Menuju konten utama

Ketahui Risiko Kesehatan Menjadi Seorang Social Smoker

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa, social smoker akan kehilangan sejumlah fungsi paru-paru yang sama dengan seorang perokok berat dalam waktu 9 bulan. 

Ketahui Risiko Kesehatan Menjadi Seorang Social Smoker
Ilustrasi Asbak rokok. foto/istockphoto

tirto.id - Anda mungkin tipe perokok yang hanya merokok bila sedang nongkrong bersama teman atau dengan bos dan klien Anda.

Dalam dunia medis Anda disebut sebagai social smoker atau mereka yang biasanya merokok hanya untuk bersosialisasi.

Kebiasaan merokok ini mungkin hanya menghabiskan satu bungkus rokok dalam sebulan dan tidak terlihat aktif merokok.

Namun para social smoker tidak berarti minim mendapat dampak buruk nikotin, para peneliti menemukan bahwa merokok lima atau lebih batang rokok dalam sehari dapat menyebabkan kerusakan paru-paru Anda dan itu sebanding dengan Anda merokok sebanyak dua bungkus dalam sehari.

Penelitian 2019 yang diterbitkan The Lancet dari Universitas Columbia menemukan bahwa perokok "ringan" yang merokok lima batang atau lebih selama sehari mengalami penurunan fungsi paru-paru yang serupa dengan orang yang merokok lebih dari 30 batang sehari.

Penelitian ini memeriksa fungsi paru-paru 25.000 orang, termasuk perokok, mantan perokok, dan mereka yang tidak pernah merokok.

Hasilnya, dalam 1 tahun para social smoker akan kehilangan sejumlah fungsi paru-paru yang sama dengan seorang perokok berat dalam waktu 9 bulan.

Terlepas dari apakah seseorang merokok lima batang sehari atau dua bungkus sehari, dampak negatifnya pada tubuh tetap signifikan.

Ketika rokok terbakar, lebih dari 7.000 bahan kimia dilepaskan. Setidaknya 69 bahan kimia tersebut diketahui menyebabkan kanker.

Zat kimia ini menyebabkan cedera pada sel-sel di dalam paru-paru. Ketika sel-sel yang terluka menjadi meradang dan bengkak, tubuh berusaha untuk memperbaiki kerusakan.

Selama proses itu, jaringan paru-paru yang normal dan sehat dapat hancur karena tubuh berusaha untuk memperbaiki kerusakan itu.

Perokok rata - rata membutuhkan 10 isapan rokok selama 5 menit. Seseorang yang merokok 25 batang rokok setiap hari akan menerima 250 kali nikotin. Padahal nikotin hanyalah salah satu bahan kimia beracun yang ditemukan dalam rokok.

“Nikotin digunakan dalam insektisida. Ada alasan mengapa nikotin digunakan dalam insektisida. Ini adalah racun,” kata Russell Buhr, seorang dokter spesialis paru dan perawatan kritis di Ronald Reagan Medical Center UCLA di Los Angeles seperti dikutip Healthline.

“Ini dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel di dalam paru-paru, khususnya yang membantu membersihkan lendir. Lendir yang tidak dibersihkan dengan benar dapat menyebabkan kerusakan pada tabung udara di dalam paru-paru dan itu juga menyediakan rumah yang bagus bagi bakteri dan infeksi untuk bergerak,” katanya.

Fungsi paru-paru seperti seberapa banyak jumlah udara yang bisa dihirup dan dikeluarkan seseorang secara alami akan menurun seiring bertambahnya usia. Tetapi merokok mempercepat proses ini.

“Infeksi dan bakteri yang sering masuk akibat rokok itu dapat mempercepat penurunan fungsi paru-paru selain kerusakan langsung dari nikotin dan paparan asap tembakau itu sendiri," tambah Buhr.

Bagaimana berhenti merokok

Dilansir Smokefree, social smoker mungkin lebih mudah untuk berhenti merokok. Hal itu karena Anda mungkin hanya merokok dalam situasi tertentu atau memiliki pemicu spesifik yang mendorong Anda untuk merokok.

Cobalah mulai berpikir bahwa ada cara yang lebih baik untuk bersosialisasi daripada dengan merokok.

Lalu cobalah untuk mencari bantuan dari seorang profesional medis. Cara ini cukup manjur untuk membuat Anda berhenti merokok.

Center for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa cara-cara untuk membantu orang berhenti antara lain adalah konseling, berbicara pada ahli nikotin dan terapi perilaku.

Merokok adalah kecanduan. Sama seperti banyak kecanduan, sulit untuk berhenti kecuali Anda mendapatkan bantuan klinis.

Baca juga artikel terkait RISIKO MENJADI SOCIAL SMOKER atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Febriansyah
Penulis: Febriansyah
Editor: Yandri Daniel Damaledo