Menuju konten utama

Kilang Minyak Terbatas Hambat Lifting, SKK Migas: Kurangi Impor

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menyebut, lifting migas bisa maksimal dengan mengurangi impor, karena kilang minyak digunakan untuk migas domestik dan impor.

Kilang Minyak Terbatas Hambat Lifting, SKK Migas: Kurangi Impor
Foto udara Kilang PT Pertamina (persero) Refinery Unit (RU) III Plaju, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (24/10/2018). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.

tirto.id - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meminta capaian lifting (minyak siap jual) kepada SKK Migas untuk sama dengan target. Hal ini terkait capaian lifting kuartal I 2019 yang tak memenuhi target.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto mengatakan tengah berupaya memenuhi permintaan tersebut.

Dwi juga menuturkan, salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah mengurangi impor, sehingga memperlancar lifting.

Sebab, kata dia, hal ini berkaitan dengan kapasitas kilang yang isinya juga dapat berbagi dengan crude oil (minyak mentah) dari domestik atau impor.

"Lifting produksi kami koordinasi dengan Pertamina. Pertamina bisa mengurangi impor supaya lifting lebih lancar," kata dia, kepada wartawan usai pelantikan pejabat SKK Migas di Kemen ESDM, Kamis (4/4/2019).

"Lifting kan dibawa ke kilang. Kalau kilang belum siap nerima [karena terbatas], di sini belum bisa dilakukan. Kalau impor kurangi dikit ini lebih lancar [lifting]," ungkap Dwi.

Dwi menambahkan, pengapalan juga masih menjadi kendala yang dihadapi. Di antaranya, ketersediaan kapal untuk mengangkut hasil lifting serta masalah pengurasan hasil produksi yang belum optimal.

Dalam sejumlah kasus, Dwi pun mengakui Menteri ESDM mengeluhkan lifting yang menumpuk pada akhir bulan.

Meski demikian, ia juga akan berupaya membenahi lifting yang menumpuk. Ia beralasan hambatan lifting seperti gangguan cuaca di lepas pantai.

Sebagai konsekeunsi, kata dia, pengapalan lifting bisa mundur di bulan berikutnya dan menjadikan capaian di bulan berjalan seperti jauh di bawah target.

"Memang tadi jangan numpuk di belakang yang harus diupayakan. Lifting itu kaitannya dengan pengapalan. Gak akan mungkin kita lifting kalau kapal gak siap," ucap Dwi.

Pada kuartal I 2019, lifting migas di bawah target. Lifting mencapai mencapai 1,814 juta BOEPD atau setara dengan 94,6 persen dari target APBN 2019.

"Gak efisien juga kalau [kapal] gak penuh, tapi diangkut," tambah dia.

Menteri ESDM, Ignasius Jonan sempat meminta agar capaian lifting dapat ditingkatkan lagi. Dalam sambutannya, ia meminta agar capaian lifting harus paling tidak sama dan jika bisa melebih target.

"Lifting ini juga, saya juga gak happy karena orang tanya saya lifting minyak. Tiap bulan itu harus sama atau lebih dari target," ucap Jonan, Kamis (4/4/2019).

Baca juga artikel terkait SKK MIGAS atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali