Menuju konten utama

Kerusuhan Peru, Aktivis HAM Kecewa Kurangnya Dukungan Global

Berikut adalah situasi terkini kerusuhan Peru yang telah memakan 50 korban jiwa. 

Kerusuhan Peru, Aktivis HAM Kecewa Kurangnya Dukungan Global
Pendukung Presiden Peru terguling Pedro Castillo memprotes di Pan-American North Highway sementara petugas polisi tiba untuk membersihkan puing-puing, di Chao, Peru, Kamis, 15 Desember 2022. AP/Hugo Curotto

tirto.id - Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) di Peru mengaku kecewa atas kerusuhan di negara mereka karena kurang mendapat perhatian global. Padahal, konflik tersebut sudah masuk dalam wilayah krisis kemanusiaan karena menewaskan 50 orang lebih.

Kekacauan politik di Peru memicu kerusuhan dahsyat yang semakin meningkat usai dilantiknya Presiden baru Peru, yakni Dina Boluarte. Dia menggantikan Pedro Castillo yang dimakzulkan karena ingin membubarkan Kongres.

Situasi terkini kerusuhan Peru nampaknya belum terkendali, hal itu terlihat pada hari Selasa, 24 Januari 2023. Kala itu, ribuan pendukung Pedro Castillo turun dari pedesaan ke pusat kota Lima dan disambut petugas keamanan dengan tembakan gas air mata.

Situasi Terkini Kerusuhan Peru

Melansir AP News, kerusuhan Peru pada Selasa menjadi hari paling mencekam, sebab pihak kepolisian melepaskan tembakan gas air mata lebih banyak ketimbang aksi pekan lalu.

Kepulan asap membubung dan menyelimuti ibu kota Lima, Peru. Peserta demonstran kali ini disebut lebih terorganisir. Mereka melakukan perlawanan dengan melemparkan tabung gas air mata, sayangnya usaha tersebut sia-sia sebab perlengkapan petugas keamanan lebih memadai.

Aksi demo berujung bentrokan dengan petugas keamanan ini menelan korban jiwa yang tak sedikit hingga Peru dilanda krisis kemanusiaan.

Menurut eksekutif Koordinator Hak Asasi Manusia Nasional Peru, Jennie Dador, seharusnya kerusuhan tersebut menjadi perhatian dunia karena sudah menyinggung ranah kemanusiaan.

Sayangnya, kata Dador, dunia seolah tak menghiraukan kondisi Peru yang tengah dilanda konflik politik dan krisis kemanusiaan.

“Kita sendirian, tidak ada satu pun negara di kawasan ini melakukan sesuatu yang konkret,” ungkap Dador.

Dador menegaskan, harusnya kerusuhan Peru ini mendapatkan atensi tinggi dari negara-negara tetangga serta masyarakat global.

Beberapa negara sempat mengungkapkan dukungannya agar Peru menghentikan kisruh politik, namun hal tersebut tak terlalu berimbas. Pasalnya, tak ada penanganan konkret secara langsung untuk mendamaikan kerusuhan.

Presiden Dina Boluarte Salahkan Pengunjuk Rasa

Presiden Dina Boluarte melalui siaran persnya menentang aksi demo pada hari Selasa tersebut. Menurut dia, para pengunjuk rasa telah memicu kekerasan politik di Peru.

Bahkan, Boluarte menyeret para penambang ilegal, pengedar narkoba, serta penyelundup yang diduga tengah merencanakan oposisi, dengan cara membentuk kekuatan paramiliter untuk membuat kekacauan hebat.

Dalam pidatonya, Boluarte tidak sama sekali menyinggung soal korban bentrokan yang mencapai 50 orang, Presiden Peru ini justru berfokus pada kerugian negara yang ditaksir mencapai 1 miliar dolar AS, serta kerusakan infrastruktur akibat kerusuhan tersebut.

Seolah tak ingin disalahkan dunia, Boluarte kemudian berdalih, para pengunjuk rasa yang tewas itu bukan disebabkan oleh petugas keamanan, melainkan ditembak oleh demonstran lainnya.

Kemudian Dina mengklaim banyak petugas kepolisian yang menjadi korban juga akibat kerusuhan tersebut. Dia juga mempertanyakan hak asasi para petugas yang disebut menjadi korban kerusuhan Peru.

Meskipun demikian, menurut laporan AP News, hingga kini belum ada bukti bahwa para petugas kepolisian ikut menjadi korban, padahal sudah jelas warga sipil Peru anti-pemerintah yang kebanyakan menjadi korban tewas.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Imanudin Abdurohman

tirto.id - Politik
Kontributor: Imanudin Abdurohman
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Alexander Haryanto