Menuju konten utama
Ahmad Ridha Sabana

Ketua Umum Partai Garuda, "Silakan Audit Anggaran Kami!"  

"Basic saya memang pedagang," kata Ketum Partai Garuda.

Ketua Umum Partai Garuda,
Ahmad Ridha Sabana, Ketum Partai Garuda. tirto.id/Sabit

tirto.id - Partai Garuda lolos verifikasi faktual Pemilu untuk kali pertama. Partai itu tak mengandalkan tokoh dan donor anggaran yang besar. Tapi, sebagian pengurus mencari donor dari jejaring bisnisnya.

Saat ditanya apa Partai Garuda berani mempublikasikan aliran dana, Ahmad Ridha Sabana, Ketua Umum Partai Garuda, mengatakan sangat siap sekali.

Sabana juga berkata tak ada aliran dana dari mantan bosnya di Televisi Pendidikan Indonesia, Siti Hardijanti Rukmana alias Mbak Tutut, putri Soeharto.

Demi menarik kader, Partai Garuda lebih memilih memanfaatkan sosial media untuk menggencarkan “private message”. Pola pemantauan kinerja dan administrasi dibuat terstruktur melalui sistem basis data internal partai yang terhubung secara online.

Sabana menjelaskan Partai Garuda tak bergerak secara senyap. Tapi, justru karena orang tak mengenal dirinya maupun pengurus lain sehingga sunyi dari radar media.

Partai Garuda tak memiliki media maupun kader artis. “Kalau saya selebritas, satria bergitar gitu, saya datang ke daerah, banyak yang ngerubungi saya. Atau, kalau saya misalnya dulu pekerja media, presenter mungkin jadi saya bisa kontak teman-teman saya,” katanya, yang secara tersirat merujuk nama populer dari dua partai baru yang lolos Pemilu 2019, Rhoma Irama, pendiri Partai Idaman, dan Grace Natalie dari Partai Solidaritas Indonesia.

Berikut perbincangan dengan Ahmad Ridha Sabana saat saya menemuinya di Senayan City, akhir April 2018. Sesudah wawancara, disaksikan Sabana, seorang kader Partai Garuda memberikan amplop kepada saya. Hal sama saat saya mewawancarai Abdullah Mansuri, Sekjen Partai Garuda. Kedua amplop dari mereka tentu saya tolak.

Bagaimana proses peralihan Partai Garuda dari Partai Kerakyatan Nasional, apa petingginya hadir termasuk Harmoko?

Kami melakukan kongres membentuk partai ini, menunjuk saya sebagai ketua umum, membentuk AD/ART, dan penentuan nama, logo, dan sebagainya.

Jumlah anggota terbanyak kedua, cepat sekali bagi partai baru, apa strateginya?

Sekarang zaman big data. Bisa memanfaatkan sosial media untuk melakukan rekrutmen, bisa langsung mengarah ke suatu daerah tertentu, mau yang umur sekian sampai sekian, bagaimana impresinya. Itu yang kami lakukan.

Saya bisa tahu isu yang ramai di Papua itu apa. Sampai sedetail itu kerjanya, cuma kami tidak banyak omong. Percaya deh kami tahu apa yang diinginkan rakyat di situ persisnya apa. Ini dengan cara yang positif.

Jadi kami menerima pendaftaran secara online. Kalau mereka ngisi form keanggotaan masuk ke sistem, sampai upload KTP. Waktu itu kami menyebar form saat orang masih pakai BBM (BlackBerry Messenger). Dari BBM ada Partai Garuda, lalu daftar ke kami. Itu sudah lama kami lakukan. Awalnya kami pakai Google docs, selanjutnya kami bikin sistem sendiri.

Kami memanfaatkan teknologi selain memang dari jaringan kami sendiri. Big data ini bukan sesuatu yang negatif. Analisis bisa dilakukan dengan cara yang complicated. Basic saya IT.

Untuk strategi penyebaran, bagaimana orang tahu ada Partai Garuda?

DPC kami aktif mengumpulkan data. Anggota ini ada yang mendaftar sukarela ke kami, banyak yang dari jaringan. Waktu membangun jaringan, saya ke DPD-DPD tiga tahun.

Pola penyebarannya juga lewat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi)?

Ikappi, salah satunya. Itu jaringan matang. Pedagang pasar banyak. Makanya partai kami [disebut] partai "wong cilik".

Ikappi akan atau sudah dijadikan organisasi sayap Partai Garuda?

Enggak. Itu kan organisasi mandiri. Jangan, dong.

Partai Anda cepat mendapatkan banyak anggota, apa karena aliran dana yang besar? Anda di Kadin, kan.

Saya basic-nya memang pedagang. Tapi bukan berarti saya punya cukup uang. Tapi, insyaallah, untuk kebutuhan partai, kami bisa handle. Sekjen juga punya cukup [sumber dana] untuk kebutuhan.

Tapi untuk membentuk partai toh faktanya tidak memerlukan uang banyak.

Yang kami bina, daerah-daerah membangun partai bersama-sama. Tidak hanya menjadi tanggung jawab DPP. Apa yang menjadi tanggung jawab DPD dan DPC diselesaikan masing-masing.

Benar tidak ada aliran dana dari DPP ke DPD dan dari DPD ke DPC?

