Menuju konten utama

Kondisi Banjir Sintang: Status Darurat & Warga Butuh Bantuan

Berikut situasi terkini banjir di Kabupaten Sintang hari ini, Jumat, 14 Oktober 2022.

Kondisi Banjir Sintang: Status Darurat & Warga Butuh Bantuan
Sejumlah warga menaiki sampan saat melintasi banjir yang merendam permukiman penduduk di Kelurahan Ladang, Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Kamis (13/10/2022). ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/foc.

tirto.id - Banjir besar masih merendam Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat sampai hari ini, Jumat, 14 Oktober 2022, bahkan telah melanda 104 desa di 10 kecamatan. Totalnya, ada 43.683 jiwa yang terdampak.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sintang memberlakukan status tanggap darurat Batingsor (banjir, puting beliung dan tanah longsor) sampai 27 Oktober 2022.

"Surat keputusan tanggap darurat banjir itu nantinya akan menjadi dasar Pemprov Kalbar mengeluarkan logistik bantuan kepada daerah yang terdampak banjir," kata Kepala BPBD Sintang Bernhard Saragih seperti dikutip Antara News.

Sepuluh kecamatan yang terendam banjir adalah Serawai, Kayan Hilir, Ketungau Tengah, Ketungau Hilir, Binjai, Dedai, Kelam Permai khususnya Desa Lebang, Tempunak, Sepauk dan Kota Sintang.

Saragih menjelaskan, ketinggian banjir setiap wilayahnya berbeda-beda. Ada yang mencapai 50 cm sampai 2 meter. Dia meminta masyarakat untuk siap siaga dan menjaga keselamatan.

Pada Kamis kemarin, Satuan Tugas Penanganan Bencana Banjir, Puting Beliung dan Tanah Longsor (Batingsor) Kabupaten Sintang sudah menyiapkan makanan siap saji bagi korban banjir yang mengungsi.

"Saat ini sudah ada 29 warga Sintang yang mengungsi Kantor Kwarcab Pramuka Sintang dan mulai hari ini kami suplai makanan siap saji," kata Komandan Satuan Tugas Batingsor Letkol Inf Kukuh Suharwiyono seperti diberitakan Antara.

"Korban banjir ada yang mengungsi ke rumah keluarga dan informasi yang kami terima ada 29 jiwa juga mengungsi ke Kantor Kwarcab Pramuka Sintang, sehingga melalui dapur umum Kodim Sintang akan menyuplai makanan siap saji," katanya.

PASAR SUNGAI DURIAN TERENDAM BANJIR

Seorang warga berdiri di sebelah kapal cepat yang bermuatan sembako saat parkir di kawasan Pasar Sungai Durian yang terendam banjir di Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Kamis (13/10/2022). ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/foc.

Kesaksian Warga Terdampak

Leonardo Budi Setiawan (38) mengatakan, banjir di Kabupaten Sintang sangat berdampak kepada pekerjaannya. Pria yang akrab disapa Edo ini pun memprediksi, banjir tahun ini akan sama seperti tahun 2021 lalu.

Sebagai catatan, berdasarkan data Komando Satgas Tanggap Darurat Kabupaten Sintang per tanggal 15 November 2021, jumlah warga yang terdampak mencapai 124.497 jiwa, sedangkan warga yang mengungsi mencapai 25.884 jiwa dan ada empat warga yang meninggal dunia.

Edo bilang, sudah lima hari dia tidak bisa pulang ke rumah di Kecamatan Sintang karena jalan yang dia lewati terendam banjir. Sehari-hari dia bekerja di Dusun Mensiku Pantai, Kecamatan Binjai Hulu.

"Sudah lima hari tidak bisa pulang karena banjir," kata Edo ketika dihubungi Tirto, Jumat 14 Oktober 2022.

Penyebabnya, kata Edo, mahalnya ongkos rakit atau sampan untuk mengangkut motor karena jalan sudah tidak bisa dilewati.

"Sekali jalan, untuk biaya rakit harus bayar Rp70 ribu. Artinya, kalau pulang pergi sudah Rp140 ribu. Kalau dikalikan lima hari sudah Rp700 ribu. Belum biaya bensin."

Edo pun meminta pemerintah untuk menertibkan harga rakit karena biayanya sangat tinggi dan tidak masuk akal. Selain itu, dia juga meminta pemerintah segera menyiapkan kendaraan untuk penyeberangan motor.

"Karena bukan cuma saya saja yang terdampak, kawan-kawan lain juga ikut mengeluhkan hal ini," tegas Edo.

Sedangkan untuk di Kecamatan Sintang, wilayah Gang Damai dan Gang Sehat di Desa/Kelurahan Kapuas Kanan Hulu juga turut diterjang air, bahkan sudah ada warga yang mengungsi. Sekolah di SMA Nusantara Indah pun sudah diliburkan.

Berdasarkan keterangan warga terdampak lainnya, Francoes Mitter, rumahnya yang beralamatkan di Desa Sungai Ana, Kecamatan Sintang sudah kemasukan air. Fran turut mengeluh karena sangat mengganggu aktivitasnya, terutama untuk MCK (mandi, cuci, kakus)

"Air di rumah saya sudah semata kaki, bahkan air di rumah tetangga saya sudah sepinggang," kata Fran kepada Tirto.

"Istri susah kerja karena akses jalan ke SMA Negeri 4 Sintang di Menyumbung lumpuh dan libur."

Fran pun meminta kepada pemerintah Kabupaten Sintang untuk meninjau kembali izin pengelolaan hutan yang menurut dia menjadi salah satu penyebab banjir.

"Mitigasi bencana harus lebih update sehingga bisa diakses warga. Lebih tangkas dan cepat dalam menanggapi bencana karena banyak warga yang butuh bantuan," ungkapnya.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya