Menuju konten utama

Kenapa Obesitas Tingkatkan Risiko Kematian Akibat Covid-19?

Obesitas bisa meningkatkan risiko sakit parah hingga kematian akibat Covid-19. Mengapa hal itu bisa terjadi?

Kenapa Obesitas Tingkatkan Risiko Kematian Akibat Covid-19?
Ilustrasi Obesitas. SHUTTERSTOCK

tirto.id - Obesitas adalah penumpukan lemak berlebih pada tubuh akibat ketidakseimbangan asupan energi dengan energi yang digunakan, dalam waktu lama. Secara umum, obesitas disebut kelebihan berat badan.

Mengutip laman Kementerian Kesehatan, obesitas bisa diketahui dari penghitungan Indeks Massa Tubuh. Adapun rumus penghitungannya adalah: berat badan dibagi hasil kali tinggi badan dalam kuadrat. Jika hasilnya lebih dari 27 maka itu pertanda obesitas.

Obesitas juga bisa diketahui dari ukuran lingkar perut. Untuk laki-laki, tanda obesitas adalah jika lingkar perut melebihi 90 cm. Sementara tanda obesitas pada perempuan adalah ukuran lingkar perut lebih dari 80 cm.

Selama ini, sudah banyak masalah kesehatan yang dipicu oleh obesitas: diabetes, stroke, sakit jantung, sakit ginjal, asma, sleep apnea, asam urat, dan lainnya.

Belakangan sejumlah riset menyimpulkan obesitas juga meningkatkan risiko dampak infeksi virus corona (Covid-19), termasuk kematian.

Sebuah hasil riset yang diterbitkan jurnal Obesity Review pada Agustus 2020 lalu menyimpulkan pasien Covid-19 dengan obesitas berisiko menjalani rawat inap 113 persen lebih tinggi.

Penderita obesitas pun 74 persen lebih mungkin dirawat secara intensif. Selain itu, hasil studi yang sama melaporkan orang obesitas memiliki risiko kematian 48 persen lebih tinggi karena Covid-19.

Hal ini dibenarkan Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) Jawa Barat Dr. dr. Gaga Irawan Nugraha, Sp.GK, MGizi.

Dia mencatat, pada April 2020, laporan dari New York, AS menunjukkan 42 persen kematian akibat Covid-19 dialami pasien yang mengalami obesitas. Angka ini tertinggi ke-2 setelah hipertensi.

Mengapa obesitas meningkatkan risiko sakit parah atau kematian akibat Covid-19?

Gaga menjelaskan orang dengan obesitas memiliki lemak lebih banyak pada permukaan sehingga reseptor untuk menempel virus lebih luas. Dengan kondisi tersebut, orang dengan obesitas lebih mudah terinfeksi virus corona, sekaligus lebih berisiko mengalami sakit parah akibat Covid-19.

"Lemak tubuh mereka yang mengalami obesitas tersebar di mana-mana, jantung banyak lemak, juga perut. Sehingga ketika terinfeksi Covid-19, semakin sulit bernapas akibat paru-parunya lebih kecil karena kiri-kanan beserta jantungnya tertimbun lemak," ujar Gaga via aplikasi zoom dalam talkshow yang digelar Satgas Covid-19, akhir September 2020 lalu.

"Orang yang mengalami obesitas juga bisa memiliki kelainan imunitas, yang menyebabkan ia lebih mudah terkena [virus corona] dan lebih mudah mengalami perberatan [dampak Covid-19] setelah terkena," tambah Gaga.

Tips Mengatasi Obesitas

Menurut Gaga, banyak orang mengalami obesitas karena gaya hidup yang salah, terutama di pola makan, istirahat, dan aktivitas. Kebiasaan merokok juga bisa meningkatkan risiko obesitas.

Kata Gaga, untuk menghindari terpapar Covid-19 atau mengalami sakit berat akibat infeksi virus corona, orang dengan obesitas harus mengubah gaya hidup dan menjalankan pola makan sehat.

"Orang bisa mengalami obesitas karena mengonsumsi makanan melebihi kebutuhan tubuhnya. Itu harus dihindari," kata dia.

Berdasarkan sejumlah riset, Gaga menyimpulkan makanan yang paling cepat bisa memicu obesitas pada kebanyakan orang di Indonesia adalah karbohidrat sederhana.

Jadi, mereka yang mengalami obesitas harus menghindari konsumsi gula, termasuk dalam bentuk makanan, permen, cokelat, dan lainnya. Seluruh jenis minuman yang mengandung gula juga mesti dihindari. "Kecuali, jika gula untuk bumbu masakan," ujar Gaga.

Selain itu, ia menambahkan, karbohidrat sederhana juga terdapat pada makanan yang terbuat dari tepung terigu, tepung kanji, maupun tepung beras. Oleh karena itu, makanan-makanan berbahan tepung pun sebaiknya dihindari.

"Semua camilan sekarang terbuat dari tepung terigu. Gula serta tepung terigu itulah yang paling meningkatkan gula darah dan memudahkan obesitas," kata dosen Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung tersebut.

Maka, Gaga menyarankan orang yang mengalami obesitas untuk melakukan diet selama pandemi. Selain dengan menghindari karbohidrat sederhana, mereka perlu menjaga pola makan teratur.

Salah satu cara menjaga pola makan, kata dia, adalah dengan makan 3 kali sehari pada saat pagi, siang dan malam. Adapun konsumsinya ialah nasi atau jagung secukupnya, protein hewani- nabati, serta sayuran. Dengan makan teratur pada waktu yang tepat 3 kali sehari, kebutuhan 80 persen nutrisi tubuh terpenuhi dan camilan bisa dihindari.

"Bagi yang obesitas, setop semua camilan mengandung gula dan tepung. Makan buah yang berair saja," kata dia.

Laman Kemenkes juga menginformasikan, bahwa mereka yang mengalami obesitas perlu menjaga pola tidur selama 6-8 jam sehari. Sebab, kurang tidur menyebabkan lebih banyak peluang waktu untuk makan dan mengurangi lamanya aktivitas fisik.

Bagi mereka yang mengalami obesitas, Kemenkes pun menyarankan agar melakukan aktivitas fisik sebagai berikut:

  • Lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari (atau minimal 150 menit/minggu)
  • Lakuka aktivitas fisik dengan berjalan kaki paling sedikit 10.000 langkah per hari
  • Lakukan latihan Aerobik (naik sepeda, jogging, renang, golf)
  • Lakukan latihan Anaerobik (senam pernapasan, lompat tinggi, angkat berat)
  • Lakukan latihan Anaerobik 40-60 menit, 3-5 kali seminggu
  • Latihan disesuaikan dengan denyut nadi maksimal menurut usia
  • Intensitas latihan dinaikkan secara bertahap
  • Ikuti prinsip latihan BBTT (Baik, Benar, Teratur dan Terukur).
------------

Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Agung DH