Menuju konten utama

Ketika Oposisi Jokowi Bersatu & Deklarasi 'Selamatkan Indonesia'

Individu yang dikenal sebagai oposisi membentuk kelompok bernama Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).

Ketika Oposisi Jokowi Bersatu & Deklarasi 'Selamatkan Indonesia'
Rocky Gerung memberikan keterangan pers usai sidang Ratna Sarumpaet di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta, Selasa (23/4/2019). tirto.id/Andrian Pratama Taher

tirto.id - Kelompok bernama Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) dideklarasikan di sebuah rumah makan di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, Minggu (2/8/2020) lalu. Orang-orang yang bergabung tak asing lagi, terutama bagi mereka yang terbiasa mengamati berita-berita politik.

Di antaranya ada Rocky Gerung, Din Syamsuddin, Refly Harun, Abdullah Hehamahua, dan Said Didu.

Hadir pula M.S. Ka'ban, Syahganda Nainggolan, Anthony Kurniawan, Rohmat Wahab, Ahmad Yani, Adhie M. Massardi, Moh. Jumhur Hidayat, Ichsanudin Noorsy, Hatta Taliwang, Marwan Batubara, Edwin Sukowati, Joko Abdurrahman, Habib Muhsin Al Atas, Tamsil Linrung, Eko Suryo Santjojo, Chusnul Mariyah, dan Sri Bintang Pamungkas. Semua nama ini kerap menghiasi pemberitaan politik.

Panitia juga mengaku mengundang mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Rachmawati Soekarnoputri, hingga ekonom Rizal Ramli, akan tetapi ketiganya tidak hadir.

"Yang sudah kami konfirmasi dan menyatakan bersedia itu hampir 150 [tokoh] lebih dan terus menerus menyatakan dukungan. Tak hanya di Jakarta, hampir di seluruh Indonesia," kata Ketua Panitia Kerja KAMI, Ahmad Yani.

Mantan Pejabat hingga Oposisi

Nama-nama yang ada di balik deklarasi KAMI, sekali lagi, bukan 'orang baru'. Beberapa di antaranya bahkan pernah menjabat di pemerintahan; ada juga pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno saat Pilpres 2019; lalu tokoh yang memang sejak lama dikenal sebagai oposisi pemerintah--siapa pun yang berkuasa.

Rocky Gerung misalnya. Ia adalah mantan dosen filsafat di Universitas Indonesia yang kerap disapa "profesor" meski gelar terakhir yang ia peroleh hanya sarjana. Sementara Said Didu pernah menjabat sebagai Sekretaris Kementerian BUMN dan pernah menjadi PNS di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), sebelum akhirnya pensiun dini pada 2019. Keduanya sama-sama pendukung utama Prabowo-Sandiaga saat pilpres lalu.

Nama lain yang tercatat pernah memberikan dukungan ke Prabowo-Sandiaga adalah Rizal Ramli (mantan Menko Kemaritiman), Chusnul Mariyah (mantan Komisioner KPU), dan salah satu anggota Tim IT Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Marwan Batubara.

Mereka yang pernah menduduki kursi pemerintah yang bergabung dalam KAMI di antaranya Refly Harun, mantan Komisaris Utama PT. Pelindo yang dicopot Menteri BUMN Erick Thohir. Ada juga Abdullah Hehamahua, mantan penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang belakangan masuk ke gerbong '212'.

Beberapa politikus juga terlibat, misalnya Ahmad Yani (sebelumnya di PPP) dan MS. Kaban dari PBB.

Ada juga nama-nama yang kerap jadi menjadi oposisi seperti Din Syamsuddin; salah satu oposisi Orde Baru yang pernah dikenakan pasal subversi Sri Bintang Pamungkas; dan Rachmawati Soekarnoputri, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra.

Wartawan Tirto telah mencoba menghubungi beberapa tokoh yang ikut dalam deklarasi untuk bertanya maksud dan tujuan koalisi. Refly Harun enggan berkomentar. Ia hanya mengatakan tak ikut pergerakannya sejak awal.

Said Didu dan Ahmad Yani pun tak merespons saat dikirim pesan WhatsApp dan telepon hingga Selasa (4/8/2020) sore.

Namun Din Syamsuddin, dalam deklarasi, mengatakan koalisi ini "bukan gerakan politik praktis kekuasaan." Ia juga menegaskan organisasi ini sama sekali "tidak ingin memakzulkan atau memberhentikan seseorang atau sebuah rezim."

Ia menegaskan KAMI adalah "gerakan moral yang akan mengkaji berbagai permasalahan yang terjadi di Indonesia dan menawarkan solusinya."

Baca juga artikel terkait KINERJA JOKOWI atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Politik
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Rio Apinino