Menuju konten utama

Kok Bisa Kacang Mete Memicu Krisis Politik di Tanzania?

Di Tanzania, krisis harga kacang mete mengarah jadi krisis politik, mengancam rezim Magufuli yang semakin otoriter.

Kok Bisa Kacang Mete Memicu Krisis Politik di Tanzania?
Seorang wanita Tanzania berjalan melewati papan iklan calon presiden partai yang berkuasa John Magufuli, di Dar es Salaam, Tanzania Senin, 26 Oktober 2015. AP Photo / Khalfan Said

tirto.id - Dalam beberapa pekan terakhir, Tanzania sedang dilanda krisis kacang mete yang harganya sedang turun. Petani mogok menjual hasil panen karena uang yang didapat tak cukup untuk menutup biaya operasional.

Dewan Kasewnut (mete) Tanzania (CBT) menetapkan harga 0,7 dolar AS per kilo kacang mete. Sebaliknya para petani menginginkan harga jual setidaknya 1,2 dolar AS.

Di negeri Afrika Timur itu, kacang mete adalah komoditas ekspor penting dan sumber mata pencarian utama bagi petani, khususnya di selatan seperti Mtwara, Lindi, dan Ruvuma.

Presiden John Magufuli menanggapi krisis mete dengan memecat dua menteri yang menjabat di Kementerian Pertanian dan Perdagangan pada Sabtu (10/11). Dewan Kasewnut (Mete) Tanzania (CBT) turut dibubarkan.

Pada Jumat (9/11), Magufuli memerintahkan para perusahaan pengepul kacang mete untuk segera membeli komoditas tersebut dengan harga 1,31 dolar per kilo dalam jangka waktu empat hari.

Namun, pihak swasta dan petani tetap gagal mencapai kata sepakat. Pengepul menawar mete antara 0,83 sampai 1,19 dolar per kilo. Dibanding tahun lalu yang rata-rata menembus 1,57 dolar, harga tawar itu memang turun.

Gagal menemui kata sepakat, Magufuli mengerahkan tentara untuk membeli kadang mete dari para petani dengan harga 1,31 dolar per kilo. Dana yang diambil untuk membeli mete berasal dari Bank Pembangunan Pertanian Tanzania (TADB).

Meski produk panen kacang mete akhirnya bisa terbeli dengan harga yang lebih tinggi dari pengepul, banyak pihak mengecam pengerahan militer karena memangkas mata pencarian warga setempat sebagai buruh kasar di masa panen, dilansir dari The East African.

Pengepul juga merasa dirugikan oleh kebijakan Magufuli. Pasalnya, mereka terlanjur menyewa gudang penyimpanan, meminjam dana, dan mengerahkan transportasi dalam rangka menyambut pembelian mete dari petani.

Politikus oposisi Zitto Kabwe mengatakan bahwa kebijakan Magufuli semestinya dijalankan atas izin parlemen. BBC melaporkan, langkah Magufuli dipandang sebagian orang sebagai cara untuk mendongkrak popularitas di wilayah Mtwara yang selama ini menjadi basis oposisi.

Pada 2013, krisis mete memancing kerusuhan pada 2013 setelah petani dan pendemo menggelar aksi menentang pembelian kacang mete dengan harga lebih rendah dari kesepakatan sebelumnya.

Sebanyak 20 rumah milik anggota partai Chama Cha Mapinduzi (CCM) yang berkuasa menjadi sasaran amuk massa. Polisi pun dikerahkan agar kerusuhan tak meluas.

Semangat Reformasi

Magufuli naik ke tampuk kekuasaan tertinggi Tanzania pada 5 November 2015. Terpilihnya Magufuli sebagai presiden ke-5 negeri tersebut sekaligus mempertahankan rekor CCM sebagai partai besar yang selalu menang pilpres sejak 1995. Magufuli tidak berlatar belakang militer. Ia dikenal masyarakat luas karena sikap tegas dan berani hingga mendapat julukan "Buldoser".

Di awal pemerintahannya, ia mendapat dukungan publik ketika berani memecat pejabat korup, membatalkan perayaan hari kemerdekaan, dan mengalihkan anggaran negara untuk memerangi penyakit kolera dan memperbaiki layanan kesehatan publik.

Warganet Tanzania pun dibuat kagum oleh foto dan video Magufuli yang sedang menyapu jalanan, mencitrakan dirinya sebagai pemimpin baru yang siap mereformasi Tanzania dan memberantas korupsi. Ia kerap melalukan kunjungan mendadak ke rumah sakit, kementerian keuangan, dan berbagai tempat lainnya. Ia tak segan memecat pegawai dan menteri yang korup dan dianggap tak mampu bekerja.

Pada 2016, Magufuli memecat 16.000 pegawai pelayanan publik yang dinilai makan gaji buta. Aksi pemecatan massal berlanjut pada 2017 ketika 10.000 pegawai pelayanan publik kembali dipecat karena dianggap memegang sertifikat pendidikan palsu.

