Menuju konten utama

Kilas Balik Karier Paul Pogba: Terang di Juventus, Redup di MU

Paul Pogba sempat moncer di Juventus, tapi meredup setelah kembali ke MU. Kini, dia di bawah bayang-bayang Bruno Fernandes.

Kilas Balik Karier Paul Pogba: Terang di Juventus, Redup di MU
Paul Pogba dari Manchester United saat pemanasan sebelum pertandingan sepak bola Liga Utama Inggris antara Manchester United dan Southampton, di stadion Old Trafford di Manchester, Inggris, Selasa, 2 Februari 2021. Phil Noble / Pool via AP

tirto.id - Ingar bingar spekulasi mengenai masa depan Paul Pogba menjalar bak bola salju. Dia dikabarkan bakal hengkang dari Manchester United pada musim panas mendatang. Peluang tersebut kian besar lantaran kontrak sang pemain dengan The Red Devils memang akan berakhir pada 2022. Itu artinya, andai gagal menemui kesepakan dalam perpanjangan kontrak, Pogba bisa hengkang dengan status free tranfser musim depan.

Jika itu benar-benar terjadi, tentu saja MU berada di pihak yang merugi secara finansial. Pasalnya, Pogba direkrut dari Juventus dengan biaya transfer yang mahal—90 juta poundsterling. Kini penggawa peraih trofi Piala Dunia 2018 itu diambang dilepas secara gratis. Jika Pogba mengindikasikan enggan bertahan, menjualnya di akhir musim ini adalah pilihan realistis bagi MU.

Situasi semakin panas karena Mino Raiola, agen Pogba, berujar kepada Tuttosports, “Paul tidak bahagia di Manchester United. Dia tidak bisa lagi mengekspresikan dirinya dengan cara yang dia mau atau sesuai yang diharapkan darinya. Dia mesti berganti tim dan suasana baru.”

Pernyataan Raiola itu tentu saja memantik komentar di sana-sini. Gael Mahe—eks agen Pogba, misalnya, menganggap pernyataan tersebut tidak etis. Menurutnya, sekalipun Raiola dan Pogba telah mendiskusikan masalah ini, Pogba semestinya bersikap dewasa dengan mengemukakan ketidaknyamanannya secara langsung.

“Paul adalah komunikator yang baik dan dapat berbicara lebih baik daripada perwakilan mana pun untuk dirinya sendiri,” tutur Gael Mahe seperti dikutip The Atheltic.

Sementara itu, pelatih MU Ole Gunnar Solskjaer berkata bahwa performa Pogba masih dibutuhkan tim. Pelatih berkebangsaan Norwegia itu mengungkapkan, “Paul adalah bagian dari tim ini. Dia sangat fokus untuk berkontribusi ketika berada di sini. Dia memiliki semangat untuk bermain.”

“Memang ada pemain yang menolak untuk berlatih dan bermain. Mereka tentu saja tidak di sini lagi, tapi Paul Pogba tidak pernah melakukannya,” tambah Solskjaer.

Benderang di Juventus

Talenta Paul Pogba telah tercium ketika usianya baru menginjak 14 tahun. Sejak bergabung dengan tim Perancis, Le Havre, Pogba digadang-gadang menjadi pemain penting yang mampu menarik perhatian tim-tim besar. Dari sejumlah klub raksasa yang memantaunya, MU turut serta dalam persaingan. Ditambah, sosok Alex Ferguson, pelatih MU kala itu, diyakini merupakan orang yang tepat dalam tumbuh-kembang seorang pemain muda seperti Pogba.

Ketika Pogba akhirnya berlabuh di MU, Ferguson melatihnya dengan cara yang menarik. Alih-alih membicarakan sepak bola, pelatih yang telah meraih 38 trofi bersama Iblis Merah itu justru mengajak Pogba berbincang santai sambil makan siang. Topik pembicaraan mereka pun lebih banyak seputar lingkungan, pendidikan, dan kesejahteraannya. Pendeknya, Fergie lebih menekankan pada sisi humanisme.

Di era Ferguson, Pogba tampil di tim reserve. Menurut catatan Transfermarkt, Pogba bermain sebanyak 22 kali di tim muda MU dengan torehan 3 gol dan 7 asis. Untuk ukuran seorang gelandang, statistik tersebut tidaklah buruk.

Semua berjalan baik-baik saja hingga datangnya Mino Raiola. Agen yang juga membawahi beberapa pemain top ini ditengarai menjadi awal mula keretakan hubungan Ferguson-Pogba.

“Kami telah merancang kontrak berdurasi tiga tahun dengan opsi perpanjangan satu tahun dan kami antusias untuk menandatanganinya. Namun, Raiola tiba-tiba muncul dan pertemuan pertama kami bagaikan mimpi buruk,” tutur Ferguson sebagaimana tertuang dalam buku otobiografinya.

Kondisi itu diperparah dengan “ketidaksabaran” Pogba untuk bermain di tim utama. Dalam podcast yang juga diunggah di website resmi MU, Pogba bercerita bahwa dirinya kecewa karena tidak mendapat kesempatan bermain kala MU bersua Blackburn Rovers pada pekan ke-19 Liga Inggris musim 2011/2012.

“Tak ada gelandang saat itu karena yang lain cedera. Paul Scholes juga tak ada karena sudah pensiun kala itu dan belum dipanggil lagi. Rafael [Silva] main di tengah bersama Park Ji-sung dan saya tidak dimainkan sama sekali. Kami akhirnya kalah,” terang Pogba.

“Saya berada di bangku cadangan dan melakukan pemanasan. Saya pikir saya bakal masuk. Itu akan menjadi kesempatan besar buat saya, tapi nyatanya itu tak terjadi,” tambahnya.

Sebagai pemain muda dengan semangat yang meletup, apa yang dirasakan Pogba wajar belaka. Namun, seiring waktu hal itu membuat Pogba, seperti yang diungkapkan Fergie, merasa lebih besar daripada klubnya sendiri. Di titik ini, Pogba seolah lupa bahwa Fergie tidak suka jika keputusannya diusik.

Kasus sepatu terbang yang dialami David Beckham sehingga membuatnya pergi ke Real Madrid merupakan satu dari sekian contoh bagaimana kuatnya karakter seorang Fergie.

Keretakan itu membuat Pogba akhirnya hengkang sebelum benar-benar bersinar. Dia pun berlabuh ke Juventus pada musim 2012/2013. Tak perlu waktu lama untuk Pogba memancarkan kesuksesan di Negeri Pizza. Pada musim pertamanya bersama Juventus, Pogba langsung memberi dampak positif dengan berkontribusi dalam meraih Scudetto. Dia tampil dalam 27 pertandingan dan menorehkan 5 gol.

Selama 4 musim membela Juventus, Pogba bermain dalam 178 laga serta menorehkan 34 gol dan 40 asis. Pencapaian ini menjadi bukti bahwa Pogba bisa bersinar jika diberikan kesempatan.

Tengok saja prestasinya ketika berkarier di Italia: 4 Scudetto, 2 trofi Coppa Italia, dan 2 Piala Super Italia. Adapun secara individual, Pogba terpilih sebagai pemain terbaik Serie A musim 2013/2014 dan pemain terbaik Juventus musim 2015/2016.

Untuk capaian itu, sudah sepatutnya dia berterima kasih kepada Massimiliano Allegri dan Antonio Conte.

Infografik Karier Paul Pogba

Infografik Terang-Redup Karier Paul Pogba. tirto.id/Rangga

Pogba di Persimpangan Jalan

Setelah berpetualang di Italia, Pogba pun kembali pulang ke Man United pada musim 2016/2017. Namun, di bawah arahan Jose Mourinho, Pogba tak bisa mencapai potensi maksimalnya seperti di Juventus. Pasalnya, pelatih asal Portugal itu kerap membatasi peran Pogba, terutama dalam membantu serangan.

Ketika datang menggantikan Mourinho, Solskjaer menempatkan Pogba lebih ke depan dan memberinya kebebasan untuk mengkreasi serangan. Pendekatan itu sempat berbah manis, tapi kemudian lajunya menurun. Pasalnya, lawan-lawan MU menyadari bahwa Pogba merupakan pusat permainan.

Sejak itu, Pogba kerap jadi target pressing lawan. Ketika pergerakannya berhasil dimatikan, daya gedor MU pun pincang.

Ashwin Ballal dalam analisisnya yang tayang di Total Football Analysis mengatakan, sekembalinya Pogba dari Juventus ke MU, sang pemain gagal memberikan performa terbaik secara konsisten. Menurutnya, itu terjadi lantaran Pogba lebih sering bermain di posisi gelandang bertahan alih-alih sebagai gelandang tengah atau gelandang serang.

Pogba juga kerap didera cedera. Di ajang Liga Inggris musim ini saja, dia absen selama 8 pertandingan karena mesti masuk ruang perawatan. Lain itu, kehadiran Bruno Fernandes sebagai pemain dengan peran nomor 10 membuat Pogba mesti mengalah.

Sejak kehadirannya, Bruno langsung menarik perhatian Ole lantaran sukses mengemban peran penting di lini tengah. Terlepas dari kelihaiannya menjadi eksekutor penalti, Bruno sejauh ini telah mencetak 35 gol dan 22 asis dalam 68 penampilan.

Dalam waktu kurang dari dua musim, eks penggawa Sporting Lisbon itu telah menjadi elemen penting dalam permainan MU. Jika memilih bertahan di MU, Pogba mesti siap berada di bawah bayang-bayang Bruno Fernandes.

Sama-sama mengisi pos gelandang bertahan, Pogba memang menerima lampu sorot yang lebih redup dibandingkan Bruno. Meski begitu, dia sebenarnya tetap berpengaruh dalam beberapa momentum. Laga melawan Brighton pada pekan 30 (5/4/2021) Premier League lalu menjadi bukti.

Selain menorehkan satu asis, secara statistik Pogba juga tampil cukup baik. Dari catatan Whoscored, dalam laga itu Pogba membikin 78 operan dengan tingkat akurasi operan sukses mencapai 74 persen. Sementara dari segi bertahan, dia melakukan 3 tekel sukses dan memenangi dua kali duel udara.

Baca juga artikel terkait MANCHESTER UNITED atau tulisan lainnya dari Hendi Abdurahman

tirto.id - Olahraga
Penulis: Hendi Abdurahman
Editor: Fadrik Aziz Firdausi