Menuju konten utama

Kesalahan Mengatur Keuangan Ala Generasi Milenial

Sebagian besar generasi milenial berada di usia bekerja dan memiliki penghasilan. Tetapi dalam mengatur keuangan, tak sedikit dari mereka yang masih gamang.

Kesalahan Mengatur Keuangan Ala Generasi Milenial
Ilustrasi. FOTO/Istock

tirto.id - Mereka yang lahir antara tahun 1980 sampai 2000 atau biasa disebut generasi milenial, saat ini berada di kisaran usia 17 hingga 37 tahun. Sebagian besar generasi ini telah memasuki usia produktif. Mereka bekerja, mendapatkan uang, dan telah independen secara finansial.

Seiring dengan kemandirian finansial yang telah dicapai, strategi mengatur keuangan tentu diperlukan. Mereka menabung, berinvestasi, membeli asuransi, dan mengatur pengeluaran sehari-hari.

Namun, dalam proses mengatur keuangan itu, generasi ini kerap melakukan kesalahan yang sama. Farah Dini Novita, seorang penasihat keuangan yang juga merupakan bagian dari generasi milenial menyebutkan sepuluh kesalahan yang kerap dilakukan banyak orang dalam mengatur keuangan.

Kesalahan pertama adalah tidak memiliki rencana pengeluaran, atau anggaran setiap bulannya. Seperti air, mereka membiarkannya mengalir begitu saja. Terima gaji atau honor, lalu dibelanjakan, diinvestasikan, dan ditabung, dengan porsi yang tak jelas. Mereka tak tahu persis berapa pengeluarannya tiap bulan.

Perilaku seperti ini cukup banyak ditemui Dini, bahkan pada klien yang usianya lebih tua dari generasi milenial. Menurutnya, perilaku tersebut berbahaya. Tanpa adanya anggaran, bisa jadi ada kalanya pasak menjadi lebih besar dari tiang. Pengeluaran lebih besar dari pemasukan. Jika ini terjadi, utang akan menjadi rutinitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kesalahan kedua, generasi milenial sering memiliki lebih dari satu rekening bank. Tetapi mereka tak mengatur penggunaan tiap-tiap rekening. Jadi, rekening mana yang ada uangnya, mereka akan pakai.

Dini menyarankan, ada baiknya memisahkan peruntukan tiap akun bank. Misal, ada rekening untuk menyimpan dana darurat. Lalu, ada rekening yang khusus untuk kebutuhan sehari-hari, ada pula rekening yang digunakan untuk menabung demi keperluan jangka pendek.

“Dengan cara begini, kita tau bahwa untuk kebutuhan sehari-hari, hanya boleh mengambil dari rekening khusus kebutuhan sehari-hari saja,” kata Dini.

Tidak memikirkan apalagi menyiapkan dana pensiun adalah ciri lain dari generasi milenial. Memang, untuk mereka yang bekerja menjadi buruh pabrik ataupun korporasi, sudah ada program jaminan pensiun dari Badan Penyelenggara Kesejahteraan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Tetapi, besarannya hanya 40 persen dari gaji atau pendapatan terakhir.

Infografik Kesalahan Keuangan

Banyak yang menunda investasi untuk dana pensiun dan beranggapan investasi tersebut bisa dilakukan ketika seluruh kebutuhan untuk membeli aset sudah terpenuhi. Padahal, semakin cepat menyiapkan dana pensiun, semakin banyak pula dana yang akan terkumpul nantinya. Sebab dana pensiun bukan hanya dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari setelah tidak lagi bekerja, tetapi juga biaya darurat untuk kesehatan atau liburan.

Kesalahan lain yang sering dilakukan generasi millenial adalah membeli rumah yang tak sesuai kemampuan. Padahal, cicilan per bulannya bisa melebihi separuh penghasilan tiap bulan.

Generasi mllenial juga kerap abai pada asuransi jiwa. Apalagi ketika sudah ada program jaminan kesehatan nasional (JKN). Padahal, asuransi jiwa memberikan perlindungan dan manfaat bagi orang-orang yang selama ini hidupnya ditanggung.

“Dengan menunda pembelian asuransi jiwa, maka kesempatan untuk membeli asuransi jiwa dengan premi yang lebih rendah untuk jangka waktu panjang akan terlewatkan,” ujar Dini.

Terkait dengan pendidikan anak, Dini menyebutkan, salah satu kesalahan yang sering dilakukan adalah tak mempersiapkan biaya pendidikan anak sedini mungkin. Padahal, pendidikan anak adalah salah satu pengeluaran terbesar orang tua. Apalagi jika si orang tua menginginkan anaknya sekolah di sekolah swasta atau sekolah internasional.

Sebagai perencana keuangan, Dini kerap menemui orang yang tak memiliki strategi untuk keluar dari utang. Ini adalah satu kesalahan dalam manajemen keuangan. Ada banyak cara untuk keluar dari utang. Mulai dari menghemat, mengurangi membeli yang tak benar-benar dibutuhkan, hingga menjual aset yang ada.

Kesalahan fatal lainnya adalah tak memahami pentingnya credit score di BI Checking. Rekam jejak kredit yang bersih dan tak bermasalah akan mempermudah proses pengajuan pinjaman berikutnya. Sebaliknya, bank biasanya akan menolak pengajuan pinjaman jika rekam jejak kredit dalam BI Checking bermasalah.

Banyak orang yang tak memahami ini dan seenaknya lari dari utang bank, tak membayar cicilan kartu kredit, atau menunggak cicilan KPR berbulan-bulan. “Agar memiliki track record yang baik, bayarlah pinjaman tepat waktu, terutama tagihan kartu kredit,” imbuh Dini.

Kesalahan terakhir adalah menganggap tak penting membuat surat wasiat. Membicarakan warisan apalagi menulis surat wasiat masih dianggap tabu. Padahal dengan adanya surat wasiat, kemungkinan terjadinya pertengkaran antar-anggota keluarga bisa diminimalkan.

Rianka Dorsainvil, anggota Financial Advisor Council menambahkan satu lagi kesalahan dari generasi milenial dalam mengatur keuangan, yakni mereka tak memiliki dana darurat sama sekali. Jadi, mereka mungkin saja memiliki investasi, tetapi jika ada kebutuhan mendadak, mereka tak punya dana sama sekali.

Baca juga artikel terkait GENERASI MILENIAL atau tulisan lainnya dari Wan Ulfa Nur Zuhra

tirto.id - Gaya hidup
Reporter: Wan Ulfa Nur Zuhra
Penulis: Wan Ulfa Nur Zuhra
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti