Menuju konten utama
Profil Tokoh

Kisah Imelda Marcos Eks Ibu Negara Filipina: Sekarang Masih Hidup?

Kisah Imelda Marcos, mantan ibu negara Filipina alias istri Ferdinand Marcos yang putranya memenangkan Pilpres Filipina 2022.

Kisah Imelda Marcos Eks Ibu Negara Filipina: Sekarang Masih Hidup?
Mantan ibu negara Filipina, Imelda Marcos. AP PHOTO / Bullit Marquez

tirto.id - Imelda Romuáldez Marcos atau Imelda Marcos merupakan mantan ibu negara Filipina, istri Ferdinand Marcos, Presiden Filipina yang kerap disebut sebagai diktator saat menjabat pada 1965-1986. Apakah saat ini Imelda Marcos masih hidup?

Di usianya yang sudah menginjak 92 tahun, Imelda Marcos kembali menjadi perbincangan publik setelah putranya, Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr., memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) Filipina 2022. Bahkan, Imelda terlihat ikut dalam kampanye anaknya tersebut.

Bongbong alias Marcos Jr. mengungguli saingan terberatnya, Leni Robredo (wakil presiden petahana), dengan selisih tak kurang dari 15 juta surat suara. Untuk posisi wakil presiden, Sara Duterte yang tidak lain adalah putri presiden petahana, Rodrigo Duterte, meraih suara terbanyak.

Biografi Singkat Imelda Marcos Istri Eks Diktator Filipina

Imelda Romuáldez lahir di Manila, Filipina, tanggal 2 Juli 1929. Selama menjadi ibu negara, perempuan berpengaruh berjuluk "Kupu-kupu besi" ini terkenal dengan gaya hidup glamor yang kontroversial, salah satunya adalah bahwa ia mengoleksi sepatu yang berjumlah hingga ribuan pasang.

Karier awal Imelda sebenarnya jauh dari panggung politik. Imelda lahir dari klan Romuáldez. Trah Romuáldez sebenarnya adalah trah terhormat di Filipina, beberapa anggota keluarga tersebut menduduki posisi-posisi pemerintahan seperti hakim mahkamah agung, wali kota, hingga juru bicara parlemen.

Ayah Imelda, Vincent Orestes Romuáldez, adalah seorang pengacara di Manila pada medio 1930-an. Namun, sebagaimana dicatat Carmen Navarro Pedrosa dalam bukunya Untold Story of Imelda Marcos (1969), karier Vincent Romuáldez anjlok beberapa tahun setelah kelahiran Imelda pada 1929.

Merosotnya karier memaksa Vincent Romuáldez menitipkan Imelda ke saudaranya yang kaya. Namun, Imelda tak mendapat perlakuan baik dari keluarga tempat ia dititipkan. "Hal itu membuat Imelda berusaha mati-matian agar bisa jadi orang terkenal, hidup mewah, dan kaya raya,” tulis Pedrosa.

Oleh karenanya, ketika usia Imelda beranjak 18 tahun, ia mengikuti sebuah ajang ratu kecantikan Filipina dan memenangkannya. Obsesi Imelda untuk menjadi terkenal pun tercapai. Setelah menang ajang ratu kecantikan, Imelda mendapatkan sorotan publik Filipina, tak terkecuali dari kalangan politisi.

Melansir Brittanica, pada April 1954, Imelda bertemu dengan Ferdinand Marcos yang kala itu berusia 36 tahun. Ferdinand saat itu masih menjabat sebagai anggota kongres yang dikenal ambisius. Imelda dan Ferdinand Marcos menikah tak lama setelah pertemuan tersebut.

Kisah Imelda Marcos: Ibu Negara Filipina yang Glamor

Dalam kurun waktu satu dekade pernikahan Imelda dan Marcos, keduanya menjadi salah satu pasangan suami-istri terpenting dalam panggung politik Filipina. Pada 1965, Ferdinand Marcos berhasil memenangkan pemilu dan menjadi Presiden Filipina ke-10.

Imelda punya peran besar dalam pemenangan Ferdinand Marcos dalam Pemilu 1965. Persona Imelda yang waktu itu mejadi ikon kecantikan dimanfaatkan betul oleh suaminya dengan mengajaknya dalam kampanye-kampanye yang ia lakukan.

Dalam catatan Carmen Navarro Pedrosa, Imelda mengunjungi 1.200 area selama masa kampanye suaminya demi menyukseskan agenda politik Marcos. Imelda bernyanyi dan menari dalam setiap kesempatan kampanye. Publik terhibur dengan aksi Imelda, membuatnya menjadi idola dan mengamankan suara untuk suaminya.

Aksi Imelda tersebut oleh Marcos diakui punya peran signifikan dalam kesuksesannya di panggung politik. Bagi Imelda, menjadi ibu negara Filipina membuat obsesi Imelda pada kehidupan yang glamor terfasilitasi.

Sebuah peristiwa yang makin menandaskan obsesi akan kemewahan tersebut terjadi ketika ia dan suaminya melakukan kunjungan kenegaraan ke AS pada awal masa kepemimpinan Marcos.

Carmen Navarro Pedrosa menjelaskan bahwa Imelda begitu terkesan saat menghadiri pembukaan Metropolitan Opera House pada September 1966 dan ketika mengunjungi Museum of Art (The Met) di New York.

Pada kunjungan kenegaraan tersebut pula, Imelda mendapatkan pujian dari Presiden AS waktu itu, Lyndon Johnson, setelah secara spontan bernyanyi di acara makan malam kenegaraan.

Kemewahan yang ditawarkan negeri Paman Sam tersebut ternyata membekas di hati Imelda. Selama menjadi ibu negara, Imelda selalu tampil mewah dalam tiap kesempatan.

Pada 1986, jurnalis surat kabar People, Roger Wolmuth, mewawancarai Imelda tentang gaya hidup sang ibu negara tersebut.

Dalam laporannya yang berjudul "The Imelda Marcos Shopping Guide: a Chace 'n' Carry Way to Spend the fortunes of a Nation", Walmoth menjelaskan bahwa Imelda selalu menghabiskan jutaan dolar setiap kali melawat ke luar negeri.

"Ia pernah menghabiskan $7 juta selama 90 hari. Ia membeli seprei seharga $10.340, piranti makan seharga $43.370, serbet seharga $19.400," tulis Walmoth.

PHILIPPINES IMELDA MARCOS

Mantan Ibu Negara Filipina, Imelda Marcos melihat pameran 'Koleksi Imelda' -nya sendiri saat peluncuran perhiasan, pakaian, dan sepatu, Sabtu malam, Nov.18, 2006 di hotel mewah Manila, Filipina. Lewat pameran dari barang-barang koleksi milik janda mantan orang terkuat Filipina Ferdinand Marcos, dirinya ingin memperkenalkan ke generasi yang lebih muda bahwa dirinya pernah memerintah negara itu selama 20 tahun hingga penggulingan mereka pada tahun 1986. AP PHOTO / Bullit Marquez

Oleh karenanya, tak heran jika Imelda kedapatan memupunyai setidaknya 1060 pasang sepatu ketika ia aktif sebagai ibu negara. Sebagian besar sepatu koleksi tersebut diproduksi rumah mode asal Eropa dan AS.

Imelda juga dikenal menggemari perhiasaan seharga jutaan dolar AS, juga hobi membeli lukisan-lukisan mahal yang dibuat seniman sekelas Michelangelo.

Barang-barang mewah tersebut seringkali digunakan Imelda ketika pengadakan perjamuan kenegaraan di istana negara. Selama memimpin, Marcos memang terkenal seringkali mengadakan jamuan mewah di istana negara.

Bagi Imelda, kemewahan yang terlihat darinya menjadi representasi kehidupan di Filipina yang makmur. "Hidup di Filipina ini mewah. Di sini tidak ada orang yang hidup dalam kemiskinan seperti negara-negara lain," katanya.

Kejayaan dan Kejatuhan Ferdinand-Imelda Marcos

Obsesi Imelda Marcos atas kehidupan terkenal dan bergelimang harta pada akhirnya tercapai ketika suaminya menjadi Presiden.

"Praktis kami memiliki segalanya di Filipina—mulai dari listrik, telekomunikasi, maskapai penerbangan, perbankan, bir dan tembakau, penerbitan surat kabar, stasiun televisi, bisnis perkapalan, minyak dan pertambangan, hotel dan resor pantai, hingga penggilingan kelapa, pertanian kecil, real estat dan asuransi," kata Imelda kepada Inqurer pada 1998.

Akan tetapi, kenikmatan yang diterima Imelda tak berlangsung selamanya. Pada 1986, kekusaan Ferdinand Marcos ditumbangkan rakyatnya sendiri.

William H. Overholt dalam "The Rise and Fall of Ferdinant Marcos" yang terbit di Asia Survey (1986) menyebutkan bahwa tumbangnya kekuasaan Marcos bermula dari kegagalan pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi yang kala itu dilanda krisis utang.

Ketidakstabilan ekonomi yang berimbas pada ketidakstabilan politik membuat Marcos meneken Proklamasi No. 1081 pada 1972. Isi proklamasi tersebut adalah pernyataan bahwa Filipina berada dalam keadaan darurat militer.

Sejak darurat militer dicanangkan, pemerintahan Marcos secara masif melakukan pembunuhan pada berbagai pihak yang dianggap oposisi. Jumlah korban pembunuhan dan penghilangan paksa yang dilakukan oleh Marcos dilaporkan mencapai angka tiga ribu jiwa.

Kediktatoran Marcos berada di titik nadir ketika rezimnya dituding membunuh Benigno Simeon ''Ninoy'' Aquino Jr., seorang ikon oposisi Marcos, sesaat setelah Aquino mendarat di Filipina dari Amerika.

Pembunuhan tersebut kemudian berbuah aksi protes massal di banyak tempat di Filipina. Gelombang protes massal rakyat Filipina tersebut memaksa Marcos kabur ke Hawaii untuk mendapat perlindungan dari Amerika. Imelda, juga ketiga anaknya (Imee, Bongbong, dan Irene), ikut melarikan diri dan hidup dalam pengasingan.

FOTO HL Skandal Seks

Marcos (kedua dari kiri). FOTO/AP

Setelah kematian Ferdinand Marcos pada 1989, juga setelah berbagai tuduhan korupsi dan penggelapan dilayangkan pada Imelda, mantan ibu negara tersebut kembali dari pengasingan pada 1991.

Sekembalinya dari Hawai, Imelda berusaha membangun ulang karir politik keluarga Marcos. Ia pernah mencalonkan diri sebagai presiden dan kalah dalam pemungutan suara.

Namun, tak butuh waktu lama bagi Imelda untuk masuk ke pemerintahan. Ia berhasil menjadi anggota kongres selama dua periode (1995-1998) sebagai wakil dari daerah Leyte.

Pada 2010, ketika Imelda berusia 80 tahun, Imelda kembali memenangkan pemilu legislatif dan menjadi perwakilan daerah Ilocos Norte.

Baca juga artikel terkait PROFIL atau tulisan lainnya dari Rizal Amril Yahya

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Rizal Amril Yahya
Penulis: Rizal Amril Yahya
Editor: Iswara N Raditya