Menuju konten utama

Kondisi Afghanistan Terkini: Apa Isi & Hasil Pertemuan Taliban-AS?

Berikut adalah kondisi Afghanistan terkini, termasuk isi hasil pertemuan Taliban dengan AS.

Kondisi Afghanistan Terkini: Apa Isi & Hasil Pertemuan Taliban-AS?
Pejuang Taliban berpatroli di dalam kota Kandahar, Afghanistan barat daya, Minggu, 15 Agustus 2021. (AP Photo/Sidiqullah Khan)

tirto.id - Taliban dan Amerika Serikat mengadakan pertemuan pertama sejak kelompok itu mengambil alih kepemimpinan di Afghanistan pada Agustus lalu. Dalam pertemuan yang digelar di Doha, Qatar, delegasi AS dipimpin Wakil Direktur CIA, David Cohen.

CBS News melaporkan, menurut seorang pejabat AS, Gedung Putih memutuskan untuk menempatkan CIA di garda terdepan yang difokuskan pada terorisme. Sebagaimana diketahui, pada Jumat lalu, telah terjadi serangan teror ISIS-K di Kunduz sehingga menewaskan puluhan orang.

September lalu, David Cohen mengatakan, CIA melihat adanya "indikasi beberapa potensi pergerakan al Qaeda ke Afghanistan," maka daripada itu, mereka akan "mengawasi dengan sangat dekat."

Menurut pejabat pertahanan dan intelijen, Al Qaeda bisa menyusun dan mendapatkan kembali kemampuan untuk menyerang Amerika Serikat hanya dalam waktu enam bulan. Isu lain yang dibahas dalam pertemuan itu adalah memudahkan evakuasi warga asing dan warga Afghanistan dari negara itu.

Namun, seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan, pertemuan dengan Taliban "bukan untuk memberikan pengakuan atau memberikan legitimasi."

Agustus lalu, Direktur CIA William Burns bertemu secara diam-diam dengan salah satu pendiri Taliban Abdul Ghani Baradar, yang pada saat itu dianggap sebagai kepala pemerintahan Taliban. Saat ini Baradar menjabat sebagai wakil perdana menteri.

Respons Taliban Usai Bertemu AS

Kepada Associated Press, juru bicara Taliban Suhail Shaheen mengatakan, pertemuan itu juga membahas tentang peninjauan kembali perjanjian damai yang ditandatangani Taliban dengan Washington pada tahun 2020 lalu. Perjanjian tersebut membuka jalan bagi AS untuk menarik pasukannya selama 20 tahun di sana.

Dalam Perjanjian AS-Taliban tahun 2020, yang dinegosiasikan oleh pemerintahan Donald Trump, menuntut Taliban memutuskan hubungan dengan kelompok teroris dan menjamin Afghanistan tidak akan lagi menampung teroris yang dapat menyerang Amerika Serikat dan sekutunya.

"Ya ada pertemuan... tentang hubungan bilateral dan implementasi perjanjian Doha," kata Shaheen. "Ini mencakup berbagai topik."

Juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan bahwa prioritas utama AS "adalah perjalanan aman yang berkelanjutan keluar dari Afghanistan dari AS dan warga negara asing lainnya dan warga Afghanistan kepada siapa kami memiliki komitmen khusus yang berusaha untuk meninggalkan negara itu."

Selain itu, "memegang komitmen Taliban untuk tidak mengizinkan teroris menggunakan tanah Afghanistan untuk mengancam keamanan Amerika Serikat atau sekutunya."

Sementara itu, CNN melaporkan, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan, mereka akan melakukan diskusi terperinci dengan delegasi Amerika di Doha. “Dalam pertemuan ini juga dilakukan diskusi tentang bantuan kemanusiaan dan diskusi ini akan terus berlanjut,” kata Mujahid.

Penguasa baru Taliban menghadapi serangkaian masalah ekonomi seperti pasokan uang yang ketat, meningkatnya isolasi internasional, sehingga menyebabkan pekerja tidak dibayar, membuat perusahaan lokal gulung tikar dan bank membatasi penarikan. Belum lagi ancaman pemutusan listrik di Kabul karena belum membayar tagihan.

Tapi yang lebih mengkhawatirkan adalah situasi ini akan memperburuk kekurangan pangan dan mendorong harga barang-barang pokok menjadi meningkat pesat. Hal tersebut diprediksi akan memicu krisis ekonomi dan kemanusiaan yang lebih luas, demikian Bloomberg melaporkan.

Baca juga artikel terkait KABAR AFGHANISTAN TERBARU atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya