Menuju konten utama

KKN di Desa Penari Tembus 8 Juta Penonton, Kenapa Jadi Film Laris?

Mengapa KKN di Desa Penari bisa laris dan update jumlah penontonnya.

KKN di Desa Penari Tembus 8 Juta Penonton, Kenapa Jadi Film Laris?
Film KKN Di Desa Penari. wikimedia commons/fair use

tirto.id - Film KKN di Desa Penari tembus delapan juta penonton. Film itu meraih penonton sedemikian banyak hanya dalam rentang waktu tiga pekan.

Film rilisan akhir April 2022 ini menorehkan sejarah baru sebagai film horor terlaris Indonesia, menggeser Pengabdi Setan (2017).

Bahkan, update terbaru dari akun official instagram KKN di Desa Penari, pada 25 hari penayangan, sudah tembus delapan juta penonton di seluruh bioskop yang menayangkan.

Sebelum diangkat ke layar lebar, KKN di Desa Penari merupakan sebuah cerita dalam bentuk thread di twitter yang dikisahkan oleh @SimpleM81378523 dan sempat viral.

Kenapa KKN di Desa Penari Laris?

Film horor disebut dapat memacu adrenalin bagi penonton. Banyak orang menyukai suasana saat melalui pengalaman horor, baik berupa film maupun wahana rumah hantu.

Allegra Ringo menulis untuk The Atlantic bahwa banyak orang juga menikmati situasi menakutkan karena membuat mereka merasa percaya diri setelah selesai.

Sejalan dengan itu, Davis DiSalvo mengutip sebuah penelitian dalam tulisannya di Forbes, yang menyebutkan, mencari, menonton, atau membaca sesuatu yang menakutkan dapat memberikan penyeimbang pada tekanan hidup.

Hal tersebut juga menjadi cara yang efektif untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan ketahanan diri.

Tak hanya di masyarakat Indonesia, film besutan Awi Suryadi ini merangsek pasar penonton dari negeri jiran, Malaysia. Penonton dari negara tetangga itu memberikan apresiasi terhadap KKN di Desa Penari.

“KKN di Desa Penari was good for me, not that scary but good storyline,” cuit akun twitter @amizifahmii.

Hal senada juga disampaikan oleh @NohAljuffry yang mengetwit, “KKN di Desa Penari. Serious mohon semua tengok. Aku suke gila script writing dengan twist ceritanya...”

Alur cerita yang menegangkan dan tidak biasa ini memunculkan terus rasa penasaran penonton. Kendati si penutur awal, SimpleMan, sudah mengimbau untuk tidak membongkar detail kisah.

Sosok pelaku, kampus, maupun lokasi KKN yang ada dalam cerita masih rahasia dan hal ini justru makin mendorong rasa penasaran khalayak untuk menjawabnya.

Berbagai spekulasi terkait semua hal yang dirahasiakan dalam KKN di Desa Penari muncul memenuhi jagad media sosial.

Komentar-komentar yang diunggah netizen pasca menonton film produksi MD Entertainment ini, turut mengundang rasa penasaran.

Salah satu twit dari @Mories91 yang mengungkapkan, “Biasanya film yang ditunda penayangannya berkali-kali berakhir flop (kegagalan). #kkndidesapenari tidak, malah jadi film terlaris Indonesia sepanjang masa. Anomali yang membanggakan. Salut!”

Itulah salah satu dari banyak komentar yang menyanjung karya Awi Suryadi. Tak pelak, komentar-komentar netizen menarik orang lain untuk berbondong-bondong turut menjadi saksi keseruan penyajian cerita dalam bentuk film ini.

Klaim cerita yang diangkat dari kisah nyata ini tidak bisa tidak menjadi magnet bagi orang-orang untuk mengetahui lebih jauh seluk-beluk KKN di Desa Penari. Salah satunya dengan jalan menonton film ini.

Meskipun, beberapa orang beranggapan tak perlu tahu keaslian cerita berangkat dari true story atau tidak. Dan cukup menikmati tontonan yang tersaji di layar lebar.

“gapeduli sama ceritanya asli apa enggak. .... yang saya sukai dari #kkndidesapenari ini divisualisasikan dan, yups, sesuai dengan ekspektasi dan harapan, terimakasih karyanya,” begitu cuitan @AbdhemaS lewat akun twitternya.

Tidak sedikit film Indonesia yang berangkat dari karya tulis seperti novel yang berakhir dengan kekecewaan penonton sebab kurang puas dengan kesesuaian antara yang ada di buku dengan film. Tapi, KKN di Desa Penari, sepenuturan netizen, menjawab kekecewaan itu.

Baca juga artikel terkait KKN DI DESA PENARI atau tulisan lainnya dari Auvry Abeyasa

tirto.id - Film
Kontributor: Auvry Abeyasa
Penulis: Auvry Abeyasa
Editor: Dipna Videlia Putsanra