Menuju konten utama

Kolaborasi Tencent dengan Spotify: Untung Buat Siapa?

Tencent Music dan Spotify, dua raksasa perusahaan streaming musik digital, secara resmi telah memulai kerja sama. Keduanya akan bertukar kepemilikan saham. Siapa yang diuntungkan?

Kolaborasi Tencent dengan Spotify: Untung Buat Siapa?
Gerai Tencent di Guangzhou Book Fair, Guangzhou, Cina. FOTO/REUTERS

tirto.id - Streaming adalah masa depan industri musik. Setidaknya klaim ini didukung oleh data dari Recording Industry Association of America, yang mencatat 51,4 persen pendapatan industri musik rekaman mayoritas berasal dari pengguna aplikasi musik streaming berbayar seperti Spotify dan Apple Music. Pada saat yang sama, penjualan album secara fisik dan unduhan digital terus mengalami mengalami penurunan drastis.

Kemudahan mengakses perpustakaan musik yang masif melalui ponsel pintar menjadi faktor krusial yang berkontribusi terhadap kesuksesan platform aplikasi streaming musik digital. Saat ini, Spotify masih mendominasi industri musik global dengan 140 juta pengguna aktif yang tersebar di 61 pasar berbeda. Namun, Spotify tidak menyentuh para penikmat musik di Cina. Di sana, Tencent Music merupakan penguasa pasar dengan 500 juta pengguna aktif.

Baca juga: Saat Tencent Lebih Bernilai daripada Facebook

Seakan belum puas, Spotify dan Tencent Music telah resmi menjalin kerja sama. Menurut Wall Street Journal, kolaborasi ini diawali dengan pertukaran saham minoritas (diperkirakan hingga 10 persen) kedua perusahaan. “Spotify dan Tencent Music Entertainment melihat peluang yang besar dalam pasar global musik streaming untuk para pengguna, artis, musik dan kolega bisnis kita,” kata Daniel Ek, CEO Spotify seperti dilansir oleh BBC (8/12/17).

Meskipun berkecimpung di industri yang sama, Tencent Music memiliki strategi yang sedikit berbeda. Tidak seperti Spotify yang tunggal aplikasinya, Tencent Music memiliki tiga aplikasi streaming berbeda — QQ Music, Kugou dan Kuwo — yang tiap aplikasinya memiliki target penikmat musik dengan latar belakang demografi yang beragam.

“Pengguna QQ Musik memiliki kecenderungan untuk tinggal di kota-kota first-tier Cina, sedangkan untuk Kugou dan Kuwo para penggunanya di kota-kota second dan third-tier,” Andy Ng, Head of Tencent Music Entertainment Group, dikutip oleh Techinasia (27/06/2017).

Melalui strategi ini, berdasarkan laporan Financial Times, Tencent Music berhasil mendominasi 77 persen pangsa pasar industri musik digital Cina. Saingan terdekatnya, Netease Cloud Music, bahkan hanya memiliki pangsa pasar sebesar 9 persen. Dominasi ini mengikuti kesuksesan produk andalan Tencent lainnya seperti WeChat, gim ponsel pintar Arena of Valor, dan aplikasi pembayaran WeChat Pay.

Infografik Kolaborasi tencent dan sporty

Simbiosis Mutualisme

Perwakilan Tencent Music dan Spotify memang belum secara detail membongkar keseluruhan bentuk kolaborasi ini. Namun, tujuan strategis dari kerja sama ini tetap dapat dianalisa dengan mempertimbangkan rencana bisnis kedua perusahaan. Menurut analisis Wall Street Journal, kerja sama ini adalah langkah strategis untuk membangun optimisme investor ketika keduanya akan mulai menjual sahamnya ke publik pada tahun 2018 mendatang. Kolaborasi kedua raksasa ini dinilai akan dilihat sebagai strategi ekspansi bisnis yang menguntungkan bagi investor.

Selain itu, Forbes melihat kolaborasi dua perusahaan dengan basis pengguna masif ini akan memberikan keuntungan dalam proses negosiasi lisensi dengan berbagai perusahaan label musik. Jika permasalahan lisensi dapat dibendung, perusahaan streaming musik dapat memberikan kepastian kepada para penggunanya bahwa album/single baru artis kesukaan mereka akan selalu tersedia.

Jika melihat dari sudut pandang Spotify, kerja sama dengan Tencent merupakan langkah mutlak sebelum memutuskan untuk menyasar penikmat musik di Cina. Ini dikarenakan, perusahaan teknologi Amerika Serikat ataupun Eropa memiliki risiko tinggi untuk masuk ke pasar unik Cina secara mandiri tanpa berkolaborasi dengan perusahaan lokal.

Baca juga: Jurus “Angpao” WeChat Pay Mencuri Pasar Transaksi Nontunai

Menurut Financial Times, salah satu risikonya adalah preferensi pengguna musik di Cina yang lebih menyukai artis lokal dibandingkan musik dari Amerika Serikat/Eropa. Untuk perpustakaan musik talenta lokal Cina, Tencent masih juara. Mark Mulligan, Direktur MIDiA Research kepada BBC, menjelaskan kerja sama ini menjadi pintu gerbang yang strategis bagi Spotify untuk meyakinkan investor mengenai ambisi global mereka.

“Sebelum IPO, Cina adalah kriteria yang harus tercentang untuk meyakinkan investor bahwa Spotify memang merupakan perusahaan global,” kata Mark. Strategi yang jitu memang harus dipikirkan oleh Spotify. Pelajaran bisa diambil dari Apple Music dan Apple Pay yang terseok-seok di pasar Cina ketika harus berkompetisi dengan perusahaan teknologi lokal.

Sementara itu, dari sudut pandang Tencent Music, kerja sama dengan Spotify merupakan manifestasi dari ambisi ekspansi global yang memang sudah dilakukan dengan gencar sepanjang tahun 2017. Sebelumnya, Tencent telah membeli saham Snapchat dan perusahaan mobil listrik milik Elon Musk Tesla bahkan sempat juga mencoba membeli Spotify. Tencent juga telah memulai operasi aplikasi pembayaran milik mereka, WeChat, di Eropa pada Oktober lalu.

Walaupun memiliki pengguna aktif sebanyak 500 juta, pengguna premium (berbayar) Tencent Music hanya berjumlah 15 juta pengguna yaitu hanya 2 persen dari total pengguna. Jumlah ini kalah jauh jika dibandingkan dengan Spotify yang sekitar 40 persen pengguna aktif memiliki akun premium. Kalau begitu, mampukah Tencent berguru dari Spotify setelah resmi berkolaborasi?

Baca juga artikel terkait WECHAT atau tulisan lainnya dari Terry Muthahhari

tirto.id - Musik
Reporter: Terry Muthahhari
Penulis: Terry Muthahhari
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti