Menuju konten utama

Kepala BKPM Keluhkan Minimnya Investasi Australia

Kepala BKPM Franky Sibarani menyatakan bahwa jumlah investasi Australia di Indonesia masih relatif kecil, meskipun secara geografis kedua negara ini berdekatan.

Kepala BKPM Keluhkan Minimnya Investasi Australia
Kepala BKPM Franky Sibarani (tengah) didampingi dengan deputi bid pengendalian dan pelaksanaan penanaman modal Azhar Lubis (kanan) dan deputi bid pengendalian iklim penanaman modal Farah Indriyani (kiri) memberikan keterangan kepada wartawan tentang target pertumbuhan investasi 2016 di Jakarta, Jumat (8/1). Antara Foto/m agung rajasa.

tirto.id - Jumlah investasi Australia di Indonesia masih belum maksimal, meskipun secara geografis letak kedua negara ini berdekatan. Indonesia hanya menempati urutan ketiga dari negara tujuan investasi Australia, di bawah Singapura dan Malaysia.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kepala Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani, saat melakukan kunjungan kerja ke Melbourne, Australia. Di Melbourne, Franky berkesempatan untuk menemui Masyarakat Indonesia di Australia, serta Asosiasi of Indonesia Journalis in Australia (AIJA).

"Australia merupakan salah satu dari 20 negara maju yang melakukan 'outward Investment' terbesar, tetapi yang masuk ke Indonesia sedikit. Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia hanya menempati urutan ketiga investasi dari Australia, di bawah Singapura dan Malaysia," terangnya melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin, (09/05/2016).

Oleh karena itu, BKPM akan bekerja sama dengan perwakilan RI di Australia untuk menyebarluaskan berbagai perbaikan yang telah dilakukan pemerintah di bidang investasi.

"Salah satu pesan yang perlu disebarluaskan ke investor Australia adalah perubahan dari rezim perizinan menjadi rezim pelayanan," tandasnya.

Franky juga menambahkan, investor Australia sudah mulai memanfaatkan layanan izin tiga jam, sebagai terobosan terbaru dalam kemudahan berinvestasi di Indonesia.

Dia menyebutkan, salah satu perusahaan Australia di bidang telekomunikasi melakukan perluasan investasi senilai 13,5 juta dolar AS dan memanfaatkan layanan izin tiga jam.

"Kami juga berharap pengalaman investor tersebut dapat menjadi bukti kepada investor Australia lainnya untuk merasakan sendiri reformasi kebijakan dan layanan investasi yang sudah dilakukan pemerintah," ucapnya.

Franky mengharapkan, jurnalis dan masyarakat Indonesia di Australia dapat membantu pemerintah untuk mensosialisasikan perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.

"Kita harus bersama-sama menginformasikan hal ini, tidak bisa pemerintah sendirian. Dengan demikian diharapkan masuknya investasi dari Australia dapat berdampak positif bagi pembangunan bangsa," pintanya.

Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema mengatakan kesiapan perwakilan RI di Australia untuk menyebarluaskan informasi tentang perbaikan layanan investasi yang sudah dikerjakan pemerintah.

"Kami bersama BKPM akan mendiseminasikan perubahan yang sudah dilakukan. Salah satunya dengan acara 'Business Forum' yang akan digelar hari ini (Senin)," ujarnya.

Hadir dalam acara tersebut, Konjen RI di Melbourne Dewi Savitri Wahab, masyarakat Indonesia yang ada di Melbourne, di antaranya Prof Denny Indrayana, para pelajar Indonesia di Melbourne, para wartawan senior Indonesia yang ada di Melbourne dan Australia.

Australia, menurut statistik, merupakan salah satu negara sumber investasi bagi Indonesia. Dari data BKPM periode 2010-2015, tercatat realisasi investasi 2,1 miliar dolar AS. Jumlah ini terdiri atas investasi di sektor pertambangan, kimia dasar dan infrastruktur.

Di sisi lain, komitmen investasi Australia tercatat sebesar 7,7 miliar dolar AS berdasarkan data yang telah didaftarkan ke BKPM. Nominal ini terdiri dari sektor industri logam, properti dan sektor peternakan.

Ada pun angka realisasi investasi triwulan pertama (periode Januari-Maret) tahun 2016 dari Australia tercatat sebesar 59,98 juta dolar AS terdiri dari 131 proyek investasi dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 5.070 orang. (ANT)

Baca juga artikel terkait FRANKY SIBARANI

tirto.id - Bisnis
Sumber: Antara
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra