Menuju konten utama

Keutamaan Sedekah: Lebih Utama ke Saudara Sendiri atau Orang Lain?

Sedekah adalah amalan yang memiliki berbagai keutamaan, apa saja?

Keutamaan Sedekah: Lebih Utama ke Saudara Sendiri atau Orang Lain?
Warga mengambil paket bahan makanan yang digantung di pagar rumah kawasan Cimahi, Bandung, Jawa Barat, Rabu (29/4/2020). ANTARA FOTO/Novrian Arbi/aww.

tirto.id - Bersedekah (shadaqah) adalah memberikan harta benda dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Semua kebaikan yang dilakukan demi kemashlahatan umum untuk mengharap ridho Allah dapat menjadi bagian dari sedekah.

Dengan bersedekah, seorang muslim akan membantu orang lain yang membutuhkan. Sedekah tidak akan mengurangi kekayaannya pemberinya sesuai janji Allah, dan justru menghasilkan banyak keuntungan baginya di dunia dan akhirat.

Menurut laman Kemenag, sedekah adalah memberikan sesuatu tanpa ada takarannya karena mengharapkan pahala dari Allah subhanahu wa ta'ala.

Sedekah dapat diberikan pada kaum fakir miskin, orang yang membutuhkan, dan siapa pun yang berhak diberikan sedekah tanpa mengharapkan adanya imbalan. Sedekah memiliki makna yang lebih luas dibanding infak.

Objek sedekah tidak terbatas pada pemberian dalam bentuk materi atau harta benda. Bahkan tenaga, pikiran, menolong orang, hingga menyingkirkan batu di jalan termasuk dalam kategori bersedekah.

Nabi Muhammad memberikan petunjuk terkait amalan sedekah paling mudah dilakukan, yaitu tersenyum. Beliau bersabda, “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah” (HR. At-Tirmidzi).

Keutamaan Sedekah

Sedekah adalah amalan yang memiliki berbagai keutamaan. Manfaatnya dapat dirasakan di dunia dan di akhirat. Orang yang membantu maupun yang dibantu sama-sama mendapat kebaikan dari pelaksanaan amalan ini.

Dilansir laman Dompet Dhuafa, setidaknya ada lima keutamaan sedekah:

1. Mendapatkan harta atau pahala yang berlipat

Sesuai janji Allah dalam Al Quran surah Al Hadid ayat 18, laki-laki dan perempuan yang bersedekah dengan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik maka mereka mendapatkan pahala yang berlipat ganda dan banyak.

Jika sedekah itu berupa sedekah jariyah -- seperti bersedekah membangun masjid, wakaf, atau membangun sumur untuk umum -- akan terus mengalir pahala untuk pemberinya sekali pun telah meninggal selama objek sedekah terus dimanfaatkan. Dan, harta yang disedekahkan tidak membuat miskin dan justru ditambah oleh Allah.

2. Memanjangkan usia dan mencegah dari su'ul khatimah

Bersedekah dapat memanjangkan usia, yaitu amal kebaikan yang dilakukan orang bersedekah tetap dikenang melebihi usianya di dunia.

Selain itu, bersedekah menjadi perantara agar seseorang dapat mendapatkan kematiannya kelak dengan kematian yang baik (husnul khatimah).

Hal tersebut selaras dengan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam, “Sesungguhnya sedekahnya orang muslim itu dapat menambah umurnya, dapat mencegah kematian yang buruk, Allah akan menghilangkan darinya sifat sombong, kefakiran dan sifat bangga pada diri sendiri.”(HR. Thabrani)

3. Menjauhkan dari siksa neraka

Sedekah dapat sebagai jalan untuk menjauhkan diri dari api neraka. Nabi Muhammad bersabda, “Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan (sedekah) sebutir kurma.” (Muttafaqun ‘alaih).

4. Menghapuskan dosa

Dosa manusia dapat dihapuskan dengan pahala dari kebaikan yang dikerjakannya. Termasuk sedekah, juga menjadi amalan yang mampu menghapuskan dosa-dosa itu apalagi jika dikerjakan secara konsisten. Nabi Muhammad bersabda, “Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api.” (HR. At-Tirmidzi)

5. Memperoleh naungan di Hari Akhir

Seluruh manusia akan mempertanggungjawabkan kehidupan dunia di akhirat kelak. Mereka dikumpulkan di Padang Mahsyar dan mendapat pengadilan sembari menunggu di tengah teriknya matahari yang berjarak sagat dekat dengan kepala.

Di saat menunggu giliran diadili, amalan sedekah manusia di dunia mampu menaunginya sebagaimana sabda Rasulullah:

“Setiap orang berada di bawah naungan sedekahnya (pada hari kiamat) hingga diputuskan di antara manusia atau ia berkata: “Ditetapkan hukuman di antara manusia.” Yazid berkata: “Abul Khair tidak pernah melewati satu haripun melainkan ia bersedekah padanya dengan sesuatu, walaupun hanya sepotong kue atau bawang merah atau seperti ini.” (HR. Al-Baihqi, Al-Hakim dan Ibnu Khuzaimah).

Orang yang berhak disedekahi

Ada kalanya seseorang bimbang dalam memberikan sedekah, apakah diberikan pada keluarga atau orang lain. Terkait hal ini, Imam Nawawi dalam kitab Al Majmu' Syarah Al Muhadzab mengatakan bahwa ulama bersepakat jika sedekah kepada sanak keluarga lebih utama ketimbang untuk yang lain menurut beberapa hadits.

Dilansir laman NU, dalam sebuah hadis riwayat Bukhari nomor 1462 diceritakan suatu ketika Rasulullah ke masjid untuk shalat Ied. setelah selesai shalat lalu menghadap jamaah dan memberikan nasihat termasuk petuah untuk bersedekah. Lalu, saat melihat beberapa wanita yang lewat beliau berseru, "Wahai para wanita sekalian, bersedekahlah! Sebab saya itu melihat mayoritas dari kalian adalah penghuni neraka!".

Para wanita tersebut bertanya kenapa mesti bersedekah. Lalu, Rasulullah menjawab, "‘Karena kalian sering melaknat dan kufur terhadap suami. Aku tidak pernah melihat seseorang yang akal dan agamanya kurang namun bisa sampai menghilangkan kecerdasan laki-laki cerdas kecuali hanya di antara kalian ini yang bisa, wahai para wanita."

Sekembalinya dari shalat Ied, istri Ibnu Mas'ud yang bernama Zainab menemui beliau di rumahnya. Dia mengatakan pada Rasululullah bahwa ingin menyedekahkan hartanya tapi suaminya mengira jika dia dan anak mereka lebih berhak mendapat sedekahnya.

Mendengar penjelasan Zainab, Rasulullah menjawab bahwa benar yang dikatakan oleh Ibnu Mas'ud. Suami dan anak Zainab lebih berhak mendapatkan sedekah itu dibanding orang lain.

Kisah dalam hadis di atas menjadi sebuah pijakan untuk mengutamakan bersedekah untuk keluarga terlebih dahulu. Kendati demikian, menurut sebagian murid Imam Syafi'i tidak mengapa pula mau mendahulukan yang mana ketika bersedekah.

Sementara itu, Imam Baghawi melihat ada perbedaan pandangan dalam masalah keutamaan ini. Menurutnya deretan paling awal sebagai penerima sedekah tetap pada keluarga yang menjadi tanggung jawab untuk diberi nafkah seperti istri dan anak-anaknya.

Dengan begitu, sedekah lebih diprioritaskan pada anak kerabat jika mereka memang memiliki keadaan tidak mampu seperti fakir, miskin, atau berhutang banyak (gharim).

Arti "tidak mampu" mengacu pada standar orang-orang yang berhak menerima zakat. Namun jika dalam keluarga sudah tidak ada lagi orang yang memiliki kondisi berhak diberikan zakat, maka priotas sedekah dapat diberikan untuk yang lain.

Baca juga artikel terkait SEDEKAH atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yulaika Ramadhani