Menuju konten utama

Kenapa Mayoritas Mobil Penguasa Berwarna Hitam?

Warna hitam pada kendaraan punya sejarah panjang. Ada alasan mengapa banyak orang menggunakan kelir gelap ini.

Kenapa Mayoritas Mobil Penguasa Berwarna Hitam?
Mobil Bentley dalam Indonesia International Motor Show (IIMS 2019) di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (25/4/2019). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Sering kali presiden, pemimpin daerah, ketua partai, pejabat, hingga pemimpin sebuah perusahaan menggunakan mobil berwarna hitam. Padahal kendaraan yang diproduksi sebuah pabrikan biasanya tersedia dalam beberapa pilihan warna. Tapi kenapa hitam lebih dipilih, khususnya oleh para pemegang kekuasaan?

Sebelum menjawab pertanyaan itu, masa saat mobil pertama kali diciptakan perlu ditilik lagi. Melansir dari Top Gear, ketika industri otomotif baru hadir pada akhir abad ke-19, mobil-mobil yang diproduksi biasanya dicat dengan warna hitam enamel. Jenis cat ini disebut sebagai satu-satunya yang paling cepat mengering pada saat itu.

Warna lain selain hitam tentu saja ada, namun cat berjenis polychrome lacquer yang lebih mutakhir tak seawet hitam enamel. Jika dipakai untuk cat mobil, warnanya cenderung memudar saat di bawah sinar matahari.

Warna hitam dipilih karena punya daya tahan lebih baik. Selain itu, warna selain hitam biasanya membutuhkan biaya lebih mahal karena bahan dasarnya perlu banyak tambahan.

Terobosan dalam pembuatan cat terjadi pada tahun 1924, saat DuPont Chemical Company menghadirkan pilihan warna cat pertama yang cocok untuk industri otomotif. Perusahaan ini memperkenalkan cat Duco Satin Finish Lacquer yang lebih cepat kering. Cat jenis baru ini bahkan mengurangi waktu pengecatan dari total 300 jam, hanya menjadi 14 jam saja.

Pada tahun yang sama, cat jenis ini mulai dipakai General Motors pada sedan Oakland yang punya pilihan warna biru. Chevrolet, Buick, Oldsmobile, serta Cadillac juga hadir dengan pilihan warna lain mulai tahun 1926 dan seterusnya.

Ford yang waktu itu sudah 16 tahun (1908–1926) hadir di Amerika Serikat sebelumnya hanya menyediakan warna hitam. Begitu aturan diganti, Ford mulai menawarkan warna hijau tua dan merah marun untuk model T, salah satu mobil dengan mesin bakar pertama di dunia.

Sejak itu produsen otomotif memperkenalkan lebih banyak pilihan warna dan cat, sesuai tren serta permintaan konsumen. Sementara warna cat lain datang dan pergi, warna hitam tetap abadi dipilih pelanggan hingga hari ini, khususnya orang-orang penting.

Dalam psikologi warna, hitam berkonotasi dengan kekuatan, keanggunan, formalitas, dan kualitas. Warna itu juga dianggap menunjukkan kekuatan dan otoritas. Representasi inilah yang kerap digunakan para pemegang kekuasaan dalam memilih warna mobil.

Tak hanya di Indonesia, warna hitam juga telah lama lekat dengan para penguasa negeri-negeri lainnya. Laman The Drive misalnya mencatat bahwa warna mobil presiden Amerika Serikat, khususnya untuk mobil kepresidenan beserta iring-iringan pengawalnya, hanya menggunakan warna hitam.

Hal ini merupakan salah satu cara yang dipakai untuk membedakan sejumlah kendaraan pada iring-iringan mobil presiden. Konvoi kepresidenan dibangun dari armada khusus. Barisan kendaraan ini disiapkan dengan perencanaan cermat, sebab posisi kendaraan sengaja ditentukan berdasarkan tingkat ancaman dan lingkungan operasi di setiap tujuan.

Warna hitam juga membedakan kepemilikan mobil yang berada dalam iring-iringan, khususnya antara kendaraan pemerintah dan kendaraan instansi lain. Seperti mobil polisi, truk pemadam kembaran, kendaraan militer, ambulans, dan sebagainya.

Satu-satunya pengecualian terjadi saat pelantikan Presiden Dwight D. Eisenhower pada tahun 1953. Saat itu sang presiden terpantau menumpang Cadillac Eldorado warna putih model atap terbuka.

Demikian juga di Filipina. Tak semua kendaraan kepresidenan dan pengawalan dicat dengan warna hitam. Top Gear juga melaporkan ada beberapa kendaraan alternatif presiden yang dicat putih atau perak.

Misalnya Presiden Ramon Magsaysay yang pergi ke pelantikannya dengan Ford warna putih pada 1953. Kemudian Presiden Ferdinand Marcos mengendarai Cadillac empat pintu lansiran 1962 yang bisa disesuaikan warnanya, meskipun warna dasar mobil masih hitam.

Bahkan baru-baru ini Presiden Turkmenistan, Gurbanguly Berdymukhammedov, mengeluarkan aturan kontroversial yang melarang peredaran mobil warna hitam di Ibu Kota Ashgabat, seperti dikutip dari Quartz. Jika tertangkap di jalan, mobil warna hitam akan langsung disita oleh pemerintah.

Mobil akan dikembalikan jika pemilik berjanji untuk mengecat ulang kendaraannya dengan warna lain. Alasannya, Presiden Turkmenistan ini percaya bahwa mobil warna hitam membawa kesialan, sehingga kendaraan apapun yang berwarna gelap juga ia anggap ilegal.

Berdymukhammedov pun pernah dikabarkan mengganti warna limusinnya dari warna hitam ke putih. Ia juga telah membuat aturan soal pelarangan impor mobil hitam di Turkmenistan. Penggantian kelir menjadi putih ini dianggap sebagai antitesis dari warna hitam, yaitu lambang kesucian dan keberuntungan.

Tren Pergeseran Warna

Berkebalikan dengan kebiasaan di kalangan atas, survey Axalta pada 2018 (PDF) yang merekam semua warna mobil baru secara global, memberikan sebuah fakta menarik. Axalta adalah perusahaan yang memimpin dalam industri cat asal Amerika Serikat.

Selama dua dekade terakhir, kelir monokrom seperti putih, perak/abu-abu, dan hitam mendominasi warna-warna mobil di dunia. Sementara pada 1990-an, warna-warna mencolok seperti biru, merah, bahkan hijau ternyata masih banyak dipilih oleh konsumen.

Meski begitu, saat ini warna putih memang menjadi favorit di seluruh dunia dengan total pangsa pasar 38 persen. Diikuti oleh warna hitam dengan 18 persen, perak dan abu-abu sebanyak 12 persen.

Di Cina, sebagai pasar otomotif terbesar di dunia, warna putih malah mendominasi hingga 58 persen dari sekitar 23 juta mobil baru yang dijual di sana pada 2018. Sementara di Asia secara keseluruhan, warna putih meraih 48 persen.

Warna putih hanya menyumbang 25 persen dari semua penjualan mobil baru di Eropa. Angka ini diklaim telah mengalami peningkatan, terutama berkat larisnya segmen SUV mewah. Warna abu-abu meningkat menjadi 22 persen dan menempati posisi kedua terlaris untuk pertama kalinya dalam sejarah.

Sayangnya, warna hitam di sana hanya mampu meraih urutan ketiga dengan raihan 21 persen. Sementara kelir biru ternyata cukup digemari di Eropa, dengan raihan mencapai 10 persen di bawah hitam.

Infografik Warna warna mobil di dunia

undefined

Salah satu yang menarik, dikutip dari Good Wood, ternyata pilihan warna mobil baru dapat bergantung dari segmen kendaraannya. Misalnya warna putih terbukti lebih populer untuk kategori kendaraan terjangkau seperti city car, hatchback, dan lain sebagainya. Sementara kendaraan yang lebih mahal dan bergengsi, layaknya sedan maupun SUV-SUV besar kebanyakan memilih kelir gelap seperti hitam dan abu-abu.

Laporan Tirto sebelumnya pernah mengatakan jika pemilihan warna mobil ini akan berpengaruh pada harga jual atau depresiasi harganya saat nanti dilego. Nilai depresiasi ini disebut akan sangat tergantung dari kondisi dan warna mobil yang bersangkutan.

Terbukti warna-warna netral seperti putih, abu-abu/perak, dan hitam jadi warna dengan tingkat depresiasi rendah. Inilah yang membuat harga jual mobil relatif tidak terlalu jatuh, tak seperti mobil dengan warna lainnya. Artinya, bukan tak mungkin tren ke depan bakal menempatkan kembali warna-warna monokrom sebagai jajaran warna paling laris di dunia.

Baca juga artikel terkait MOBIL atau tulisan lainnya dari Dio Dananjaya

tirto.id - Otomotif
Penulis: Dio Dananjaya
Editor: Windu Jusuf