Menuju konten utama

Komnas HAM Janjikan Usut Kasus Kericuhan Aksi 22 Mei Dalam 1 Bulan

Saat ini Komnas HAM terus mengumpulkan fakta-fakta di lapangan, termasuk SOP pengamanan dan pengendalian massa dari semalam sampai dini hari

Komnas HAM Janjikan Usut Kasus Kericuhan Aksi 22 Mei Dalam 1 Bulan
Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik bersiap meninggalkan kantor KPK seusai memeriksa Gubernur Aceh nonaktif Irwandi Yusuf di Jakarta, Rabu (8/5/2019). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.

tirto.id - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) belum bisa menarik kesimpulan dari kerusuhan yang terjadi di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat saat aksi 22 Mei yang mengakibatkan sejumlah korban luka tembak.

Ketua Komisioner Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik menyampaikan, keterangan resmi tentang adanya korban yang kemungkinan karena penggunaan peluru tajam itu akan disampaikan setelah korban meninggal diautopsi.

Jika korban tak mau diautopsi, maka Komnas HAM akan berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk menangani kasus ini. Saat ini Komnas HAM terus mengumpulkan fakta-fakta di lapangan, termasuk SOP pengamanan dan pengendalian massa dari semalam sampai dini hari.

Namun Ahmad menjanjikan pengumpulan fakta hingga penarikan kesimpulan tak akan lebih dari satu bulan. Menurutnya yang terpenting saat ini adalah menurunkan bentrokan yang ada oleh semua pihak.

"Menyampaikan pendapat adalah hak demokrasi, itu harus dihargai, tapi menyampaikan pendapat juga ada koridornya," kata Ahmad kepada Tirto di RS Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019).

Hingga kini, Ahmad mengaku belum melakukan koordinasi dengan Kapolri terkait kerusuhan yang terjadi di Jakarta.

Ahmad mengatakan berdasarkan keterangan yang didapatkan sebagian besar korban luka yang dilarikan ke RS Budi Kemuliaan dan RS Tarakan adalah korban luka tembak peluru karet.

Korban katan dia umumnya mengaku berasal dari daerah Tanah Abang, tapi di luar daerah bentrokan. Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, tak semua korban merupakan demonstran, sebab ada beberapa orang yang mengaku penduduk setempat.

Ada empat rumah sakit yang digunakan untuk merawat korban, yakni RS Budi Kemuliaan, RS Tarakan, RS Pelni, dan RS Cipto Mangunkusumo.

Korban juga mengatakan bahwa serangan tembakan ke tubuh mereka berasal dari aparat, baik serangan dekat maupun serangan jauh.

"Pengakuan mereka [korban dari warga], ada yang sedang istirahat, ada yang bilang pangkalan ojeknya di situ. Tapi kan bukan di situ persoalannya. Bahwa ada orang yang terluka, kita perlu tahu kenapa orang ini terluka. Siapa pun orang itu," katanya.

Baca juga artikel terkait AKSI 22 MEI atau tulisan lainnya dari Widia Primastika

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Widia Primastika
Penulis: Widia Primastika
Editor: Irwan Syambudi