Menuju konten utama

Kerja Sama Antarinstansi Jadi Mitigasi Bagi Anarko-Sindikalis

Polri melakukan mitigasi melalui media sosial perihal kelompok Anarko-Sindikalis dan bekerja sama antarinstansi.

Kerja Sama Antarinstansi Jadi Mitigasi Bagi Anarko-Sindikalis
Massa menggelar aksi unjuk rasa memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day 2018 di Jakarta, Selasa (1/5/2019). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/ama/18

tirto.id - Polri melakukan mitigasi ihwal kelompok Anarko-Sindikalis. Kerja sama antarinstansi pun dilakukan untuk mengantisipasi adanya tindakan anarkis dari mereka yakni dengan dua cara.

“Pertama mitigasi melalui media sosial, jika ada konten provokatif yang mengganggu stabilitas keamanan akan diblokir dan di-take down,” kata Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jumat (3/5/2019).

Kerja sama itu dilakukan antara TNI, Polri, Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

Aparat dan pemerintah, lanjut Dedi, akan persuasif kepada pemilik akun tersebut. Jika mereka abai dan masih terus memprovokasi maka dilakukan cara kedua yaitu penangkapan.

“Kalau diteruskan, upaya penegakan hukum kami lakukan,” terang dia.

Apa yang terjadi saat May Day di Bandung, Rabu (1/5/2019) lalu, membuka mata banyak orang kalau ada kelompok bernama Anarko-Sindikalis. Kelompok tersebut dengan ciri khas memakai pakaian serba hitam dan penutup wajah, ditangkapi aparat. Para remaja ini kemudian ditelanjangi dan digunduli.

Para anarko-sindikalis diduga ingin menyusup ke barisan para buruh dan berbuat kacau. Kenanga, bukan nama sebenarnya, seorang anarko yang bergiat di Jakarta, mengatakan apa yang dinyatakan aparat sama sekali tidak tepat.

Setidaknya itu untuk kasus May Day di Jakarta tahun lalu dan tahun ini. Tahun lalu, mereka membentangkan spanduk yang isinya kritik terhadap "elite serikat yang cabul."

Spanduk ini lantas diperlihatkan ke tengah-tengah massa buruh. Mereka mau para pekerja sadar kalau mereka diperalat pimpinan serikat.

Ujungnya, mereka bentrok beberapa menit dengan para buruh di Patung Kuda, Jakarta. Hal serupa dilakukan tahun ini.

"Kami kritik bukan ke buruhnya, tapi ke elite. Apakah buruh butuh diwakili untuk mendapatkan yang diinginkan? Kami tidak menyusup dan memprovokasi, tapi hendak memberikan perspektif lain kepada buruh bahwa kami dapat mengorganisir diri sendiri," kata Kenanga kepada reporter Tirto, Kamis (2/5/2019).

Baca juga artikel terkait HARI BURUH atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Hukum
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno