Menuju konten utama

Kisah Cinta Habibie & Ainun Disebut Sebagai Relasi Sosial Tertinggi

Koentjoro mengatakan relasi yang terjadi pada Habibie dan Ainun adalah introyeksi. Secara psikologi introyeksi adalah memasukkan hal-hal dari luar ke dalam diri.

Kisah Cinta Habibie & Ainun Disebut Sebagai Relasi Sosial Tertinggi
Presiden Indonesia B.J. Habibie, kiri, dan ibu negara Hasri Ainun melambai ketika mereka tiba untuk pembukaan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Jumat 1 Oktober 1999 di Jakarta. (AP Photo/Dita Alangkara)

tirto.id - Perjalanan kisah cinta antara Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang akrab disapa BJ Habibie dan Hasri Ainun Besari memang mengharukan. Psikolog sekaligus Guru Besar Fakultas Psikologi UGM Koentjoro mengatakan bahwa relasi antara Habibie dan Ainun merupakan relasi sosial tertinggi dari manusia.

“Jadi ini relasi sosial yang sudah paling tinggi tingkatannya dan sebenarnya ini bisa terjadi pada siapa saja tidak hanya pada Habibie dan Soeharto,” ujar Koentjoro.

Koentjoro mengatakan relasi yang terjadi pada Habibie dan Ainun adalah introyeksi. Secara psikologi introyeksi adalah memasukkan hal-hal dari luar ke dalam diri.

Introyeksi merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri dalam teori psikoanalisa, yang dicetuskan oleh ahli psikologi Sigmund Freud. Mekanisme pertahanan diri adalah cara seseorang menanggapi ancaman dari luar dan konflik yang terjadi dalam dirinya.

“Jadi meskipun istrinya sudah meninggal tapi suaminya tidak menikah lagi jadi dia merasa istrinya masih ada,” kata Koentjoro.

Koentjoro menambahkan hal ini bisa terjadi karena ada budaya saling ketergantungan antara Habibie dan Ainun sehingga saat Ainun meninggal seakan masih ada.

Selain itu, Habibie dan Ainun memulai relasi tidak hanya sekadar ketertarikan secara fisik namun ada keterbukaan, rasa saling mengerti seta memahami dan hal ini menurut Koentjoro yang perlu diteladani dari relasi keduanya.

“Habibie dan Ainun itu saling mengisi, ada unsur pasrah satu sama lain, jadi relasinya kuat, kalau konflik pasti ada tapi mereka cenderung tidak mempublikasikannya,” ujar Koentjoro.

Relasi antara Habibie dan Ainun memang sangat kuat dan mengharukan, bahkan saat masa sulit mereka masih selalu bersama serta saling mendukung.

Saat Ainun divonis menderita kanker ovarium stadium akhir sosok Habibie tak pernah sedikitpun meninggalkannya.

Begitu pula saat Ainun meninggal. Ini menjadi hantaman badai besar bagi kehidupan Habibie. Setiap hari selama 100 hari pertama, Habibie ziarah ke makam sang isteri.

Setiap malam ia tidur ditemani anak dan cucu. Bahkan setelahnya selama seminggu sekali ia tetap berkunjung ke makam isterinya di Taman Makam Pahlawan Kalibata untuk mengganti bunga yang mulai layu di atas makam Ainun.

Kepedihan ditinggal istri kala itu membuat Habibie menderita penyakit psikosomatis. Bahkan dokter berkata, bila Habibie tidak melakukan apapun untuk tubuhnya, ia bisa menyusul Ainun dalam waktu tiga bulan.

Setelah melalui perjuangan panjang bertahan tanpa ada sang isteri yang mendampinginya, Rabu 11 September 2019 pukul 18.05 Habibie menghembuskan nafas terakhir, menyusul Ainun di keabadian.

Baca juga artikel terkait AINUN HABIBIE atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Yantina Debora