Menuju konten utama

Kerajaan Medang di Jawa Tengah: Letak, Peninggalan, & Akhir Sejarah

Letak Kerajaan Medang diduga berada di Kedu dan Yogyakarta. Medang dipimpin raja dari wangsa Syailendra dan Sanjaya. Masa akhir Medang pindah ke Jatim.

Kerajaan Medang di Jawa Tengah: Letak, Peninggalan, & Akhir Sejarah
Candi Borobudur adalah salah satu peninggalan Kerajaan Medang di Jawa Tengah. , ANTARA FOTO/Anis Efizudin.

tirto.id - Perkembangan sejarah Kerajaan Medang berlokasi atau sering disebut Kerajaan Mataram Kuno bermula dari pedalaman Jawa Tengah pada abad ke-7. Pada perkembangan akhir, kerajaan Medang ini berpindah ke Jawa Timur pada abad 10.

Letak Kerajaan Medang

Sejumlah sejarawan menduga, kerajaan Medang berkembang di sekitar daerah yang banyak dialiri sungai. Salah satunya pusat peradabannya berada di sepanjang sungai Progo dan sungai Opak.

Meski demikian, letak ibukota kerajaan secara tepat belum dapat dipastikan. Namun, dari sejumlah bukti prasasti yang ditemukan, kemungkinan besar ibukota Medang berada di daerah Kedu (Temanggung, Magelang, Purworejo, Wonosobo) Jawa Tengah sampai sekitar Prambanan, Sleman, Yogyakarta.

Peninggalan Kerajaan Medang

Secara sosial budaya, Kerajaan Medang terbilang maju. Hal ini terbukti dari peninggalan-peninggalan mereka berupa candi-candi besar dan terkenal, yang masih bisa kita jumpai hingga saat ini.

Candi besar yang pertama adalah Candi Borobudur, candi bercorak Buddha, yang dibuat pada masa pemerintahan dinasti Syailendra pada abad 8-9 M. Sementara yang kedua adalah Candi Prambanan, yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dan selesai pada masa pemerintahan Daksa dari dinasti Sanjaya. Candi ini bercorak Hindu.

Dinasti dan Raja Kerajaan Medang

Berdasarkan sumber sejarah, di Kerajaan Medang terdapat dua dinasti, yakni dinasti Sanjaya dan dinasti Syailendra. Dalam prasasti canggal, tertulis tanggal pertama dibangunnya Kerajaan Medang sekitar 732 Masehi, serta raja-raja yang pernah memimpin. Mulai dari yang pertama, Raja Sanjaya—yang membangun dinasti Sanjaya, hingga Dharmawangsa Teguh.

Sejak Sanjaya wafat, dinasti yang ia bangun mulai melemah. Hal ini karena pada masa penggantinya, yakni Rakai Panangkaran, dinasti Syailendra (dari Kerajaan Sriwijaya) mulai “menguasai” Medang dan menjadikan raja-raja dari dinasti Sanjaya sebagai bawahan.

Hal ini diperkuat dengan bukti bahwa Rakai Panangkaran kerap membangun candi bercorak Buddha pada masa pemerintahannya, seperti Candi Sewu, Plaosan, dan Kalasan.

Pembangunan Candi Kalasan sendiri merupakan perintah dari Maharaja Wisnu, Raja dari dinasti Syailendra. Setelah Rakai Panangkaran, Dinasti Syailendra masih berkuasa atas Kerajaan Medang atau Mataram Kuno selama kurang lebih satu abad.

Sampai pada akhirnya terjadi “pernikahan politik” antara antara Rakai Pikatan (dinasti Sanjaya) dengan Pramodhawardhani (dinasti Syailendra). Pernikahan tersebut ditentang oleh Balaputradewa, adik Pramodhawardhani.

Balaputradewa sendiri kalah dan menyingkir ke Sriwijaya, di Sumatera tempat nenek moyangnya. Kelak di bawah pimpinan Balaputradewa, Sriwijaya mencapai masa keemasaan. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan dinasti Syailendra atas Kerajaan Medang.

Di bawah Pemerintahan Rakai Pikatan, wilayah kekuasaan Medang meluas sampai ke Jawa Timur. Adapun setelah Rakai Pikatan wafat, raja yang menggantikannya secara berturut-turut adalah Rakai Kayuwangi, Ratu Watuhumalang, Rakai Watukura Dyah Balitung, Daksa (910 –919) Tulodong (919 – 921) dan Dyah Wawa (921 – 927).

Masa Akhir Kerajaan Medang di Jawa Tengah

Sesudah Dyah Wawa wafat, ia digantikan menantunya, yaitu Mpu Sindok. Pada masa Mpu Sindok inilah Kerajaan Medang dipindahkan ke Jawa Timur, dan mendirikan dinasti baru, yakni dinasti Isyana pada tahun 928 M. Hijrah tersebut sekaligus menandai akhir dari Kerajaan Medang di Jawa Tengah.

Ada banyak teori yang menyebut latar belakang dari pemindahan itu. Salah satunya tentang serangan dari Kerajaan Sriwijaya, yang memang telah memupuk benih permusuhan dari Balaputradewa.

Namun, teori yang paling masuk akal adalah yang dikemukakan R.W. van Bummelen, yang menyimpulkan bahwa letusan Gunung Merapi tahun 1006 itu telah mengakibatkan perpindahan Kerajaan Medang ke Jawa Timur.

Teori tersebut memperkuat temuan H. Kern dalam Een Oud-Javaansche steeninscriptie van Koning Er-Langga (1913), yang meneliti prasasti pucangan.

Ia menyimpulkan, bahwa dalam prasasti yang dibuat oleh Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan tersebut, mengungkapkan telah terjadi pralaya (bencana besar) di Kerajaan Medang pada 928 Saka atau 1006 Masehi.

Akibat letusan itu pula, istana Medang menjadi hancur berkeping-keping dan membuat Mpu Sindok memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur. Kerajaan Medang ini pada perkembangannya menjadi kerajaan Kediri, Singasari, dan Majapahit.

Baca juga artikel terkait KERAJAAN MEDANG atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Agung DH