Menuju konten utama

Kita Patut Bersyukur Bisa Menonton Lionel Messi Bermain Bola

Lionel Messi tampil menggila saat Barcelona menang 1-4 atas tuan rumah Real Betis. Ia lantas mendapatkan standing ovation dari para suporter tim lawan.

Pemain Barcelona Lionel Messi dan Daniel Alves merayakan gol pada pertandingan penyisihan Grup H Liga Champions melawan Ajax Amsterdam di Camp Nou Stadium, Barcelona, Spanyol (18/9/13). AP Photo/Emilio Morenatti

tirto.id - Menjelang pertandingan lawan Barcelona November lalu, Quique Setién, pelatih Real Betis, melakukan sesuatu yang bisa bikin telinga penggemar merah. Kepada El Periódico de Catalunya, salah satu surat kabar asal Catalonia, ia terang-terangan mengaku sebagai penggemar berat Barcelona.

Saat masih berstatus pemain, Setién mengaku rela memotong tangannya sendiri seandainya itu bisa membuatnya bermain untuk Barcelona--yang saat itu dilatih Johan Cruyff. Alasan Setién: Bercelona arahan Cruyff telah mengubah hidupnya, juga pandangannya tentang sepakbola.

Selain itu, Setién juga tak luput memuji Lionel Messi, adibintang Barcelona. Dia mengibaratkan Messi adalah ratu dalam permainan catur.

“Satu-satunya buah catur yang dapat melakukan segalanya dengan baik,” tutur Setien.

Karena dalam pertandingan itu Betis secara mengejutkan berhasil mengalahkan Barcelona, 4-3, para penggemar tak jadi marah kepada Setién.

Sekitar empat bulan setelah kejadian itu (17/3/2019), para penggemar barangkali sadar mengapa sang pelatih sangat mengidolakan pemain asal Argentina tersebut. Messi menggila di Stadion Benito Villamarin, menciptakan hattrick, dan membuat Barcelona menang 4-1.

Kulminasi penampilan luar biasa Messi terjadi pada menit ke-85. Messi bergerak beberapa langkah ke depan untuk meminta bola ketika melihat Ivan Rakitić menguasai bola di sisi kanan pertahanan Betis. Rakitić lalu mengoper ke arah Messi, dan dengan satu sentuhan, dia langsung menembak ke arah gawang lawan.

Bola hasil bidikian Messi melambung pelan tapi sangat mematikan. 54.172 penonton yang memadati Benito Villamarin diam, menahan nafas.

Satu-satunya orang yang bereaksi adalah Pau López, kiper Betis. Ia berusaha sekuat tenaga mencegah bola masuk ke dalam gawang, tapi gagal. Bola sempat menyentuh mistar sebelum akhirnya mengubah skor menjadi 4-1.

Beberapa saat setelah gol itu, apa yang tak disangka-sangka kemudian terjadi. Para pendukung Betis bertepuk tangan sembari berdiri dan bernyanyi untuk Messi.

Guardian merekamnya lewat paragraf ini: ”Setelah secara luar biasa Lionel Messi mencetak gol ketiganya, yang membuat dia mampu mencatatkan 51 hattrick di sepanjang kariernya, penggemar Betis melakukan sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh penggemar sepakbola sejati saat berada di hadapan seorang jenius murni dalam sepakbola. Mereka berdiri, bertepuk tangan untuk Messi, lantas bersama para penggemar Barcelona menyanyikan namanya.”

Sid Lowe, jurnalis Guardian, mengambil satu kesimpulan soal tingkah penggemar Betis itu. Menurutnya, standing ovation yang mereka berikan terhadap Messi merupakan wujud dari rasa syukur karena bisa menyaksikan penampilan Messi hari itu.

Pernyataan Setién usai pertandingan juga bernada serupa.

“Aku sudah melihat banyak pemain melakukan hal-hal ajaib, tapi tidak dengan konsistensi dan kemampuan seperti yang dimiliki Messi. Aku tidak yakin jika Pelé memiliki konsistensi seperti itu,” tutur Setien.

“Ia [Messi] melakukannya pada setiap pertandingan... Anda [seharusnya] merasa beruntung bisa berada di sekitarnya untuk bisa menyaksikan penampilannya setiap hari Minggu.”

Rekam Jejak Gemilang

Pujian Setién itu jelas tak berlebihan. Jauh-jauh hari sebelum menjadi bintang di Villamarin, Lionel Messi sudah terbiasa mengundang decak kagum banyak orang.

Pada tahun 2000, saat pertama kali datang ke Barcelona, Messi adalah bocah 13 tahun yang ringkih dan mengalami gangguan pertumbuhan. Meski begitu Charly Rexach, Presiden Barcelona saat itu, sangat yakin bahwa Messi akan menjadi bintang.

Bahkan Rexach berani sesumbar setelah Messi kecil setuju untuk bergabung dengan Barcelona: “aku menjadi bagian penting dalam sejarah Barcelona.”

Sejak saat itu, Messi terus melaju sekencang kereta peluru. Ia bermain untuk tim Cadeta, Juvenil A, Juvenil B, Barcelona C, Barcelona B, lantas bergabung dengan tim utama.

Messi melakukan debutnya untuk tim utama dalam pertandingan persahabatan melawan Porto, November 2003. Frank Rijkaard, pelatih Barcelona saat itu, terkesima dan menyebut Messi sebagai “bocah dengan talenta luar biasa.”

Yang menarik, yang kagum terhadap Messi tak cuma pelatih, tapi juga para pemain senior. Samuel Eto’o, yang kala itu adalah salah satu penyerang tertajam di dunia, percaya bahwa Messi bukanlah pemain biasa.

Saat Barcelona bertanding melawan Juventus dalam Piala Joan Gamper, 2005 lalu, Eto’o berkata kepada Patrick Vieira, gelandang Juventus: ”hari ini kamu akan bermain melawan bocah yang akan menjadi bagian penting dalam sejarah sepakbola. Saat melihatnya bermain, siapa pun yang bermain sepakbola sebelumnya tampak seperti tidak bisa bermain bola dengan cara yang benar.”

Vieira hanya tertawa mendengar pernyataan konyol itu. Dan tawa itu hilang saat pertandingan berlangsung. Ia dibuat pusing oleh Messi. Mantan pemain Arsenal itu bahkan tak tahu bagaimana cara menghentikan si bocah.

Pavel Nedvěd dan Fabio Cannavaro terpaksa membantu Vieira, tapi Messi sama sekali tak takut dengan nama besar tiga orang yang terus-terusan mengejarnya itu. Ia masih bisa berkelit.

Sejak saat itu, Messi terus berkembang sampai akhirnya Pep Guardiola datang untuk menyegel kebintangannya.

Untuk siapa pun yang kehilangan kata-kata untuk memuji Messi pada setiap hari Minggu, Guardiola hanya bisa memberi satu saran: “jangan mencoba untuk menulisnya dan jangan mencoba untuk menggambarkannya. Anda cukup melihat penampilannya.”

Baca juga artikel terkait LIGA SPANYOL atau tulisan lainnya dari Renalto Setiawan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Renalto Setiawan
Editor: Rio Apinino