Menuju konten utama
Naskah Khotbah Jumat

Khutbah Jumat Singkat: Pemimpin dan Kepemimpinan Menurut Islam

Khutbah Jumat singkat terbaru pekan ini mengambil tema tentang kepemimpinan dalam perspektif Islam.

Khutbah Jumat Singkat: Pemimpin dan Kepemimpinan Menurut Islam
Ilustrasi seorang pemimpin. tirto.id/Quita

tirto.id - Khutbah Jumat singkat kali ini mengangkat tema tentang kepemimpinan dan seorang pemimin dalam perspektif agama Islam.

Bismilllaahirrahmaanirrahiim,

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh..

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

Alhamdulillah, segala puja dan puji bagi Allah subhanahu wata'ala yang telah mempertemukan kita kembali pada hari ini dalam majelis khotbah dan salat Jumat, 20 Januari 2023.

Salawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad salallaahu 'alaihi wasallam, keluarganya, para sahabatnya dan kepada seluruh pengikutnya yang berada dalam iman Islam, amma ba'du.

Teks Khutbah Jumat Singkat Terbaru Pekan Ini

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Islam mengajarkan kita untuk selalu bisa amanah dalam segala hal, dan salah satu amanah yang harus dijaga adalah jabatan atau kekuasaan, termasuk ketika sedang menjadi seorang pemimpin.

Seorang pemimpin atau penguasa memiliki kewajiban untuk memelihara urusan-urusan rakyat, mengutamakan kemaslahatan dan kepentingan rakyatnya, karena ini adalah amanah yang harus dijaga.

Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya kepemimpinan merupakan sebuah amanah, di mana kelak di hari kiamat akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan. Kecuali mereka yang melaksanakannya dengan cara baik, serta dapat menjalankan amanahnya sebagai pemimpin." (HR. Muslim).

Dalam riwayat lain, Imam ath-Thabari, dalam Tafsir ath-Thabari yang menukil perkataan Ali bin Abi Thalib ra. mengatakan, “Kewajiban imam/penguasa adalah berhukum dengan hukum yang telah Allah turunkan dan menunaikan amanah. Jika ia telah melaksanakan hal itu maka orang-orang wajib mendengarkan dan menaatinya, juga memenuhi seruannya jika mereka diseru…”

Dikutip dari situs UIN Suska Riau, karakteristik manusia yang berniat menjadi seorang pemimpin akan terlihat dari perilakunya yang dilandaskan terhadap keyakinan sangat mendalam bahwa apa-apa yang dilakukannya adalah bagian dari ibadah kepada Allah SWT.

Ketika diamanatkan menjadi seorang pemimpin, maka ini merupakan panggilan yang sangat mulia dan perintah dari Allah yang menempatkan orang sebagai makhluk terpilih sehingga tumbuh dalam dirinya kehati-hatian, menghargai waktu, hemat, produktif, dan memperlebar sifat kasih sayang sesama manusia.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Motivasi seseorang ketika ia bertugas sebagai pemimpin tentu sangat beragam seperti halnya motivasi seseorang untuk melaksanakan ibadah salat, puasa, dan sebagainya.

Keragaman motivasi atau latar belakang niat seseorang dalam bertindak adalah suatu hal yang tidak terelakkan dan secara hukum tidak dipersalahkan.

Namun seorang pemimpin yang baik tentu saja berawal dari niatnya untuk berbuat baik, seperti sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Salam, yang bermakna:

“Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya." (HR. Bukhari, Muslim).

Ada banyak ayat dalam Al-Qur'an yang menjelaskan tentang menjadi seorang pemimpin dan kepemimpinan, salah satunya disebutkan peran seorang Pemimpin Umat yang baik dalam membimbing umat Islam pada surah Al-Anbiya ayat 73.

