Menuju konten utama

Kisah Bonnot Gang, Bandit Perancis Legendaris Penggasak Kaum Borju

Bonnot Gang tersohor karena menggasak orang kaya, membuat aparat keamanan terlihat bodoh, dan merampok bank dengan mobil di zaman ketika polisi masih bersepeda mengejar penjahat.

Kisah Bonnot Gang, Bandit Perancis Legendaris Penggasak Kaum Borju
Jules Bonnot; 1910. FOTO/Wikicommon

tirto.id - Bonnot Gang, kelompok bandit tersohor Perancis awal abad ke-20, adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas berseliwerannya adegan film laga yang memperlihatkan segerombolan perampok kabur dengan menggunakan mobil sambil menembaki sekeliling mereka.

Jesse James dan James-Younger Gang, pionir sindikat pembegal bank di Amerika, boleh saja lebih dulu lahir. Tapi untuk urusan aksi mana yang bikin orang berdecak kagum sekaligus ngeri, Bonnot Gang lebih maju selangkah. Bahkan konon, pasangan Bonnie dan Clyde, serta bandit fenomenal lain di Amerika, John Dillinger, juga terinspirasi dari aksi Bonnot Gang.

Bonnot Gang terdiri dari beberapa anggota, antara lain Jules Bonnot, Octave Garnier, Raymond Callemin, Rene Valet, Elie Monier, Edouard Carouy, Andre Soudy, Marius Metge, dan Jean de Boe. Sebagian adalah anarkis Paris yang muncul pada masa Perang Dunia I.

Bandit “ideologis” yang merampok para kaum kapitalis ini mempelopori gaya merampok dan kabur dengan mobil curian. Kisah mereka diangkat ke film berjudul La bande à Bonnot yang disutradarai Philippe Fourastié pada 1968 dan terakhir muncul dalam Les Brigades du Tigre (2006).

Taktik merampok Bonnot Gang saat itu, tulis intelektual Marxis dari Inggris, Peter Sedgwick, adalah terobosan besar. Pasalnya, kala itu, polisi masih berjalan kaki atau bersepeda. “Mereka juga mampu bersembunyi dari kejaran polisi berkat simpati dan solidaritas kolektif anarkis lain. Mereka meneror Paris dan selalu menjadi berita utama selama setengah tahun,” tulis Sedgwick.

Karena ciri tindakannya yang ideologis, kemunculan Bonnot Gang diiringi perdebatan sengit di antara faksi-faksi anarkis yang bahkan terus berlangsung hingga saat ini: golongan kontra versus golongan pro-kekerasan. Bagi faksi yang terakhir, aksi perampokan hingga pembunuhan yang menyasar otoritas negara (tentara polisi) dan kapitalis dipandang tepat.

Victor Serge, intelektual anarkis dari Rusia (yang kelak bergabung dengan Bolshevik), sempat mengeluhkan aksi-aksi kolektif anarkis pro-kekerasan, kendati ia sempat bergabung dengan Bonnot Gang dalam waktu yang sangat singkat. Bagi Serge, kemunculan Bonnot Gang menandai tumbuhnya “kekerasan dan keputusasaan”. Dalam otobiografinya, Memoirs of a Revolutionary (1930) Serge mengecam aksi-aksi mereka sebagai “bunuh diri kolektif” yang membuat gerakan anarkis tak ubahnya “sampah masyarakat dengan kegilaan akut”

Kaum anarkis pro-kekerasan inilah yang kelak dikenal sebagai kaum ilegalis.

Siapa Kaum Ilegalis?

Jules Bonnot adalah seorang bandit anarkis yang sejatinya tak senang dengan pertumpahan darah. Tiap kali terjadi konfrontasi, pria kelahiran Pont-de-Roide, 14 Oktober 1876 ini memilih kabur dan mengelabui musuh. Ia dikenal suka menyamar dengan dandan necis ala kaum borjuis, sampai-sampai dijuluki ‘Le Bourgeois’ alias Si Borju.

Ditinggal mati ibunya di usia lima tahun, Bonnot tumbuh sebagai berandalan yang keluar masuk bui karena kasus-kasus ringan seperti mengutil atau vandalisme. Bonnot jadi angkatan pertama wajib militer Perancis yang berlaku sejak 1897. Selama tiga tahun, ia ditugaskan sebagai montir kendaraan. Selesai wamil, Bonnot memutuskan bergabung dengan salah satu kolektif anarkis yang memang tengah mewabah di Paris kala itu.

Meski tak suka berkelahi, Bonnot dikenal tempramental. Pada 1907, ia pernah memukul bosnya dengan sebatang besi dan melarikan diri ke Jenewa, Swiss, setelahnya. Di kota itu, kecakapannya sebagai garong mulai terasah ketika bergabung dengan sindikat bandit spesialis pencurian mobil-mobil mewah kariernya.

