Menuju konten utama

Hukum Puasa pada Hari Tasyrik dan Keutamaan Hari Tersebut

Karena merupakan bagian dari hari raya umat Islam, maka puasa sunah dan puasa wajib (puasa nazar ataupun qada puasa) terlarang pada tiga hari tasyrik ini.

Hukum Puasa pada Hari Tasyrik dan Keutamaan Hari Tersebut
Pedagang mengawasi ternak sapi untuk hewan kurban yang dijualnya di Pasar Hewan, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (14/7/2021). ANTARAFOTO/Basri Marzuki/wsj.

tirto.id - Hari tasyrik merupakan bagian dari Hari Raya Idul Adha. Hukum puasa pada hari tasyrik adalah terlarang karena hari ini menjadi bagian dari hari raya umat Islam.

Kendati puasa sunah adalah amalan yang dianjurkan bagi setiap muslim, namun terdapat hari-hari tertentu ketika ibadah puasa justru haram dilakukan. Hari tasyrik adalah salah satu waktu ketika umat Islam dilarang berpuasa.

Bukannya memperoleh pahala, apabila ada yang bersikeras berpuasa pada hari Tasyrik, ia akan diganjar dosa karena sudah melanggar larangan Islam.

Hari-hari tasyrik adalah tiga hari selepas Iduladha yang jatuh pada tanggal 11-13 Zulhijah.

Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) telah menetapkan Hari Raya Idul Adha 1443 H jatuh pada tanggal 10 Juli 2022. Hal ini disampaikan selepas Kemenag melakukan Sidang Isbat (Penetapan) Awal Zulhijah di Jakarta pada 29 Juni 2022.

“Sidang isbat telah mengambil kesepakatan bahwa tanggal 1 Zulhijah tahun 1443 Hijriah ditetapkan jatuh pada Jumat tanggal 1 Juli 2022,” kata Wakil Menteri Agama (Wamenag), Zainut Tauhid Sa'adi, dikutip dari Kemenag.go.id.

“Dengan demikian Hari Raya Idul Adha 1443 H jatuh pada 10 Juli 2022,” imbuh Wamenag.

Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas, juga telah menerbitkan Surat Edaran (SE) Menag No 10/2022 tentang Panduan Penyelenggaraan Salat Hari Raya Idul Adha dan Pelaksanaan Kurban Tahun 1443 Hijriyah/2022 Masehi.

SE ini, kata Menag, diterbitkan dalam rangka memberikan rasa aman kepada umat Islam dalam penyelenggaraan salat Hari Raya Idul Adha dan pelaksanaan kurban tahun 1443 H/2022 M di tengah wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.

“Ini panduan bagi masyarakat dalam menyelenggarakan Salat Hari Raya Idul Adha dengan memperhatikan protokol kesehatan dan melaksanakan ibadah kurban dengan memperhatikan kesehatan hewan kurban sebagai upaya menjaga kesehatan masyarakat,” ujar Menag pada 25 Juni 2022.

Tahun ini, hari tasyrik dimulai sejak Senin, 11 Juli 2022 hingga Rabu, 13 Juli 2022.

Tiga hari tasyrik dan Hari Raya Idul Adha adalah momen saat umat Islam dianjurkan menyembelih hewan kurban. Bagi orang yang memiliki kelapangan harta, ia sangat ditekankan untuk berkurban pada hari-hari tersebut.

Hal ini tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW: "Barangsiapa yang memiliki kelapangan [harta], sedangkan ia tak berkurban, janganlah dekat-dekat tempat salat kami," (H.R. Ahmad, Ibnu Majah, dan Hakim).

Hukum Puasa pada Hari Tasyrik

Penamaan hari tasyrik erat kaitannya dengan sejarah bangsa Arab di masa silam. Asal kata tasyrik ini berhubungan dengan kebiasaan orang-orang Islam di zaman Nabi Muhammad SAW.

Pertama, selepas berkurban dan menyembelih hewan ternak, orang-orang Arab menjemur daging-daging untuk dibuat dendeng.

Dalam bahasa Arab, tasyrik bisa diartikan sebagai proses penjemuran. Karena tidak ada kulkas, tujuan dijemurnya daging adalah agar tetap awet dan tidak lekas busuk.

Kedua, tasyrik juga bisa diartikan sebagai terbitnya matahari. Dalam pengertian ini, orang-orang Islam menyembelih hewan kurban setelah matahari terbit.

Hari tasyrik yang berlangsung tanggal 11-13 Zulhijah, merupakan bagian dari Hari Raya Idul Adha, dan sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “Hari-hari tasyrik adalah hari makan dan minum,” (HR. Muslim).

Karena merupakan bagian dari hari raya umat Islam, maka puasa sunah dan puasa wajib (puasa nazar ataupun qada puasa) terlarang pada tiga hari tasyrik ini.

Keutamaan Hari Tasyrik

Terdapat sejumlah keutamaan hari-hari tasyrik di sisi Allah SWT. Hari tersebut tergolong hari yang agung dan umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak doa dan zikir pada hari tasyrik. Berikut ini beberapa keutamaan hari tasyrik dalam Islam.

1. Hari untuk berkurban

Pada hari-hari tasyrik, umat Islam yang memiliki kelapangan harta dianjurkan untuk menunaikan ibadah kurban. Hal ini tergambar dalam firman Allah SWT dalam surah Al-Kautsar ayat 1-2:

"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah," (Al-Kautsar [108]: 1-2).

2. Hari untuk bergembira dan menikmati jamuan

Pada hari tasyrik, umat Islam dianjurkan untuk menikmati jamuan dari hidangan daging kurban. Daging yang dipersembahkan untuk ibadah lebih bernilai berkah daripada daging biasa.

Karena itu, Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa hari-hari tasrik adalah hari makan dan minum bagi umat Islam. Dengan demikian, seorang muslim dilarang berpuasa pada hari-hari tasyrik.

3. Anjuran memperbanyak doa dan zikir pada hari tasyrik

Hari-hari tasyrik adalah momen ketika doa mustajab dipanjatkan. Barang siapa yang berdoa pada hari-hari tersebut, maka Allah SWT akan mengabulkannya.

Anjuran memperbanyak doa dan zikir pada hari tasyrik ini tergambar dalam firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 103:

"Dan berdzikirlah [dengan menyebut] Allah dalam beberapa 'hari yang terbilang'. Barang siapa mempercepat [meninggalkan Mina] setelah 2 hari, maka tidak ada dosa baginya. Dan barang siapa mengakhirkanya tidak ada dosa pula baginya.Yakni bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu akan dikumpulkanya," (QS. Al-Baqarah [2]: 203).

Ahli tafsir menyatakan bahwa "hari yang terbilang" pada ayat di atas adalah hari-hari tasyrik. Doa yang paling dianjurkan bagi seorang muslim adalah doa sapu jagad sebagai berikut:

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Bacaan latinnya: "Rabbana aatina fiddunya hasanah wafil akhiroti hasanah, waqinaa 'azaban-naar."

Artinya : "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaiakan di akhirat dan lindungilah kami dari azab neraka."

Baca juga artikel terkait IDUL ADHA atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Ibnu Azis