Menuju konten utama

Kisah Mereka yang Setia Menanti Kepulangan Rizieq Shihab di Bandara

Keputusan Muhammad Rizieq Shihab batal pulang disayangkan para pendukungnya. Namun mereka sadar kalau memang belum waktunya imamnya itu kembali ke Indonesia.

Kisah Mereka yang Setia Menanti Kepulangan Rizieq Shihab di Bandara
Massa FPI yang berkumpul di Rawa Bokor Tangerang membubarkan diri setelah mendapatkan kabar Rizieq Shihab batal pulang hari ini, Tangerang, Rabu (21/2/2018). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Alih-alih kecewa, Syarifah, penggemar berat pendiri Front Pembela Islam (FPI) Muhammad Rizieq Shihab, justru bersyukur tidak jadi pulang ke Indonesia.

Katanya: "bagus dia enggak pulang. Tahu sendiri, dia kan lagi diincar."

Ibu rumah tangga dari Kampung Pala, Jakarta Timur ini adalah satu dari puluhan orang yang rela datang ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, sejak Rabu (21/2/2018) pagi untuk menjemput Rizieq yang dikabarkan pulang ke Indonesia menggunakan pesawat Saudi Airlines.

Kabar kepulangan mantan narapidana ini sudah Syarifah dengar sejak beberapa hari lalu. Sejak itu, Syarifah sudah berniat menjemput idolanya.

Kata Syarifah, ia rela pergi meninggalkan keluarga karena "cinta Habib Rizieq" sejak 2008. Katanya lagi, "dia itu jujur dalam ceramahnya." Kekaguman itu terus menebal hingga Rizieq terus jadi sorotan terutama dalam momen Pilkada DKI Jakarta pada 2016-2017 lalu.

Semangat yang sama ditunjukkan oleh Zainal. Pemuda asal Grogol, Jakarta Barat itu sudah ada di bandara sejak dini hari bersama kawan-kawannya. Zainal juga mengaku tidak kecewa meski harapannya untuk bisa melihat kembali idolanya itu secara langsung belum bisa terpenuhi.

"Memang berharap [Rizieq untuk pulang], tapi tidak kecewa meski batal," katanya. "Kami berdoa saja semoga habib diberikan kesehatan."

Para penjemput itu berasal dari berbagai daerah, mulai dari Jakarta, Pekalongan, hingga Purwakarta. Ada yang datang ke bandara menggunakan kendaraan pribadi, lainnya naik angkutan sewaan seperti mikrolet berwarna biru muda nomor M10 jurusan Tanah Abang-Jembatan Lima.

Seluruh aksi penjemputan ini diorganisir oleh Persaudaraan Alumni 212—pecahan Presidium Alumni 212. Mereka membuat tim kecil bernama Panitia Penyambutan Imam Besar (PPIB).

Meski PPIB sudah meminta penjemput untuk berkumpul di Masjid Baitul Amal–berjarak sembilan kilometer dari bandara–, tetapi ada pula yang langsung ke bandara seperti Zainal dan Syarifah.

Militansi yang ditunjukkan Zainal dan Syarifah tidak dibarengi dengan informasi yang cukup. Massa menunggu di Terminal 2, padahal menurut laman resmi bandara, pesawat yang ditumpangi Rizieq bakal mendarat pukul 09.00 di Terminal 3.

Kabar bahwa Rizieq tidak jadi pulang diketahui Syarifah dan Zainal lewat Kepala Satuan Intel Polres Bandara Soekarno-Hatta Komisaris Bistok Manalu. Massa percaya karena informasi serupa juga dikabarkan teman-temannya yang lain yang ada di Masjid Baitul Amal dan lewat media massa.

Pesan Rizieq

Kesalahan tempat menunggu cukup wajar mengingat hingga pagi tadi sebetulnya kedatangan Rizieq belum juga bisa dipastikan, meski pada malam harinya Juru Bicara FPI, Slamet Maarif, mengklaim sudah tidak bisa menghubungi Rizieq lagi–indikasi kalau koleganya itu sudah dalam perjalanan.

Simpang siur soal kepulangan Rizieq berakhir ketika rekaman telepon Rizieq disiarkan melalui pengeras suara Masjid Baitul Amal, Tangerang, tempat massa berkumpul.

Massa yang berkumpul bahkan sejak malam di tempat ibadah itu cukup beragam. Dari mulai anak kecil hingga orang tua; laki-laki dan perempuan. Sebagian besar dari mereka mengenakan baju dan celana putih, tetapi tidak sedikit yang berkain sarung.

Dalam rekaman suara berdurasi 22 menit, Rizieq sempat menyampaikan beberapa pesan untuk massa yang menunggunya di Indonesia, termasuk apresiasi terhadap para penjemput. Menurutnya, aksi penjemputan merupakan "bukti cinta dan keseriusan... dalam membela habib dan ulama serta aktivis."

Rizieq mengaku kalau sebetulnya dia ingin segara pulang. Keinginannya semakin besar setelah mengetahui kalau Basuki Tjahaja Purnama–orang yang berhasil ia jebloskan ke penjara dengan pasal penodaan agama–mengajukan Peninjauan Kembali (PK) kasusnya.

Namun keinginan tersebut belum bisa Rizieq wujudkan setelah mempertimbangkan beberapa faktor, termasuk "keselamatan saya dan keluarga saya."

Massa mendengar dengan saksama tiap kata yang keluar dari pengeras suara, termasuk Lestari (57 tahun). Ia mengaku kalau sempat kecewa ketika mendengar keputusan Rizieq. "Tapi kami mendukung apapun putusan imam kami. Kami selalu dukung," akunya.

Ratusan orang yang berkumpul di masjid tersebut mulai membubarkan diri setelah rekaman suara selesai diputar. Beberapa simpatisan Rizieq sesekali memekikkan takbir sambil berlalu.

Baca juga artikel terkait KASUS RIZIEQ SHIHAB atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Rio Apinino