Menuju konten utama
Peneliti INDEF:

Kinerja Perdagangan Buruk, Menteri Enggar Hanya Cari Kambing Hitam

Peneliti INDEF Nailul Huda menilai klaim Enggar tentang perjanjian dagang dinilai hanya mencari kamping hitam atas buruknya kinerja perdagangan Indonesia akhir-akhir ini.

Kinerja Perdagangan Buruk, Menteri Enggar Hanya Cari Kambing Hitam
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyampaikan paparannya saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (18/6/2019). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso.

tirto.id - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda menilai klaim Enggar tentang perjanjian dagang seperti ingin mencari sesuatu untuk disalahkan atas buruknya kinerja perdagangan Indonesia akhir-akhir ini.

Menurut Nailul, Enggar perlu merefleksikan juga bahwa posisi perdagangan yang buruk saat ini boleh jadi turut dipengaruhi kinerjanya yang buruk selama menjadi menteri.

"Sepertinya Menteri Enggar sedang mencari kambing hitam atas prestasinya yang sangat buruk ini. Perjanjian dagang hanyalah sebuah faktor dari buruknya kinerja perdagangan," ucap Nailul saat dihubungi reporter Tirto pada Selasa (20/8/2019).

Nailul mengatakan perjanjian dagang memang dapat dianggap sebagai faktor dari kelancaran perdagangan yang dilakukan Indonesia. Namun, menurutnya, sumbangsih pada keseluruhan kinerja seharusnya cukup kecil.

Sebaliknya, Nailul lebih memilih agar pemerintah memfokuskan pada kebijakan yang bermanfaat. Bila ini dilakukan, Nailul yakin kalau defisit neraca perdagangan dapat dihindarkan bahkan ekspor bisa membaik jika ada kebijakan yang pro terhadap produsen dalam negeri.

Nailul menyatakan perjanjian dagang menjadi hak suatu negara untuk bekerja sama dengan negara lain. Namun, Nailul berpendapat bahwa perjanjian dagang dikejar bukan untuk alasan jumlah atau hanya sekadar capaian telah menyelesaikannya.

Ia menilai perjanjian dagang perlu dibuat dengan hati-hati. Pertama, perlu ada jaminan bahwa perjanjian itu berkualitas. Kedua, ia mengingatkan jangan sampai perdagangan Indonesia sendiri terkena dampaknya.

"Tapi kan, masalahnya bukan cepat atau tidak, namun berkualitas atau tidak. Salah satu contohnya adalah kebijakan perdagangan dengan Australia yang dikerjakan oleh Enggar, saya kira merugikan Indonesia. Jadi alasan tersebut mengada-ada saja," ucap Nailul.

Nailul juga mengatakan Enggar seharusnya tak menyalahkan pemerintah sebelumnya. Menurutnya, sebagai menteri yang menjabat sekarang, Enggar tetap harus bertanggung jawab.

"Jadi alasan Enggar yang menyebutkan kesalahan pemerintahan terdahulu tidak dapat diterima karena memang kinerja dia buruk," ucap Nailul.

Baca juga artikel terkait NERACA PERDAGANGAN INDONESIA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri