Menuju konten utama

Ketua MUI Maumere Terima Anugerah Maarif Award

Abdul Rosyid Wahab dianggap sebagai tokoh lokal yang berkhidmat pada kerja-kerja kemanusiaan dan melintas batas primordial serta keagamaan.

Ketua MUI Maumere Terima Anugerah Maarif Award
Ilustrasi pluralisme. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Ketua MUI Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT), Abdul Rosyid Wahab, menerima penghargaan Maarif Award 2018. Maarif Institute selaku penyelenggara menyatakan bahwa penghargaan ini diberikan kepada tokoh dan aktivis lokal yang berkhidmat pada kerja-kerja kemanusiaan dan melintas batas primordial dan keagamaan. Abdul Rosyid dianggap pantas mendapatkan penghargaan tersebut atas dedikasinya di NTT.

Salah satu dewan juri Maarif Award 2018, Sudhamek AWS, menyampaikan, sosok Abdul Rosyid merupakan promotor toleransi yang melintasi batas-batas primordial dan jarang terpublikasi oleh media. Itu pula yang jadi catatan penting dewan juri untuk memutuskan Rosyid sebagai penerima anugerah Maarif Award setelah menyeleksi sekitar 30 nama kandidat.

"Penerima anugerah ini adalah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri dan bukan lagi orang-orang yang orientasinya kepentingan pribadi. Dan yang menarik, kepemimpinannya meskipun jarang tersorot media, tak kalah dengan tokoh-tokoh tingkat nasional," kata Sudhamek di Gedung Metro TV, Kedoya, Jakarta Barat, Minggu (27/5/2018).

Abdul Rosyid dianggap telah menjalankan prinsip-prinsip pluralisme, termasuk mendirikan sekolah Muhammadiyah Maumere yang disambut baik oleh masyarakat. Bahkan, sekolah ini disebut memiliki banyak siswa non-muslim. Abdul Rosyid juga berperan dalam rekonsiliasi konflik Hosti yang terjadi pada akhir 90-an dan awal 2000-an.

Dewan juri lainnya, Rachmawati Husein, menyampaikan bahwa ada 4 hal yang menjadi pertimbangan sebelum Maarif Award diberikan. Pertama, tokoh yang berkontribusi besar di tingkat lokal. Kedua, dianggap sebagai tokoh lintas agama. Ketiga, konsisten dalam menjalankan nilai-nilai pluralisme dan toleransi. Keempat, tak banyak disorot oleh media.

"Kita tidak ingin yang kita pilih nanti kemudian tidak genuine lagi tetapi yang bisa jadi teladan dan yang ketiga yang menjadi konsernnya kami adalah kegiatan itu ada konsistensi dari sosok yang kita pilih. Jadi tidak sesekali kemudian hilang," papar Rachmawati Husein.

Baca juga artikel terkait PLURALISME atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Iswara N Raditya