Menuju konten utama

KKN di Desa Penari: Kenapa Kisah Horor Viral & Disukai Banyak Orang

Kenapa kita punya kecenderungan untuk menggemari kisah-kisah yang menakutkan?

KKN di Desa Penari: Kenapa Kisah Horor Viral & Disukai Banyak Orang
Ilustrasi kisah horor. Screenshot/Google.com

tirto.id - KKN di Desa Penari, satu judul kisah horor Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Jawa Timur menjadi viral di Twitter.

Cerita KKN di Desa Penari ini dikisahkan terjadi pada pertengahan tahun 2009 di Kota B, satu nama kota di Jawa Timur yang disamarkan.

KKN di Desa Penari mengisahkan petualangan horor 6 orang yang namanya disamarkan sebagai Bima, Anton, Ayu, Widya, Nur, dan Wahyu di kota B yang penuh misteri. Mereka bertemu dengan Badarawuhi, jin yang konon merupakan penari di daerah tersebut.

Viralnya cerita KKN di Desa Penari ini setidaknya menunjukkan bahwa kita memang punya kecenderungan menyukai cerita mistis atau horor.

Tingginya minat orang Indonesia dengan cerita horor juga tampak dari banyaknya penonton film horor di bioskop. Film horor garapan Joko Anwar Pengabdi Setan sukses menjadi film Indonesia peringkat pertama dengan penonton terbanyak (4.206.103 penonton) tahun 2017, mengalahkan Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 2 dan Ayat Ayat Cinta 2.

Tahun selanjutnya, 3,3 juta penonton Indonesia juga berbondong-bondong menyaksikan Suzzanna: Bernapas dalam Kubur, film horor yang diperankan Luna Maya.

Penerimaan masing-masing individu terhadap cerita horor berbeda-beda. Ada yang tidak bisa menonton film horor sama sekali, ada yang sebaliknya: horor adalah candu yang menyenangkan.

Kenapa kita punya kecenderungan untuk menggemari kisah-kisah yang menakutkan?

Allegra Ringo di The Atlantic menulis, kesukaan orang terhadap hiburan horor muncul karena proses kimiawi dan biologi dalam otak manusia, salah satunya adalah peningkatan dopamin, satu hormon yang juga menyebabkan hiperaktivitas dan euforia.

Dalam wawancara New York Times pada 2016, neuropsikolog Vanderbilt University David Zald menjelaskan bahwa ada orang yang tak memiliki “rem” ketika melakukan pelepasan hormon dopamin. Sehingga, jika satu orang dan lainnya memiliki penerimaan berbeda-beda terhadap hiburan horor. Yang satu menganggap horor menyenangkan, sementara bagi yang lain menakutkan.

Sementara itu, seorang profesor dari Brian Lamb School of Communication, Purdue University, Glenn Sparks mengatakan, ketika orang menikmati cerita horor atau menonton film-film yang menakutkan, detak jantuk, tekanan darah, dan pernapasan meningkat.

Sensasi itu bertahan setelah film usai serta mempengaruhi emosi setelah menonton atau membaca cerita horor. Namun, biasanya orang tanpa sadar akan berfokus pada pengalaman menonton atau membacanya, bukan film atau ceritanya.

"Alih-alih fokus pada rasa takut, Anda akan teringat betapa gembiranya menonton bersama teman-teman sehingga Anda ingin mengulanginya lagi," ujarnya.

Baca juga artikel terkait KISAH HOROR atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Hobi
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Agung DH