Menuju konten utama

Kereta Bandara Soetta Tak akan Rebut Pangsa Pasar Transportasi Lain

Prospek pembangunan Bandara Soetta yang terus berkembang, akan meningkatkan peluang pasar bagi berbagai moda transportasi penghubung ke sana, selain kereta.

Kereta Bandara Soetta Tak akan Rebut Pangsa Pasar Transportasi Lain
Teknisi memeriksa rangkaian kereta Bandara Soekarno-Hatta di Balai Yasa Manggarai, Jakarta, Jumat (24/11/2017). ANTARA FOTO/Galih Pradipta

tirto.id - Kereta bandara yang menghubungkan beberapa stasiun kota DKI Jakarta menuju Bandara Soekarno-Hatta memiliki segmentasi pasar tersendiri. Dengan begitu, transportasi ini, menurut Direktur Utama PT Railink Heru Kuswanto, tidak akan merebut pelanggan dari taksi, bus atau angkutan umum darat lainnya.

Menurut Heru, pasar transportasi umum di kota Jakarta, khususnya untuk tujuan bandara Soekarno-Hatta (Soetta) masih sangat luas sekali. Karenanya, sangat potensial untuk terus dikembangkan.

“Bandara Soetta kayaknya masih akan terus berkembang sampai nanti runway yang ke-4. Terminal-4 masih terus dikembangkan menurut saya masih bagus,” ujar Heru di Stasiun Sudirman Baru, Selasa (26/12/2017).

Ia menyadari dengan adanya prospek pembangunan Bandara Soetta yang terus berkembang, kapasitasnya dapat semakin meningkat dan akan menjadi peluang pasar bagi berbagai moda transportasi penghubung ke sana.

“Penumpang pesawatnya sendiri udah 60 jutaan. Artinya kalau ada kereta bandara ya yang lain tetep eksis,” ungkapnya.

Heru menambahkan, pihaknya memasang target masyarakat yang akan beralih dari moda transportasi lain ke kereta bandara ada 20 persen dari 60 juta penumpang dalam sehari.

“Kecil kan sebenernya dan kapasitas kami baru sedikit, yang lain masih banyak, masih bisa sama-sama hidup,” jelasnya.

Menurutnya, setiap orang memiliki perhitungan ekonomis untuk menaiki kereta bandara, yang ditentukan oleh jarak domisili para penumpang. Hal itu kemudian dapat menentukan target pasar setiap moda transportasi.

Ia mencontohkan seseorang yang rumahnya di Cibubur, kemungkinan belum tertarik naik kereta bandara.

“Logis aja. Orang yang juga di daerah Tangerang Selatan belum bisa kami layani. Mungkin lebih baik naik kendaraan lain yang berbasis jalan raya, bisa kendaraan pribadi, maupun taksi,” terangnya.

Selain itu, Heru menjelaskan bahwa dalam kebutuhan mobilitas yang tinggi saat ini sulit ditemui sesorang hanya menggunakan satu operator transportasi untuk berpergian. Misalnya, kebutuhan perjalanan dari Jakarta ke Medan.

Dia memperhitungkan seseorang dari rumah untuk menuju bandara dapat menggunakan ojek online menuju Stasiun Sudirman Baru untuk menggunakan kereta ke Bandara Soetta. Naik pesawat, turun di Bandara Kualanamu Medan. Perjalanan dari Bandara Kualanamu Medan dapat dilanjutkan dengan menggunakan kereta bandara dan ojek lagi menuju destinasi.

“Apa hanya menjadi pelanggan sebuah operator? Kan enggak. Operatornya udah ada Gojek, kereta Railink. Sambung dengan pesawat Garuda, misalnya. Nanti naik lagi kereta bandara kami yang ada di sana. Kereta bandara ke kotanya, naik Railink terus Gojek lagi. Jadi value-nya berantai,” jelasnya.

Saat peresmian kereta bandara pada 2 Januari 2018, Heru menjanjikan untuk Stasiun Sudirman Baru ada integrasi juga dengan busway Trans Jakarta. Pihaknya telah berkoordinasi dengan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) untuk itu.

“Januari semoga udah fix Pak Presiden Joko Widodo meresmikan, kalau udah stabil kondisi sarana dan prasarana kereta bandara, Pak Jokowi ada waktu. Masih ada 6 hari ini kami terus evaluasi. Di internal kami juga ada temuan-temuan. Temuannya adalah pokoknya,” ungkapnya.

Salah satu hal yang tengah dievalusi pihaknya adalah harga tiket kereta bandara yang saat ini masih dalam masa promosi hingga 1 Januari, yang harganya Rp30 ribu per orang. Setelah masa itu, dipertimbangkan harganya Rp70 ribu per orang. Adapun perhitungannya harga tiket akan dikenakan Rp100 ribu per orang.

Pada hari pertama uji coba berbayar, kereta bandara mendapatkan sambutan yang cukup baik dari masyarakat dengan haga tiket Rp30 ribu di masa liburan Natal dan Tahun Baru.

“Lihat ini responsnya. Kalau menurut kami bisa [tetap tinggi responsnya]. Semua ada pasarnya, dimana posisi masing-masing orang, apa kepentingannya, dia jadi pelanggannya siapa, itu juga mempengaruhi,” ujar Heru.

Heru pun tidak berencana untuk memperpanjang masa pemberlakuan tarif Rp30 ribu per orang untuk menjaga antusiasme masyarakat. Lantaran, ada kemungkinan bahwa respons yang baik tersebut muncul karena harga yang masih tergolong murah.

“Enggak, Rp30 ribu itu cuma sampai tanggal 1 Januari. Pengenalan aja,” tandasnya.

Baca juga artikel terkait KERETA BANDARA atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Yuliana Ratnasari