Menuju konten utama

Kisah Para Penolong Kucing yang Terjebak di Banjir Kalsel

Di Kalsel, ada sekelompok orang yang berkomitmen menyelamatkan para hewan yang terjebak banjir.

Kisah Para Penolong Kucing yang Terjebak di Banjir Kalsel
Sejumlah warga melintasi banjir di Desa Sungai Raya, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Selasa (12/1/2021). Antaranews Kalsel/Bayu Pratama S.

tirto.id - Hari itu banjir di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan mencapai 50 sentimeter. Anwar Hadyan (29) melintas dengan perahu karet milik tim SAR atau kadang berjalan kaki. Berbekal makanan kering dan kandang plastik, dia mulai beraksi: Menyelamatkan kucing-kucing terlantar.

Ia akan mengecek kondisi si kucing terlebih dulu sebelum memasukkannya ke dalam kandang. Satu kandang normalnya ditempati tiga kucing dewasa, namun karena situasi darurat bisa diisi tujuh kucing kecil dan tiga-lima kucing dewasa. Sekali perjalanan Dyan biasanya menemukan 10-15 kucing.

Tak mudah menyelamatkan hewan berbulu itu. Dia bilang hampir setengahnya kerap menggigit atau mencakar saat diselamatkan. “Ada juga yang ditaruh di perahu. Kalau insting bertahan hidupnya kuat, mungkin diam. Tapi jika takut, dia pasti terjun lagi ke air. Kabur,” ucap Dyan kepada reporter Tirto, Kamis (21/1/2021).

Usai diselamatkan, para kucing dibawa ke tempat penampungan. Bila ada yang cedera maka akan dipisahkan dan dirawat khusus. Begitu juga dengan yang hamil atau induk-anak. Mereka kudu ditempatkan di kandang terpisah.

Di situlah Muhammad (25) turun tangan. Ia akan membersihkan, memberikan makanan dan vitamin, serta menyortir kucing. Penampungan bernama Animal Care Banjarmasin itu telah menerima 90-an hewan sejak banjir menerjang hingga Kamis. Hewan itu didapat dari Dyan maupun yang diantarkan warga lain.

“Ada [warga] yang mengantar kucing ke sini. Kucingnya lemas. Ternyata sudah dua hari berenang,” kata Muhammad. Usai dicek oleh dokter, ternyata ada air masuk ke paru-paru si kucing.

Hamster, wupih sirsik, reptil, dan burung pun ada. Semua harus dicek kondisi terakhirnya agar penanganan tepat sasaran.

Sialnya, meski makanan hewan berlimpah, lahan terancam tak cukup menampung semua binatang tersebut.

Medan Menantang

Pada 21 Januari siang, Cat Shelter Banjarmasin yang digawangi Rizdie PS (38) menelusuri Desa Semangat Dalam Kabupaten Barito Kuala. Mereka mendapatkan informasi seorang ibu yang daerahnya kebanjiran memiliki 20 kucing.

“Kami ke dalam sekitar enam kilometer naik perahu. Sebagian dari kami [jalan]. Cukup jauh kami jalan. Air sampai pinggang,” kata Rizdie kepada reporter Tirto, Jumat (22/1/2021).

Ada beberapa kriteria untuk mengelola kucing yang dievakuasi. Bila kucing sakit, cedera, kehilangan induk, bakal dibawa ke penampungan usai dicek oleh dokter. Sementara jika ada kucing bertuan dan dirasa masih kuat, maka akan dibiarkan di lokasi asalkan kebutuhan makanannya tercukupi setidaknya satu pekan.

Rizdie dan kawan-kawan setiap hari beroperasi, biasanya dari siang. Jumlah tim yang turun bervariasi, bisa empat kelompok yang masing-masing terdiri dari 5-10 orang. “Siapa pun orangnya, silakan [ikut bergabung]. Yang penting makanan terdistribusi.” Kucing-kucing diberi makan di atas atap seng, juga di perahu. “Yang penting makanan terdistribusi.”

Kadang penyelamat kucing beroperasi dengan peralatan seadanya. Dhita Aulia dari Street Feeding Banjarmasin, misalnya, membawa gabus atau ember sebagai alas bagi kucing yang diselamatkan.

“Kami nyebur langsung, keliling, tidak pakai perahu,” kata perempuan berusia 20 tahun itu, Kamis. Menurut dia menggunakan perahu tidak begitu efektif, apalagi benda itu lebih dibutuhkan bagi tim SAR atau penduduk terdampak. Belum lagi mereka bisa keliling mencari kucing hingga malam.

Jadwal operasi mereka disesuaikan agar tak mengganggu ritme pekerjaan lain. “Bukan sekadar sekali makan, besoknya kami datang lagi. Terus-terusan ke tempat banjirnya,” katanya.

Dhita tak menghitung persis jumlah kucing yang berhasil ia berikan makan selama sepekan banjir, tapi mungkin mencapai puluhan, katanya mengingat.

Dalam proses evakuasi, baik Dhita maupun penyelamat lain harus punya mata dan telinga yang jeli. Sebab, bisa saja kucing-kucing itu berdiam di atap, pohon, atau tempat-tempat yang membuat mereka tersamar. Selain itu, para penyelamat juga harus tahan pakai pakaian yang kebasahan dan dingin. Intinya, butuh kemauan sekaligus kemampuan agar operasi berhasil.

Untungnya, meski bergerak atas nama organisasi masing-masing, semuanya saling bekerja sama. Misalnya, yang mengevakuasi 17 kucing di daerah Handil Bakti Kabupaten Barito Kuala adalah Cat Shelter Banjarmasin, namun yang menampungnya Animal Care Banjarmasin.

Muhammad mengatakan ia memutuskan menyelamatkan para kucing saat banjir karena jarang yang mau menolong binatang, bukan berarti dia enggan menolong manusia. “Hewan tak punya pikiran sendiri, apalagi saat banjir begini,” katanya. Sementara Dyan tergerak karena “kondisi Banjarmasin saat ini miris dan sejak kecil diajarkan untuk peduli terhadap binatang.”

Baca juga artikel terkait BANJIR KALSEL atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Rio Apinino