Menuju konten utama

Kenapa Ada Banyak Orang yang Percaya Teori Konspirasi?

Banyak orang percaya teori konspirasi, mengapa demikian?

Kenapa Ada Banyak Orang yang Percaya Teori Konspirasi?
Ilustrasi Simbol Illuminati. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Neil Amstrong dan Buzz Aldrin tak pernah mendarat di bulan. CIA habisi John F. Kennedy karena takut ia akan membongkar rahasia UFO. Michael Jackson palsukan kematian. Bumi itu sebenarnya datar.

Daftar itu adalah sebagian teori konspirasi yang hingga hari ini masih dipercaya banyak orang. Pertanyaannya kini: mengapa orang dapat mempercayai teori konspirasi?

Jika mengacu kepada Oxford English Dictionary, teori konspirasi diartikan sebagai "suatu teori, bahwa kejadian atau gejala timbul sebagai hasil konspirasi antara pihak-pihak yang berkepentingan, dan adanya suatu lembaga yang bertanggungjawab atas kejadian yang tak bisa dijelaskan."

Definisi tersebut dikutip dari laporan P. Orman Ray berjudul "Reviewed Work: The Repeal of the Missouri Compromise: Its Origin and Authorship" yang tayang di American Historical Review pada 1909. Laporan tersebut dianggap sebagai salah satu rujukan paling awal untuk menjelaskan definisi teori konspirasi. Istilah conspiracy theory bahkan juga telah muncul di jurnal Psychology News edisi tahun 1870.

Sementara merujuk pada kolom Robert Blaskiewicz, peneliti dari Stockton University, di Skeptical Inquirer, istilah conspiracy theory juga pernah ditemukan dalam kumpulan surat Charles Reade, seorang novelis sekaligus aktivis reformis penjara, kepada editor surat kabar Pall Mall Gazette yang berjudul "How Lunatics' Ribs Get Broken". Pada periode 1960-an, istilah conspiracy theory dipopulerkan oleh CIA untuk menyerang mereka yang meragukan kinerja Komisi Warren--badan yang menyelidiki kasus kematian John F. Kennedy.

Adapun berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, kata konspirasi memiliki arti persekongkolan atau komplotan orang dalam merencanakan sebuah kejahatan yang dilakukan dengan rapi dan sangat dirahasiakan. Pelaku konspirasi disebut dengan konspirator. Sebab sifat pengerjaannya yang mulus dan rahasia, maka sulit untuk membuktikan konspirasi dan hanya berujung desas-desus. Ketidakmampuan menjawab inilah yang disebut sebagai teori konspirasi.

Mereka yang Percaya dan Alasannya

Kembali ke pertanyaan semula: kenapa kemudian banyak orang percaya teori konspirasi?

Dalam ceramahnya di konferensi Center for Inquiry pada 2018 lalu, Joseph Uscinski, profesor ilmu politik dari University of Miami, menyebutkan bahwa "teori konspirasi merupakan alat bagi yang lemah untuk menyerang sekaligus bertahan melawan yang kuat”. Dengan demikian, teori konspirasi dapat dianggap sebagai senjatanya orang-orang kalah.

Teori konspirasi yang paling umum adalah teori yang mengikuti perkembangan arus politik. Acap, partai oposisi dan para pendukungnya cenderung lebih percaya soal persekongkolan jahat, ketimbang mempercayai kelompok berkuasa. Itulah kenapa kemudian teori-teori konspirasi di jagat politik kerap muncul berbarengan dengan masa pemilihan umum atau pemilihan presiden. Namun demikian, Uscinski mengaku tidak bermaksud merendahkan mereka yang percaya teori konspirasi saat mengatakan hal tersebut.

Sementara itu, berdasarkan riset yang tayang di Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology tahun 2017 menyebutkan bahwa rata-rata orang di AS dengan pendapatan rumah tangga lebih kecil, lebih meyakini adanya teori konspirasi, dibanding mereka yang berpendapatan lebih besar.

