Menuju konten utama

Ketika Panggilan Andaliman Tak Kuasa Ditolak

Di mana ada lapo, di situlah orang-orang Batak berkumpul.

Ketika Panggilan Andaliman Tak Kuasa Ditolak
Lapo Siagian di Jakarta. Tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Di sejumlah lokasi di Jakarta, ada sedikitnya 30 lapo. Ia mencakup Senayan, Senen, Pramuka, Cililitan, Manggarai, Cipayung, Kelapa Gading, Tambora, Pantai Indah Kapuk, dan Matraman. Dari jumlah itu, 10 di antaranya berpusat di Senen. Sementara sisanya menyebar di wilayah lain, kadang cuma satu, tiga, enam sampai 10 lapo.

Menu makanan di setiap lapo adalah panggang, saksang babi, saksang anjing, rica-rica babi dan anjing, arsik ikan mas, tanggo-tanggo arsik, ayam napinadar, ayam gota, iga goreng, sup babi, dan tuak. Harga tiap-tiap makanan ini variatif, antara Rp23 ribu dan Rp50 ribu.

Salah satu lapo yang terkenal di kalangan masyarakat Jakarta adalah Ni Tondongta, bertempat di ke dekat Lapangan Tembak Senayan pada 1992. Lapo ini tertua dibanding dua lapo lain di lokasi yang sama, yakni Lapo Siagian Boru Tobing dan Lapo Dainang. Para pemilik lapo ini dipaksa harus pindah pada akhir Februari 2017 karena lokasinya dipakai untuk proyek fasilitas Asian Games 2018.

Paulus Siagian, 34 tahun, pengelola Lapo Siagian mengatakan menu favorit para pelanggan di sini biasanya tak jauh dari panggang, saksang, arsik, dan ayam gota. Namun, untuk pengunjung yang kali pertama mencicipi makanan khas Batak, lebih dianjurkan mencicipi panggang dan saksang.

Soal harga, Siagian menerapkan subsidi. Contohnya, seorang sopir taksi cukup membayar Rp20 ribu untuk satu porsi lapo panggang, sayur, dan nasi. Sementara untuk kalangan menengah ke atas, harganya Rp23 ribu. Harga panggang juga sama untuk kedua lapo lain.

Mengingat lokasinya dekat dengan DPR dan kantor pemerintahan, sebagian pelanggan lapo di Senayan termasuk kalangan politikus, di antaranya Maruarar Sirait, Ruhut Sitompul, dan Hinca Panjaitan.

infografik HL revisi

Sementara di lapo dekat Stasiun Senen, mayoritas pembeli adalah sopir Metromini dan Kopaja serta orang Madura dan Jawa. Di sini ada lapo Batak Toba dan lapo Karo. Keduanya punya menu khas. Babi panggang Karo, misalnya, mesti dipanggang dengan diiris lebih halus dan dipilih bagian daging yang tepat.

Harga di lapo di sini sekitar Rp25 ribu per porsi. Ini sudah termasuk nasi, panggang/saksang, sayur singkong tumbuk, dan sup tulang babi. Yang membedakan dari Senayan, ada dua lapo di Senen menyediakan tuak. Harganya, dalam satu botol, sekira Rp8 ribu.

Di Jalan Pramuka, ada tiga lapo, salah satunya cabang pertama Ni Tondongta. Lapo di sini sering dikunjungi penikmat kuliner yang 30 persennya adalah orang Batak. Harga rata-rata lapo di Pramuka sekitar Rp28 ribu.

Jika di Senayan ada Lapo Ni Tondongta, di Senen ada Lapo Pardomuan, maka di Mayasari ada Lapo Siangkaan.

Ara Perangin-angin, tokoh masyarakat Kampung Mayasari, berseloroh bahwa "di mana ada lapo, di situlah orang-orang Batak berkumpul."

Bagi kaum perantau Batak, plus para penikmat masakan khas Batak, lapo-lapo di Senayan, Senen, Cililitan, dan Pramuka ini telah menjadi menu makanan rutin mereka. Mereka biasanya datang sehabis ibadah Minggu, dan menjadikan lapo sebagai titik pertemuan dengan saudara jauh. Sekalipun telah berdiaspora ke pelbagai kota di luar Tanah Batak, mereka kembali ke lapo terdekat. Kuatnya panggilan andaliman, rempah kunci di banyak masakan Batak, terus mengingatkan mereka pada masakan mamak di kampung.

Baca juga artikel terkait LAPO atau tulisan lainnya dari Reja Hidayat

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Reja Hidayat
Penulis: Reja Hidayat
Editor: Fahri Salam