Tidak ada. Tidak ada. Sama sekali. Cek saja ke daerah. Itu yang kami bangun dari awal.

Kata sekjen partai, Abdullah Mansuri, aliran dana partai didapat dari jaringan perusahaan Anda juga?

Perusahaan itu untuk kebutuhan operasional saja. Itu paling transportasi. Kegiatan di daerah juga sederhana, kok. Kami punya SisPol lebih advance dari punya KPU. Sistem entry lebih mudah dari yang dipunyai KPU. Kemampuan orang meng-input KTP sehari saja itu mentok 100 KTP untuk KPU. Kami punya sistem yang lebih dari itu.

Bagaimana cara register jadi anggota? Harus bayar?

Enggak (bayar). Bisa online.

Cara mendaftar calon legislatif?

Kami beri kewenangan penuh pada DPC untuk penjaringan, verifikasi, dan melakukan seleksi untuk tingkat kabupaten dan kota. Kalau DPD di tingkat provinsi, full kami berikan. DPP tanggungjawabnya DPR RI.

Untuk menjadi caleg, kan, butuh dana besar. Misalnya menyewa jasa konsultan atau lembaga survei internal, perangkat kampanye, dan sebagainya...

Kalau beban ini kami bagi, saya kira tidak terlalu besar. Kalau menjadi beban satu orang caleg ya besar. Kami sudah punya sistem bagaimana pola kerja kami bisa membagi kordinator Dapil. Itu sampai tim ke TPS. Semua tercatat dalam sistem kami, nanti ada mapping-nya.

Anda pernah menjabat Dirut TPI...

Saya jadi Dirut TPI mah duitnya enggak ada, Bos. Ya cukuplah untuk kehidupan sehari-hari saya. Saya profesional di situ.

Mengapa akun media sosial Partai Garuda nyaris tidak aktif atau ramai?

Itu menurut you tidak ramai, tapi di internal kami selesai semua. Kami punya strategi tidak ngoyo harus mencari orang yang punya uang, tidak ngoyo nyari orang yang punya kantor mewah. Rata-rata kantor DPC kami di rumah-rumah mereka atau di warung-warung mereka, tidak membebani. Yang penting alamat jelas dan [ada] komputer.

Butuh berapa orang IT untuk membangun sistem komputasi internal?

Berlima, internal semua. Ini pekerjaan coding. Itu kerjaan saya, dari SMA sudah biasa coding jadi paham.

Banyak? Saya sendiri saja, kali.

Ada Ikin Sodikin (Ketua DPD Jawa Barat), misalnya.

Dia mah bukan caleg, komisioner KPU.

Ada juga satu DPC yang berubah kepengurusan sampai 11 kali...

Ada banyak pergantian. Ini terjadi seleksi alam. Saya pastikan, yang sekarang bergabung dengan kami punya visi yang sama.

Basis data internal Partai Garuda terlihat rapi. Tapi, berani tidak melakukan transparansi?

Berani banget. Kami pernah didatangi anak-anak UI, mereka mau audit. Ya silakan audit. Tapi auditnya saya bingung, kalau mau rekening saya dicek saja bisa dilihat uang keluar dan masuk di sana tapi ya cuma segitu uangnya.

Yang kedua, berapa yang dikeluarkan daerah, tanya saja dengan teman-teman DPC, berapa mereka keluar duitnya. Itu kami tidak tahu. Ada beberapa pengurus yang mungkin agak jorjoran, tapi beda-beda dan kami tidak menuntut mereka untuk bermewah-mewahan.

Kenapa Partai Garuda mau memasukkan kader ke legislatif, apa yang akan diubah?

Dari awal gaya kami sangat berbeda dan tidak dengan uang besar. Kami tidak punya beban politik dengan siapa pun. Kami tidak punya beban finansial. Sehingga tidak akan berusaha untuk mengembalikan (modal).

Kalau bicara transparansi ke depan, memberantas korupsi ya dari partai ini. Kalau you sudah habis Rp500 miliar untuk membentuk partai, begitu partai ini jadi di parlemen, you dituntut untuk mengembalikan. Kami enggak begitu. Kalau DPD atau DPC enggak tahan ya keluar saja. Saya sih enggak masalah, banyak yang mau gabung.

Apa Partai Garuda akan memakai sentimen agama dan etnis untuk mendulang suara caleg?

Bos, pada saat partai lain cuma bicara salah satu sila dari Pancasila, ada yang dari namanya cuma salah satu sila, lambangnya salah satu sila, partai kami Garuda, kami merepresentasikan ideologi Garuda Pancasila. Ya kita membuat partai Islam sih boleh-boleh saja, tapi saya membayangkan di satu provinsi yang muslimnya 20 persen, misalnya, bagaimana you mengejar syarat keanggotaannya Saya kira kurang tepat mengangkat isu seperti itu. Faktanya, pengurus saya di seluruh Indonesia sangat heterogen. Negara ini, kan, Bhinneka Tunggal Ika.

Baca juga artikel terkait PARTAI GARUDA atau tulisan lainnya dari Dieqy Hasbi Widhana

tirto.id - Indepth
Penulis: Dieqy Hasbi Widhana
Editor: Fahri Salam