiran 1987 ini akan kehilangan uang Rp1,8 triliun.

Setelah kegagalan tes Sharapova terungkap, satu per satu sponsor mulai pergi. Salah satunya Nike. Pada tahun 2010, Sharapova menandatangani perpanjangan kontrak dengan Nike selama 8 tahun dengan total nilai USD 70 juta atau sekitar USD 8,75 juta per tahun, termasuk royalti dan bonus. Nike memutuskan untuk menghentikan sementara dukungannya selama proses penyelidikan berlangsung.

Sedangkan produsen jam asal Swiss, Tag Heuer, yang membayar dia Rp37 miliar per tahun sudah berniat tak akan memperpanjang kontrak yang sudah berlangsung sejak 2004. Tag Heuer sebenarnya sedang dalam tahap renegosiasi untuk memperbarui kontrak yang habis pada tahun 2015,.

"Dengan melihat situasi terkini, brand jam tangan Swiss telah menghentikan negosiasi dan memutuskan untuk tidak memperbarui kontrak dengan Nona Sharapova,” kata juru bicara Tag Heuer.

Pada tahun 2013, Sharapova menandatangani kontrak dengan Porsche selama tiga tahun. Namun, produsen otomotif asal Jerman itu sudah memutuskan untuk menunda segala aktivitas dengan Sharapova sembari menganalisi situasi terkini terkait kegagalan tes doping.

Sponsor-sponsor lain belum memberikan komentar. Namun, jika ITF memutuskan Sharapova terbukti bersalah maka dipastikan para sponsor itu akan pergi mengingat sang bintang harus absen di dunia pertenisan selama empat tahun lamanya. Ia baru akan kembali ke dunia tenis pada usia 32 tahun. Itulah yang memunculkan spekulasi tentang pensiun dini Sharapova.

Namun, dalam konferensi persnya di Los Angeles, Sharapova sudah menegaskan tidak akan pensiun di usia muda.

“Jika saya ingin mengumumkan rencana pensiun, maka saya tidak akan melakukannya di sebuah hotel di tengah kota Los Angeles dengan karpet merah jelek itu,” canda Sharapova mengakhiri konferensi persnya.

Baca juga artikel terkait DOPING atau tulisan lainnya

tirto.id - Olahraga
Reporter: Aqwam Fiazmi Hanifan