Menuju konten utama

Klaster Pesantren Muncul Lagi: 632 Santri Tertular COVID-19

Penularan terjadi saat santri masuk ke pesantren setelah liburan semester.

Klaster Pesantren Muncul Lagi: 632 Santri Tertular COVID-19
Sejumlah santri mengikuti kegiatan doa Istighosah di Pondok Pesantren An-Nuqthah, Kota Tangerang, Banten, Kamis (22/10/2020). ANTARA FOTO/Fauzan/nz

tirto.id - Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengatakan sebanyak 632 santri tertular virus Corona di sejumlah pesantren setelah liburan semester. Hal itu diketahui setelah FSGI melakukan pemantauan kasus COVID-19 di pondok pesantren usai liburan semester ganjil tahun ajaran 2020/2021.

Pada Januari 2021, semester genap dimulai kembali dan para santri kembali ke pondok pesantren untuk belajar tatap muka.

Hanya dalam waktu kurang dari 2 bulan, FSGI mencatat munculnya klaster baru pondok pesantren di sejumlah daerah, yaitu Tasikmalaya (Jawa Barat), Boyolali (Jawa Tengah), Bangka (Bangka Belitung), dan Pekanbaru (Riau).

“Pada Januari sampai pertengahan Februari 2021, tercatat 632 santri dari 6 pondok pesantren terkonfirmasi COVID-19 usai balik ke ponpes setelah liburan semester ganjil," kata Sekjen FSGI Heru Purnomo kepada Tirto, Selasa (23/2/2021).

Ia menjelaskan, kasus yang terbanyak adalah ponpes di Kota Tasikmalaya yang mencapai 375; Boyolali 88 kasus; Bangka, Kepulauan Bangka Belitung 125 orang; dan 44 orang di Ponpes Dar el Hikmah Pekanbaru.

Heru menuturkan, karena banyaknya santri yang terkonfirmasi COVID-19, Pemerintah kota Tasikmalaya sampai menyediakan beberapa bangunan darurat isolasi untuk menampung sebanyak 375 santri tersebut. Hal tersebut dilakukan karena ruang isolasi di pesantren tak mencukupi.

"Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya terpaksa memilah sesuai kondisi santri positif corona yang dirawat di ruang isolasi darurat dan isolasi mandiri terpusat di lingkungan pesantrennya," tuturnya.

Sementara hasil pemantauan FSGI pada bulan September 2020, jumlah santri yang positif COVID-19 sebanyak 1.449. Sedangkan pada bulan Oktober 2020 tercatat 700 santri positif COVID-19 dan pada bulan November 2020 mencapai 940 santri.

Lalu ponpes di Kabupaten Banyumas angka kasus santri positif mencapai 328 orang. Bahkan Ponpes di kabupaten Banyuwangi kasus santri positif COVID-19 paling banyak, yaitu mencapai 622 santri.

“Total dari data yang dikumpulkan FSGI mencapai lebih dari 3.000 kasus COVID-19 hanya dari kluster pondok pesantren dalam 3 bulan saja pada 20 pondok pesantren”, ujar Fahriza Marta Tanjung, Wakil Sekjen FSGI.

Adapun wilayah pantauan kluster pondok pesantren pada September-November 2021 meliputi enam provinsi dan 18 kabupaten/kota dengan rincian sebagai berikut:

  • Jawa Barat: Kabupaten Cianjur, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Cimahi, Kota Banjar, Kota Depok, kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Kuningan.
  • Jawa Tengah: Kabupaten Tegal, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap, dan Kabupaten Kebumen.
  • Jawa Timur: Kota Malang, Kabupaten Banyuwangi, dan Kabupaten Trengalek.
  • D.I. Yogjakarta : Kabupaten Bantul.
  • Sulawesi Barat: Kabupaten Polewali Mandar (Polman)
  • Kepulauan Riau: Kabupaten Bintan.

Ia menjelaskan ponpes memiliki potensi kuat menjadi kluster penularan COVID-19, karena di tempat tersebut aktivitasnya cenderung bersama-sama dalam waktu panjang, bahkan bisa dikatakan 24 jam.

Jika infrastruktur dan protocol kesehatan/SOP adaptasi kebiasaan baru (AKB) tidak memadai dan rendahnya kedisiplinan untuk patuh pada protocol kesehatan, maka potensi penularan COVID-19 menjadi tinggi .

"Di ponpes, biasanya para santri setiap hari makan bareng, shalat berjamaah, bahkan kamar tindur santri pun diisi lebih dari satu orang, antara 4-10 santri," ucapnya.

Untuk mencegah pondok pesantren kembali menjadi kluster baru, maka FSGI mendorong Kementerian Agama (Kemenag) memastikan dengan sungguh-sungguh infrastruktur adaptasi kebiasaan baru serta kepatuhan terhadap protokol kesehatan.

Pemerintah daerah melalui Satgas COVID-19 dapat melakukan intervensi ke dalam ponpes terkait kesiapan infrastruktur fisik maupun kesanggupan penerapan protokol kesehatan.

”Pengelola pondok pesantren melakukan sosialisasi protokol kesehatan atau SOP ke seluruh waga pesantren dan orangtua santri. Juga memasang protokol keseharan sesuai lokasinya," jelas Mansur, Wakil Sekjen FSGI.

Selain itu, FSGI juga mendorong ponpes menerapkan kewajiban tes swab antigen untuk seluruh santri, pengelola, pengajar maupun petugas masuk dan kebersihan lainnya.

"Ini untuk memastikan bahwa saat kembali ke ponpes para santri benar-benar dalam keadaan sehat,” ujarnya.

Baca juga artikel terkait KLASTER PESANTREN atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Zakki Amali