Tongkrongan baru Bonnot membuat tempramen Bonno makin parah. Konon, ia pernah menewaskan rekan banditnya yang bernama Joseph ketika mereka hendak merampok. Victor Serge menggambarkan Joseph sebagai seorang militan Italia dengan rambut beruban “yang memimpikan kehidupan bebas di semak-semak Argentina, sejauh mungkin dari kota”.

“Dari selentingan kabar yang kami kumpulkan, seorang anarkis-individualis Lyon dan bernama Bonnot (saya tidak tahu orang itu) yang bepergian bersama Joseph mengendarai mobil, telah membunuhnya dengan menggunakan pistol,” tulisnya.

Menurut Richard Parry dalam The Bonnot Gang (1987, PDF) sejak awal Bonnot sudah tertarik ide-ide anarkisme. “Semula ia mengira [anarkisme] sekadar ekspresi jiwa anak muda, tapi kemudian justru menjadi pegangan hidupnya. Nahasnya, ia mencurahkan sikap tersebut menjadi sederet tindak kriminal.”

Bonnot, tulis Parry, “mungkin akhirnya muak dengan keadaan”. Setelah ikut wajib militer dan menopang kehidupan keluarganya, ia tak mendapat apa-apa. “Ide dan teori di satu sisi, pengalaman pahit di sisi lainnya. Semua itu adalah proses dialektis yang menghasilkan ilegalisme.”

Terinsipirasi oleh pemikiran Max Striner yang diabadikan dalam The Ego and Its Own (1844) ilegalisme adalah salah satu cabang pemikiran anarkisme yang cukup baru. Menurut catatan Doug Imrie di Anarchist Library, ilegalisme mulai tumbuh pesat sejak maraknya aksi-aksi pelempar bom dan pembunuh anarkis di Eropa pada 1890-an seperti Ravachol, Emile Henry, Auguste Vaillant, hingga Sante Caserio. Para anarkis-ilegalis berpegang teguh pada rumus propaganda by the deed, alias propaganda melalui tindakan langsung yang dilakukan untuk memicu revolusi.

Kaum ilegalis di Perancis kala itu sengaja memisahkan diri dari kolektif anarkis lain yang kerap menganggap bahwa aktivitas ilegal hanya dapat dibenarkan dengan dasar “reprise individuelle” atau “balas dendam perorangan” sebagai bentuk protes terhadap ketimpangan sosial dalam sistem kapitalisme.

Sementara bagi kaum ilegalis, aksi perampokan dan kekerasan lainnya tidak membutuhkan basis moral apapun dan dapat dilakukan sebagai bentuk pemuasan ego pribadi sekaligus balas dendam terhadap otoritas dalam masyarakat, mulai dari aparat negara, kaum borjuasi, hingga gereja.

Di Paris, buah pemikiran kaum ilegalis dimuat di dalam surat kabar mingguan L'Anarchie dan di lingkar diskusi Causeries Populaires. Keduanya didirikan oleh Albert Libertad (Albert Libertad), seorang anarkis militan dari Bordeaux, beserta rekan-rekannya: Andre Lorulot, Emile Armand, Victor Serge, dan Rirette Maitrejean.

Teoritikus Situationist International dari Perancis Raoul Vaneigem mengatakan bahwa nama Libertad mahsyur sejak ia getol mempropagandakan “agar tiap warga membakar KTP mereka dan kembali menjadi manusia seutuhnya, menolak membiarkan diri direduksi menjadi angka dan budak seperti yang diinginkan negara". Bagi Libertad, revolusi sosial mesti menghancurkan otoritas dan hanya akan berhasil jika tiap individu terlebih dahulu memberontak terhadap dirinya sendiri.

Bonnot Gang bukanlah ilegalis pertama dalam konteks sindikat bandit. Sebelumnya ada Marius Jacob yang menerapkan ide membentuk sindikat bandit anarkis dan menyasar otoritas dengan aksi-aksi ilegalnya.

Lahir di Marseille pada 27 September 1879, Jacob sudah aktif di berbagai kolektif anarkis di Perancis saat usianya 16 tahun. Di usia 17, ia dibui selama enam bulan karena melakukan percobaan peledakan bom. Setelah bebas, polisi memberi peringatan ke banyak tempat kerja agar tidak menerima Jacob sebagai karyawan.

Pada Mei 1899, Jacob bersama rekan-rekannya kabur ke Italia setelah merampok sebuah pegadaian di Marseille. Sekembalinya ke Perancis, ia ditangkap di Toulon, kemudian dipenjarakan di Aix-la-Provence namun berhasil melarikan diri. Setahun setelahnya, Jacob membentuk sindikat bandit anarkis anonim yang beroperasi di seantero Perancis.

