Menuju konten utama

Koalisi Pejalan Kaki Kritisi Wacana Pelican Cross di Bundaran HI

Alfred Sitorus dari Koalisi Pejalan Kaki menilai, pelican cross atau zebra cross di trotoar harus tetap ada karena sebagai kebutuhan paling mendasar warga pejalan kaki.

Koalisi Pejalan Kaki Kritisi Wacana Pelican Cross di Bundaran HI
Pengguna jalan melintas di bawah jembatan penyeberangan orang (JPO) Bundaran HI di Jakarta, Selasa (24/7/2018). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

tirto.id - Wacana pembangunan pelican cross sementara yang digunakan sebagai pengganti Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) oleh Pemprov DKI Jakarta dikritik oleh Koalisi Pejalan Kaki.

Pelican cross tersebut, menurut Pemprov, hanya bersifat sementara sembari menunggu jembatan bawah tanah garapan pihak MRT selesai. Anies mengatakan, setelah jembatan bawah tanah selesai, pelican cross tak akan digunakan lagi.

Alfred Sitorus dari Koalisi Pejalan Kaki mengkritik hal tersebut. Ia menilai pelican cross atau zebra cross di trotoar harus tetap ada karena sebagai kebutuhan paling mendasar warga pejalan kaki.

Ia mengatakan hal tersebut saat dihubungi Tirto via telepon, Selasa (24/7/18) sore.

"Mindset masyarakat dan pemerintah kita sudah salah sejak awal. Masa di Bundaran HI itu ada lampu merah tapi orang gak bisa lewat? Kalau pelican cross hanya sementara dan difokuskan jadi jembatan bawah tanah justru akan menyulitkan. Bagaimana orang-orang difabel menggunakannya? Sulit kan," katanya.

Ia menilai, pengharusan menggunakan pelican cross dan zebra cross dapat dinilai dari esensi berkeadilan pejalan kali. Pelican cross harus tetap ada karena digunakan semua golongan: orang tua, ibu hamil, hingga kaum difabel.

Alfred menambahkan, jika pembangunan JPO maupun jembatan bawah tanah dilakukan dengan dalih keselamatan pejalan kaki, maka seharusnya yang dipertahankan adalah pelican cross dan zebra cross.

"Karena dalam UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas, di situ tertulis bahwa wajib mengutamakan keselamatan pejalan kaki. Berarti harusnya mempertahankan keselamatan pejalan kaki lewat jalanan yang semestinya, bukan di JPO atau jembatan bawah tanah," jelasnya.

Menurutnya, kota Jakarta harus dibangun berdasarkan kebutuhan manusianya sebagai pejalan, bukan kebutuhan mobil, motor, bus, dan lainnya. "Kita harus berpikir ulang, ini kota untuk manusia atau mesin?," tambahnya.

Koalisi Pejalan Kaki menilai bahwa langkah paling solutif bagi pejalan kaki adalah dengan menggunakan pelican cross dan zebra cross.

"Itu langkah paling mudah diakses oleh semua kalangan," tutupnya.

Baca juga artikel terkait JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Yandri Daniel Damaledo