Menuju konten utama

Kisah Prabowo dan SBY di Lembah Tidar

Sama-sama masuk Akabri 1970, mereka kemudian sama-sama menikahi putri jenderal.

Kisah Prabowo dan SBY di Lembah Tidar
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto memberikan keterangan pers seusai mengadakan pertemuan tertutup di Puri Cikeas, Kamis (27/7). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

tirto.id - Sarwo Edhie Wibowo adalah Gubernur Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) bagian umum dan darat dari “9 Januari 1970 sampai 7 Januari 1974,” tulis Harsya Bachtiar dalam Siapa Dia Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) rilisan tahun 1988. Istilah Akabri lalu diganti Akademi Militer (Akmil).

Masa itu masa celana cutbrai jadi tren anak muda, periode penting bagi Kristiani Herrawati alias Ani, putri sulung Sarwo Edhie. Ketika kuliahnya libur, Ani mengunjungi orangtuanya di Akabri, Magelang. Pada awal 1973 itu ada acara peresmian Balai Taruna.

“Sebagai Gubernur Akabri, Papi akan menggunting pita peresmian balai yang akan dimanfaatkan sebagai pusat kegiatan ekstrakurikuler para taruna ini,” ujar Ani dalam biografinya Kepak Sayap Putri Prajurit (2010).

Hari itu Ani tak melupakan sesosok taruna jangkung berkali-kali lewat di depan matanya. Esoknya, taruna jangkung itu datang ke rumah mencari sang papi. Nama pemuda itu: Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Singkat kata, keduanya menjadi dekat dan kemudian menikah. Seperti papi Ani, SBY akhirnya menjadi jenderal, bahkan jadi Presiden Republik Indonesia selama dua periode.

Semasa menjadi taruna Akabri, SBY berjuang keras menjadi taruna yang baik. Masuk Akabri pada 1970 setidaknya salah satu prestasi penting bagi SBY. Putra Raden Soekotjo—pensiunan pembantu letnan satu dan petinggi Koramil di Pacitan—ini memulai karier sebagai letnan dua. Pangkat awalnya lebih tinggi ketimbang pangkat ayahnya di puncak karier. Masuk Akabri, bagi banyak pemuda Indonesia, adalah jalan memperbaiki nasib.

“Beliau itu taruna teladan dan saya taruna yang nakal," kata Prabowo Subianto Djojohadikusumo seperti dilansir Kompas.com (01/06/2014).

Prabowo adalah cucu pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) Margono Djojohadikusumo dan anak dari Menteri Sumitro Djojohadikusumo. Ketika Prabowo masuk Akabri, Sumitro menjabat Menteri Perindustrian dan Perdagangan (1968-1973).

Bersamaan Prabowo dan SBY, masuk juga Agus Wirahadikusumah dan Ryamizard Ryacudu. Agus adalah keponakan dari Jenderal Umar Wirahadikusumah yang pernah menjadi Wakil Presiden (1983-1988). Ryamizard adalah anak dari Mayor Jenderal Mussanif Ryacudu, salah satu jenderal kesayangan Sukarno.

Baca:

Tahun 1973 adalah tahun terakhir Papi Ani di Magelang sebagai Gubernur Akabri. Awal 1974, Sarwo Edhie dijadikan Duta Besar Indonesia di Korea Utara. Pada tahun itu SBY mengenyam pendidikan militer di Lembah Tidar.

“SBY resmi menamatkan pendidikan AKABRI pada 11 Desember 1973,” catat D. Danny Hamonangan Simanjuntak dalam Rival-rival Politik SBY (2008). Di tahun terakhir Sarwo Edhie di Akabri itu, SBY jadi lulusan terbaik. Agus dan Ryamizard juga lulus di tahun yang sama, tapi Prabowo tidak. Dia dinyatakan lulus di tahun berikutnya, 1974. Padahal Prabowo dikenal sebagai pemuda pintar.

Infografik Mereka yang menikahi Putri jenderal

Menurut Hermawan Sulistyo, mantan Ketua Tim Investigasi TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta) Kerusuhan Mei 1998, tak banyak orang bertanya kenapa Prabowo telat lulus. Dalam sebuah diskusi publik di masa pasca-Pilpres pada 3 Juli 2014 di Jakarta, Hermawan berbicara keras soal Prabowo.

“Anda tidak tahu bahwa SBY itu pernah dipukul Prabowo waktu di Akmil, di Akabri waktu itu?” kata Hermawan. “Kenapa tidak ada orang yang bertanya dalam catatan biodata Prabowo, harusnya lulus tahun 1973 kenapa lulusnya tahun 1974? Ini enggak ada orang yang nanya. Katanya Prabowo pintar, kok enggak naik kelas? Berarti ada yang lain, kan? Ya itu tadi, nggebukin SBY, gitu.”

Menurut Hermawan, semua bermula dari kaburnya Prabowo dan tiga kawannya. Dari tiga kawan itu di antaranya ada Ryamizard. Mereka kabur ke Jakarta untuk menghadiri acara Siti Hediati Hariyadi (alias Titiek Soeharto, yang kemudian menjadi istri Prabowo). Apa pun tujuannya, ulah mereka ketahuan Gubernur Akabri Sarwo Edhie Wibowo. Mereka heran kenapa mereka ketahuan.

“Satu-satunya orang yang tahu adalah SBY, karena dia diajak (tapi) enggak mau. Akhirnya hari Senin habis dimarahin, hari minggu ketangkep, senin malamnya mereka tanya-tanya sampai bonyok.”

Cerita versi Hermawan itu tak dipusingkan oleh Prabowo dan SBY. Tanggapan justru datang dari kakak senior mereka, Mayor Jenderal Purnawirawan Kivlan Zen.

“Oh, itu Herman Sulistyo bukan main kasih informasi. Biasa kita kalau tinju itu kita sparing partner. Itu ada belajar tinju, belajar karate. Saya juga dulu bertanding di ring tinju sama teman-teman angkatan. Mungkin di situ maksudnya,” ujar Kivlan di Rumah Polonia, Jakarta Timur, kepada Detik.com (4/7/2014).

Lepas dari benar tidaknya cerita Hermawan itu, sejarah mencatat keduanya akhirnya jadi jenderal TNI. Prabowo dikenal sebagai salah satu jenderal berpengaruh di korps baret merah Kopassus. Sementara SBY dikenal perwira staf yang brilian. Prabowo terkenal dalam pembebasan sandera Mapenduma 1996, sementara SBY diketahui publik sebagai salah satu menteri era Reformasi. Keduanya belakangan mendirikan partai. Yang satu Partai Gerindra, satunya Partai Demokrat.

Baca:

Seperti SBY, Prabowo juga akhirnya menikahi putri jenderal. Tak tanggung-tanggung, ia menikahi putri Jenderal Soeharto, presiden kedua Republik Indonesia. Setelah Prabowo menjadi jenderal dan terkena kasus 1998, SBY juga duduk dalam Dewan Kehormatan Perwira yang diketuai Jenderal Wiranto.

Baca juga artikel terkait PERTEMUAN SBY DAN PRABOWO atau tulisan lainnya dari Petrik Matanasi

tirto.id - Politik
Reporter: Petrik Matanasi
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Maulida Sri Handayani