Sindikat Jacob hanya menggarong pendeta, polisi, tentara, serta orang-orang kaya. Profesi seperti dokter, arsitek, serta penulis tidak mereka incar karena dianggap berguna bagi masyarakat. Mereka tidak melakukan pembunuhan, kecuali untuk membela diri.

Salah satu aksi mereka yang terkenal terjadi pada awal 1900-an. Kala itu mereka mencuri sebuah permadani mahal dari abad ke-17 senilai 200.000 franc di Katedral Tours. Sebelum melarikan diri, Jacob sempat membuat graffiti di dalam katedral tersebut:

“Oh, Tuhan yang Maha Perkasa, tolonglah temukan pencuri ini!”

Sepak Terjang Bonnot Gang

Bonnot Gang pertama kali beraksi pada 21 Desember tahun 1911. Sasarannya: Société Générale, sebuah bank di ruas Jalan Ordener, Paris. Mereka menyerbu kurir yang baru keluar dari bank untuk mengantarkan paket uang sebanyak 5000 franc, lalu kabur dengan mobil Delaunay-Belleville—juga hasil rampokan—sambil menembaki siapa pun yang mengejar di belakang.

Infografik Bandit Legendaris Perancis

Empat hari kemudian, tepat di hari pertama liburan Natal, Bonnot Gang menyerbu Foury Armory di Lafayette. Pada 2 Januari 1912, mereka menerobos masuk ke rumah seorang konglomerat bernama Louis-Hippolyte Moreau. Bonnot Gang membunuh Moreau beserta pembantunya, menggondol beberapa barang dan uang senilai 30.000 franc, lalu kabur ke Belgia.

Sekembalinya ke Paris pada 27 Februari 1912, Bonnot Gang menembak mati dua polisi saat mencuri mobil mahal dari sebuah garasi di Place du Havre. Selanjutnya, mereka menyerbu pabrik senjata Amerika di Paris dan memboyong berbagai senjata dan perlengkapannya.

Pada bulan yang sama, Bonnot Gang mencuri mobil milik seorang kaya dari Beziers yang kelak digunakan untuk merampok perusahaan penambangan Nimes yang pernah memecat salah satu anggota mereka karena terlibat serikat buruh.

Pada 25 Maret 1912, Bonnot Gang mencuri mobil De Dion-Bouton dan membunuh pengemudinya di hutan Sénart, Essonne. Hari itu juga, mereka kembali merampok Société Générale dan menewaskan dua orang kasir jaga. Sepanjang 1912, nama Bonnot tersohor di mana-mana karena terus melancarkan berbagai macam aksi perampokan yang disertai kekerasan. Berbagai media terus menuliskan kisah tentang mereka dengan jargon: “Les Bandits Tragiques” atau “Kumpulan Bandit Tragis”.

Saking piawainya menyamar, Bonnot Gang bikin polisi repot. Begitu bobroknya pihak polisi sampai-sampai Octave Garnier, salah seorang anggota Bonnot Gang, menulis surat berisikan olok-olok yang dimuat koran Le Martin pada 19 Maret 1912. Dalam surat itu, Garnier menyebut kerja kepala polisi Gilbert Guichard sebagai aparat yang tak efektif dan memboroskan uang negara karena selalu gagal menangkapnya.

“Ya, ya, saya tahu Anda pasti akan mengakhiri ini semua dengan lebih baik. Anda memiliki gudang senjata, sementara apa yang kami punya? Tidak ada. Anda lebih kuat dan kami lebih lemah. Tapi sementara itu belum terjadi, saya akan membuat Anda membayar mahal demi mendapat kemenangan tersebut,” tulis Garnier.

Setelah Jules Bonnot tewas diterjang timah panas aparat pada April 1912, Bonnot Gang masih beraksi sebelum tertangkap pada Februari 1913. Di persidangan, masing-masing anggota Bonnot Gang diberi hukuman berbeda berdasarkan keterangan para saksi.

Serge dihukum lima tahun penjara, Jean de Boe dibuang ke pulau terpencil, sementara sisanya dihukum seumur hidup. Carouy bunuh diri saat menjalani hukuman. Sementara Caillemin, Monier, dan Soudy menolak diberi grasi dan memilih dihukum mati. Ketiganya kelak dieksekusi dengan guillotine.

Kisah petualangan Bonnot Gang pun tamat.

Baca juga artikel terkait SEJARAH atau tulisan lainnya dari Eddward S Kennedy

tirto.id - Humaniora
Penulis: Eddward S Kennedy
Editor: Windu Jusuf