Menuju konten utama

Kesaksian Buru dalam Kumpulan Puisi Joseph Sali

Peluncuran buku Jalan Panjang Telanjang kumpulan sajak penyintas Pulau Buru karya Joseph Sali yang diterbitkan oleh Sanata Dharma University Press (Oktober, 2016) merupakan kesaksian atas periode ketika “manusia diubah makna, jadi binatang”.

Kesaksian Buru dalam Kumpulan Puisi Joseph Sali
Poster Peluncuran Kumpulan Sajak Penyintas Pulau Buru dan Diskusi "Jalan Panjang Telanjang". [Foto/Dok.Pusdema]

tirto.id - Peluncuran buku Jalan Panjang Telanjang kumpulan sajak penyintas Pulau Buru karya Joseph Sali yang diterbitkan oleh Sanata Dharma University Press (Oktober, 2016) digelar pada Jum’at (18/11/2016), di ruang seminar LPPM Universitas Sanata Dharma.

Joseph Sali atau lebih akrab dipanggil Sali, pria kelahiran Yogyakarta, 17 Juli 1947, pernah belajar sastra dan menulis puisi pada Rivai Apin, Totok Andang Taruna dan Benny Chung pada tahun 1972 ketika dibuang di Pulau Buru.

Ada banyak tapol yang kemudian menyerah dan bungkam sembari mengubur kenangan pahit dari masa itu. Namun tidak demikian halnya dengan Sali.

Sali yang sehari-hari kini bekerja sebagai pengayuh becak di Jalan Malioboro Yogyakarta, melalui sajak-sajaknya, hendak memberikan kesaksian atas periode ketika “manusia diubah makna, jadi binatang”.

Selain menghadirkan Joseph Sali, diskusi dihangatkan oleh Antonius Sumarwan, SJ. sekaligus sebagai editor buku dan Guntur Narwaya dari PUSHAM UII. Puisi ditampilkan oleh Mario F. Lawi, penyair muda asal Kupang, dan grup musik Benang Merah dari Solo. Pergelaran dipandu duet Patrick dan Clara Monica.

“Tapi kabarkan pada mereka, tentang kebenaran dapat merubah segalanya” demikian sepetik dari puisi Kebenaran karya Joseph.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pusat Kajian Demokrasi dan Hak-hak Asasi Manusia (PUSDEMA) bekerja sama dengan Sanata Dharma University Press dan didukung oleh Universitas Sanata Dharma.

Baca juga artikel terkait BUKU atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Humaniora
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh