Menuju konten utama

Ketahui Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Menyimpan Beras

Beras masih layak dikonsumsi selama tidak memiliki tanda-tanda seperti berjamur, lembab, atau berlubang.

Ketahui Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Menyimpan Beras
Ilustrasi Beras. foto/istockphoto

tirto.id - Beras merupakan salah satu produk makanan yang bisa bertahan dan disimpan dalam jangka panjang. Namun, masa simpan masing-masing jenis beras tentu berbeda-beda.

Pada beras putih, beras yang paling umum dikonsumsi orang Indonesia, memiliki masa simpan hingga dua tahun. Sementara jenis beras hitam atau beras merah memiliki masa simpan yang lebih sebentar, yakni sekitar 4 hingga 12 bulan setelah diproduksi.

Sebagai makanan pokok, banyak orang Indonesia yang menyimpan beras untuk dikonsumsi dalam jumlah besar. Maka dari itu penting untuk mengetahui cara menyimpan beras dengan benar. Beras yang disimpan dengan benar dapat terjaga keawetannya dan tentunya aman dikonsumsi.

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyimpan beras di rumah.

Tempatkan di area kering

Beras pada dasarnya merupakan produk kering sehingga meletakkannya di area lembab bukanlah ide yang bagus. Beras yang disimpan di tempat lembab lebih cepat mengalami pembusukan karena jamur dan bakteri.

Sehingga, pastikan beras disimpan di area kering seperti rak penyimpanan dapur. Selain itu, pastikan untuk menyimpan di suhu yang tidak terlalu panas. Dilansir dari Healthline, beras dapat tetap stabil apabila disimpan di suhu ruangan.

Waspadai serangga dan hewan pengerat

Ancaman penyimpanan beras bukan hanya dari usia beras itu sendiri, tetapi juga serangga dan hewan pengerat seperti kutu dan tikus. Beras yang dipenuhi kutu padahal baru beberapa hari disimpan, kemungkinan mengandung telur kutu sejak di dalam kemasan.

Maka dari itu, ada baiknya untuk menyimpan beras di dalam freezer selama satu minggu setelah pembelian untuk membunuh telur kutu. Sementara untuk mencegah hewan pengerat seperti tikus menyerang, beras dapat disimpan di tempat yang kokoh dan tidak memiliki celah. Pastikan pula area penyimpanan beras, seperti lemari atau pantry tidak dihinggapi rayap atau berlubang.

Kontainer kedap udara bisa membantu

Masih berkaitan dengan serangga dan hewan pengerat, penyimpanan beras di kontainer kedap udara bisa membantu. Kontainer dinilai cukup kokoh untuk bisa digigit tikus dan cukup bisa menghalau serangga masuk.

Selain itu kontainer kedap udara juga memudahkan pengambilan beras. Pastikan beras telah 'didinginkan' selama satu minggu sebelum memasukkannya ke kontainer kedap udara. Pisahkan beras di masing-masing kontainer sesuai dengan ukuran kontainer atau sesuai kebutuhan setiap minggu.

Masa simpan berbeda apabila beras sudah dimasak

Ada kalanya nasi tersisa banyak dan sayang untuk dibuang. Kabar baiknya, nasi juga bisa disimpan untuk dimakan nanti. Nasi tentunya memiliki masa simpan yang berbeda dari beras, yakni paling lama tiga hari.

Dilansir dari The Kitchen, nasi yang tersisa dapat disimpan di dalam kontainer dan dimasukkan ke dalam lemari es. Hal yang harus diperhatikan adalah, penyimpanan di lemari es terlalu lama dapat menyebabkan tekstur nasi menjadi kering dan keras. Pastikan pula nasi yang disimpan tidak kadaluwarsa.

Kenali ciri-ciri beras kadaluwarsa

Cara paling mudah mengetahui kapan beras kadaluwarsa adalah dengan melihat petunjuk di kemasan. Namun, menurut Healthline beras masih layak dikonsumsi selama tidak memiliki tanda-tanda seperti berjamur, lembab, atau berlubang. Untuk beras merah sendiri, kadaluwarsa dapat ditandai dengan bau anyir, perubahan warna, dan tekstur berminyak. Selain itu, tanda-tanda kadaluwarsa bisa dilihat dari ada tidaknya kerusakan pada kemasan produk.

Untuk beras yang sudah dimasak (nasi) tanda-tanda kadaluwarsa dapat dikenali dengan aromanya yang busuk, terdapat lendir, atau perubahan warna. Maka dari itu, pastikan langsung menghabiskan nasi sesaat setelah dikeluarkan dari penyimpanan.

Baca juga artikel terkait BERAS atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Nur Hidayah Perwitasari