Terkait hal ini, Joseph Parent, profesor ilmu politik di Notre Dame University yang juga partner Uscinski kala menulis buku American Conspiracy Theories, mengatakan: "Dalam hal ini, teori konspirasi bisa seperti obat emosional. Anda enggan menyalahkan diri sendiri atas hal yang mungkin merugikan Anda, jadi Anda menyalahkan kekuatan yang tak terlihat," ujarnya.

Namun hal berbeda dikatakan oleh Profesor Chris French, seorang psikolog dari Universitas Goldsmith, London. Menurutnya, teori konspirasi dapat dipercaya siapapun, dengan dimensi politik apa saja (kiri, kanan, atau tengah), juga menembus lapisan kelompok sosial mana saja.

"Ketika Anda mengkaji data kependudukan, keyakinan pada konspirasi terjadi pada semua kelompok sosial, menembus gender dan umur. Mau kamu ada di spektrum kiri atau kanan, kamu bisa saja percaya teori konspirasi. Sebagian besar orang yang percaya bahwa Bush meledakkan Twin Towers adalah kelompok Demokrat, orang yang berpikir Obama memalsukan akta kelahirannya kebanyakan adalah pendukung Republik, angkanya kurang lebih sama di masing-masing partai," ujarnya.

Infografik Mereka yang Percaya Teori Konspirasi

Infografik Mereka yang Percaya Teori Konspirasi

Selain itu, mereka yang percaya teori konspirasi sejatinya tidak terlalu percaya bahwa dunia adalah tempat yang berbahaya. Namun demikian, mereka cenderung setuju bahwa ada “tanda-tanda” yang mengarahkan dunia ini menuju ke kekacauan. Mereka pun juga meyakini bahwa objek non-manusia, seperti simbol segitiga di suatu tempat, misalnya, telah sengaja dibuat sedemikian rupa dengan tujuan tertentu.

Persoalannya, ada beberapa teori konspirasi yang kelak dapat dibuktikan kebenarannya.

Pada 10 Oktober 1990, seorang gadis berusia 15 tahun asal Kuwait bernama Nayirah al-Sabah memberi kesaksian kepada Kongres AS bahwa tentara Irak telah memindahkan bayi-bayi dari inkubator dan membiarkan mereka mati. Kesaksiannya tersebut berhasil meyakinkan publik AS bahwa aksi militer terhadap Irak memang tepat guna. Ini sekaligus melahirkan teori konspirasi bahwa pengakuan Nayirah tak benar, dan hanya menjadi alasan agar AS menyerang Irak.

Pada 15 Maret 1991, John Martin, seorang wartawan ABC, melaporkan bahwa bayi-bayi tersebut meninggal karena banyak perawat dan dokter Kuwait yang berhenti bekerja atau menyelamatkan diri ke luar negeri dan dan tentara Irak juga bisa dipastikan tidak mencuri inkubator rumah sakit atau membiarkan ratusan bayi Kuwait meninggal.

Lalu pada 6 Januari 1992, opini editorial The New York Times berjudul "Remember Nayirah, Witness for Kuwait?" yang ditulis John MacArthur, mengungkapkan fakta bahwa Nayirah merupakan putri Duta Besar Kuwait untuk AS, Saud Nasir al-Sabah. Tak hanya itu, pengakuan Sabah juga ternyata telah diatur oleh perusahaan public relation Hill & Knowlton. Dengan kata lain, semua hanyalah propaganda pemerintah AS belaka.

Maka terbuktilah segala kasak-kusuk konspirasi yang menyebut bahwa Nayirah dan kesaksiannya mengada-ada agar AS punya alasan untuk menyerang Irak.

Kalau begitu, pertanyaan untuk kasus seperti ini adalah: sejauh apa kita bisa percaya teori konspirasi?

Baca juga artikel terkait TEORI KONSPIRASI atau tulisan lainnya dari Eddward S Kennedy

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Eddward S Kennedy
Editor: Nuran Wibisono