Dilansir dari Business Live, dalam waktu dua bulan pertama masa jabatannya, Magufuli berhasil meningkatkan pendapatan pajak sebesar 1,3 triliun shilling Tanzania dengan cara menertibkan praktik penggelapan pajak.

Magufuli turut menampilkan kabinet pemerintahan ramping. Jumlah menterinya hanya 34 orang, lebih kecil dari kabinet pemerintahan sebelumnya yang memiliki 60 menteri. Fasilitas perjalanan dinas menteri dipangkas. Magfuli bahkan menyentil Acacia Mining, sebuah perusahaan tambang multinasional besar di Tanzania, dengan menetapkan utang pajak, denda, dan bunga sebesar 190 miliar dolar AS.

Kebablasan

Lambat laun, Magufuli benar-benar menjadi sosok buldoser. Tak semua hal lebih baik di era kepemimpinan Magufuli. Ada banyak aspek kehidupan politik yang malah jadi kacau.

Dilansir dari Reuters, mantan Menteri Pekerjaan Transportasi dan Komunikasi ini pernah memperingatkan jurnalis bahwa kebebasan pers di era kepemimpinannya dibatasi. Pernyataan itu ia lontarkan ketika melantik Menteri Informasi baru Harrison Mwakyembe, menggantikan Nape Nnauye. Nnauye sendiri dipecat lantaran memerintahkan penyelidikan atas dugaan penyerbuan sebuah stasiun televisi swasta oleh seorang pejabat senior pemerintah.

Kebijakan sewenang-wenang Magufuli turut menyasar hak-hak sipil. Kampanye perburuan gay dan aktivis LGBT digencarkan, lantas menuai kritik keras dari dunia internasional.

Di tingkat sipil, orang-orang yang homofobik memiliki legitimasi yang direstui negara untuk merisak dan menyerang kaum LGBT. Negara juga dapat menjerat gay dengan ancaman hukuman 30 tahun penjara, sebuah hukum warisan kolonial Inggris yang dahulu menjajah Tanzania.

Para siswi Tanzania yang hamil pun dilarang Magufuli untuk kembali ke bangku sekolah. Padahal, salah satu masalah sosial klasik Tanzania adalah tingkat kehamilan tinggi pada perempuan usia sekolah. Kehamilan murid ini juga menjadi penyebab utama siswi putus sekolah.

Seluruh tahahan di Tanzania dipastikan mesti bekerja ekstra setelah Magufuli menyerukan agar mereka dipekerjakan berjam-jam sebagai "buruh gratisan". Mereka harus bercocok tanam untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari. Magufuli memerintahkan kepada para sipir penjara untuk tidak segan-segan menendang para tahanan yang malas bekerja.

The Citizen mencatat sang presiden pernah bilang bahwa perempuan yang memakai kontrasepsi itu adalah pemalasas. Magufuli, singkatnya, tak ingin rakyatnya mengikuti program keluarga berencana guna membatasi angka kelahiran.

Infografik Kontroversi John magufuli

Di bawah rezim Magufuli, sejumlah politikus oposisi ditangkap, bahkan terancam dibunuh. Tundu Lisu, politikus oposisi yang vokal terhadap pemerintahan Magufuli, adalah salah satu korbannya. Ia ditembak pada September 2017. Pelakunya masih misterius. Untungnya Lisu selamat dna hanya menderita luka-luka.

Gereja-gereja dan organisasi keagamaan yang mencoba mengkritik kepemimpinan Magufuli diancam akan ditutup. Sederet kebijakan kontroversial Magufuli mengundang banyak kecaman dari sederet lembaga HAM internasional.

"Seumur hidup, saya belum pernah melihat pemerintah Tanzania yang konservatif, intoleran, paranoid, buta ekonomi, dan tidak tahan menyimak nasihat. Pemerintah kini dibebani oleh preman-preman yang gandrung senjata," tulis aktivis dan kolumnis Tanzania Elsie Eyakuze di Aljazeera.

Dan Paget, peneliti politik elektoral Afrika dari University of Oxford mengatakan gaya kepemimpinan Magufuli boleh jadi berkaitan dengan popularitas CCM sebagai partai berkuasa yang mulai diterpa krisis.

Meski dikenal sebagai sosok tegas sejak menjabat menteri, Magufuli yang maju dengan tiket CCM di pilpres 2015 hanya mengantongi 58 persen suara. Angka ini turun dibanding kemenangan pilpres sebelumnya yang mampu meraup suara 80 persen.

"Tiap kali dia menggencarkan agenda anti-korupsi, musuhnya semakin banyak dan sangat mungkin mereka beralih ke ke oposisi. Dengan mempersempit ruang untuk oposisi, Magufuli sedang menjegal mereka agar tidak mengalahkan CCM," tulis Paget di The Conversation.

Baca juga artikel terkait KRISIS POLITIK TANZANIA atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Politik
Penulis: Tony Firman
Editor: Windu Jusuf