Menuju konten utama

Kerusuhan di TSC 2016 Ada Banyak Versi

PT Gelora Trisula Semesta (GTS) selaku operator turnamen Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 menerima banyak versi kerusuhan yang terjadi sejak digulirkannya TSC hingga hari ini yang sudah menelan banyak korban. Kasus tewasnya suporter Persija contohnya, adalah permusuhan antara suporter dan aparat yang sudah berlangsung lama, maka bukan kerusuhan atau bentrok antar-suporter. Kejadiannya juga bukan pula terjadi di area pertandingan, termasuk kasus kematian suporter PSS Sleman.

Kerusuhan di TSC 2016 Ada Banyak Versi
Seorang anggota Garnisun (kanan) dan anggota Polantas berusaha mencegah pendukung Persegres Gresik United usai berlangsungnya lanjutan pertandingan Torabika Soccer Championship (TSC) di Gelora Petrokimia Gresik, Jawa Timur, Minggu (22/5/2016). Laga antara Persegres melawan PS TNI terhenti akibat bentrok kedua pendukung berawal dari aksi seorang pendukung Persegres yang mencopot spanduk dukungan PS TNI. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat.

tirto.id - PT Gelora Trisula Semesta (GTS) selaku operator turnamen Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 menerima banyak versi kerusuhan yang terjadi sejak digulirkannya TSC hingga hari ini yang sudah menelan banyak korban. Ada kasus yang berhubungan dengan sejarah ketidaksukaan suporter dengan aparat keamanan, dan ada juga yang berada di luar sistem regulasi pertandingan.

“Kenapa kasus jatuhnya korban suporter Persija dan PSS Sleman tidak masuk dalam agenda Komite Disiplin (Komdis)? Hal itu karena kejadiannya di luar sistem regulasi keamanan pertandingan, dan juga banyak versi mengenai hal itu,” kata Ratu Tisha Destria selaku Direktur Kompetisi dan Regulasi PT GTS di Kantor PT Liga Indonesia, kawasan Epicentrum, Jakarta, Selasa (31/5/2016).

Kasus tewasnya suporter Persija dicontohkan Tisha sebagai contoh permusuhan antara suporter dan aparat yang sudah berlangsung lama. Maka kejadian tersebut dinilai Tisha bukan sebagai kerusuhan atau bentrok antar-suporter, juga bukan pula terjadi di area pertandingan. Begitu juga kasus kematian suporter PSS Sleman, tindak kekerasan yang diterima korban jauh dari lokasi pertandingan.

Seperti diketahui, selama TSC 2016 bergulir hingga saat ini, telah terjadi beberapa kejadian tak menyenangkan yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka. Suporter Persija yang meninggal dunia karena diduga dianiaya oleh petugas keamanan bernama Muhammad Fahreza, yang pemakamannya kemarin dihadiri oleh sejumlah perwakilan dari Jakmania.

Sedangkan korban yang lain adalah suporter dari PSS Sleman yang bernama Stanislaus Gandhang Deswara, yang diduga meninggal dunia karena dianiaya oleh kelompok suporter lain di jalan Magelang KM 14, Sleman, Yogyakarta, Minggu (22/5/2016). Terakhir yaitu kerusuhan antara suporter Persegres Gresik dan PS TNI yang terjadi di hari yang sama di Stadion Petrokimia Gresik, Jawa Timur.

Tisha menyesalkan kejadian-kejadian tersebut dan PT GTS berjanji tak akan tinggal diam. GTS akan lebih berkoordinasi dengan pihak aparat serta kelompok suporter yang terkait. Pihak operator turnamen pun sudah bertemu dengan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Menpora), Imam Nahrawi, dimana sang menteri meminta untuk sistem regulasi keamanan yang sekarang untuk diperketat lagi aturannya.

Sementara itu, terkait dengan keputusan sidang Komdis terhadap kericuhan ketika pertandingan antara PS TNI dan Persegres Gresik United yang sedang berjalan hingga Selasa (31/5/2016) malam, Tisha tidak dapat berkomentar lebih jauh karena keputusan tersebut kewenangan Komdis, dan ia tak mengetahui langkah apa yang akan diambil, sebab Komdis independen atau di luar kepentingan GTS.

"Bisa saja Komdis memutuskan permasalahannya, namun bisa jadi akan ada sidang lanjutan lagi kalau memang diperlukan, yang jelas itu di luar wewenang saya," kata Tisha.

Pada Selasa (31/5/2016) malam, terlihat beberapa anggota Komdis memasuki ruang rapat, dan di luar ruang sudah ada perwakilan dari tim PS TNI yang menunggu, namun belum diketahui hasil yang didiskusikan.

Baca juga artikel terkait PS TNI

tirto.id - Olahraga
Sumber: Antara
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Iswara N Raditya