Allah SWT berfirman:

وَجَعَلۡنٰهُمۡ اَٮِٕمَّةً يَّهۡدُوۡنَ بِاَمۡرِنَا وَاَوۡحَيۡنَاۤ اِلَيۡهِمۡ فِعۡلَ الۡخَيۡرٰتِ وَاِقَامَ الصَّلٰوةِ وَاِيۡتَآءَ الزَّكٰوةِ‌ۚ وَكَانُوۡا لَـنَا عٰبِدِيۡنَ

Wa ja'alnaahum a'immatany yahduuna bi amrinaa wa awhainaaa ilaihim fi'lal khairaati wa iqoomas Salaati wa iitaaa'az Zakaati wa kaanuu lanaa 'aabidiin

Artinya: "Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah." (QS. Al-Anbiya: 73)

Ayat ini menjelaskan tentang kepemimpinan para nabi dan rasul keturunan Ishak dan Yakub, mereka berperan sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk kepada Bani Israil dengan perintah Allah dalam Kitab Taurat, Zabur, dan Injil.

Allah mewahyukan kepada mereka, para nabi dan rasul itu, agar berbuat kebaikan, melaksanakan salat, dan menunaikan zakat, dan ditegaskan juga bahwa hanya kepada Allah SWT mereka menyembah dan memohon pertolongan.

Dilansir dari Tafsir Kemenag, ayat ini menjelaskan tentang tambahan karunia-Nya kepada Ibrahim, yaitu bahwa keturunan Ibrahim itu tidak hanya merupakan orang-orang yang saleh, bahkan juga menjadi imam atau pemimpin umat yang mengajak orang untuk menerima dan melaksanakan agama Allah, dan mengajak kepada perbuatan-perbuatan yang baik dan bermanfaat, berdasarkan perintah dan izin Allah.

Nabi Ibrahim yang diberi gelar "Khalilullah" (kekasih Tuhan) juga merupakan bapak dari beberapa nabi karena banyak di antara nabi-nabi yang datang sesudahnya adalah dari keturunannya, sampai dengan Nabi dan Rasul yang terakhir, yaitu Muhammad SAW adalah termasuk cucu-cucu Ibrahim a.s. melalui Nabi Ismail.

Mereka memperoleh wahyu Allah yang berisi ajaran-ajaran dan petunjuk ke arah bermacam-macam kebajikan, terutama menaati perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya.

Di samping itu Allah juga mewahyukan kepada mereka agar mendirikan salat dan membayarkan zakat.

Kedua macam ibadah ini disebutkan Allah secara khusus, sebab ibadah salat memiliki keistimewaan sebagai ibadah jasmaniah maupun sebagai sarana yang mengokohkan hubungan hamba dengan Tuhannya.

Sedang zakat mempunyai keistimewaan baik sebagai ibadah harta yang paling utama yang mempererat hubungan dengan sesama hamba, lebih-lebih bila diingat bahwa harta benda sangat penting kedudukannya dalam kehidupan manusia.

Kedua macam ibadah ini, walaupun harus dilengkapi dengan ibadah-ibadah lainnya, namun ia telah mencerminkan dua sifat utama pada diri manusia yaitu taat kepada Allah, dan kasih sayang kepada sesama manusia.

Akhirnya, pada ujung ayat ini Allah menerangkan bahwa keturunan Nabi Ibrahim itu adalah orang-orang yang beribadat kepada Allah semata-mata dengan penuh rasa khusyuk dan tawadu.

Jadi dapat ditarik kesimpulan pula, bahwa seorang pemimpin yang baik dalam persepektif Islam adalah mereka yang bisa menjalankan amanah dan merupakan orang-orang terpilih yang memiliki ketaatan pada Allah serta mempunyai sifat kasih sayang kepada sesama manusia.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Ada beberapa karakter utama yang harus dimiliki dalam sebuah kepemimpinan, yaitu Shidiq (jujur), amanah dan dapat berlaku adil.

Allah SWT berfirman yang artinya:

"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (bersaksi atau jujur tentang kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan," (QS. Al-Maidah [5]: 8)

Karakter lainnya adalah menepati janji, baik janjinya kepada rakyat, dan khususnya kepada Allah SWT. Pemimpin yang baik juga harus memiliki sifat yang murah hati serta tidak melupakan akhirat.

Akhir kata, khatib ingin mengingatkan jika diamanahkan sebagai seorang pemimpin, maka hendaknya pemimpin ini juga harus selalu berupaya menyempurnakan keilmuannya, berani mengambil risiko dan mampu mengambil ibrah dari keberhasilan serta kegagalan para pemimpin terdahulu.

Wabillaahi taufik walhidayah, wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.

Baca juga artikel terkait KHUTBAH JUMAT SINGKAT atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Addi M Idhom