Menuju konten utama

Kenali Tinnitus: Sakit yang Bisa Makin Parah Akibat Infeksi Corona

Apa itu Tinnitus/tinitus atau gangguan pendengaran yang bisa memperburuk kondisinya jika terinfeksi COVID-19.

Kenali Tinnitus: Sakit yang Bisa Makin Parah Akibat Infeksi Corona
Ilustrasi tinnitus atau gangguan pendengaran. foto/istockphoto

tirto.id - Tinnitus termasuk salah satu jenis gangguan pendengaran yang banyak dialami orang, yakni gangguan pendengaran berupa persepsi suara di kepala atau telinga yang berdengung secara tiba-tiba.

Tinnitus diperburuk karena terinfeksi COVID-19

Penelitian baru mengungkapkan bahwa tinnitus, kondisinya bisa diperburuk oleh COVID-19, dan dibutuhkan tindakan yang dapat membantu penderitanya tetap aman.

Penelitian ini dilakukan terhadap 3.103 orang penderita tinnitus dipimpin oleh Anglia Ruskin University (ARU), dengan dukungan dari British Tinnitus Association dan American Tinnitus Association. Studi ini melibatkan peserta dari 48 negara, dengan sebagian besar berasal dari Inggris dan AS.

Diterbitkan di jurnal Frontiers in Public Health, hasilnya menemukan bahwa 40 persen dari mereka yang menunjukkan gejala COVID-19 secara bersamaan mengalami tinnitus yang memburuk.

Tinnitus dan Gejala Long COVID-19

Meskipun penelitian difokuskan pada orang dengan tinnitus yang sudah ada sebelumnya, sejumlah kecil peserta juga melaporkan bahwa kondisi mereka awalnya dipicu oleh gejala COVID-19, menunjukkan bahwa tinnitus bisa menjadi gejala 'long COVID' dalam beberapa kasus.

Tinnitus memengaruhi sekitar satu dari delapan orang dewasa di Inggris dan dikaitkan dengan penurunan kesejahteraan emosional, depresi, dan kecemasan.

Studi baru ini juga menemukan bahwa sebagian besar orang percaya tinnitus mereka menjadi lebih buruk dengan tindakan jarak sosial yang diperkenalkan untuk membantu mengendalikan penyebaran virus. Hal ini juga telah menyebabkan perubahan signifikan pada rutinitas pekerjaan dan gaya hidup.

Responden Inggris melaporkan ini menjadi masalah yang lebih besar dibandingkan dengan orang-orang dari negara lain, dengan 46% responden Inggris mengatakan bahwa perubahan gaya hidup berdampak negatif pada tinnitus mereka dibandingkan dengan 29% di Amerika Utara.

Kekhawatiran internal seperti ketakutan tertular COVID-19, masalah keuangan, kesepian, dan kesulitan tidur telah berkontribusi membuat tinnitus lebih mengganggu bagi 32% orang secara keseluruhan, dengan faktor eksternal seperti peningkatan panggilan video, lingkungan rumah yang lebih ribut, sekolah di rumah dan peningkatan konsumsi kopi atau alkohol. Wanita di bawah usia 50 tahun merasa tinnitus secara signifikan lebih mengganggu selama pandemi.

Studi tersebut mencatat bahwa selain meningkatkan keparahan gejala tinnitus, pandemi COVID-19 juga membuat orang lebih sulit mengakses dukungan perawatan kesehatan untuk kondisi tersebut. Hal ini selanjutnya dapat meningkatkan tekanan emosional dan memperburuk gejala tinnitus.

Sebelum Pandemi COVID-19, lebih dari delapan 10 pasien di Inggris sudah tidak menyukai pilihan pengobatan yang tersedia dari ahli kesehatan mereka.

Penulis utama Dr Eldre Beukes, Research Fellow di Anglia Ruskin University (ARU) di Cambridge, Inggris, dan Lamar University di Texas, mengatakan, temuan studi ini menyoroti kompleksitas yang terkait dengan pengalaman tinnitus dan bagaimana kedua faktor internal tersebut, seperti Peningkatan kecemasan dan perasaan kesepian, dan faktor eksternal, seperti perubahan rutinitas sehari-hari, dapat berpengaruh signifikan pada kondisi tersebut.

"Beberapa perubahan yang ditimbulkan oleh COVID-19 tampaknya berdampak negatif pada kehidupan orang dengan tinitus dan peserta dalam penelitian ini melaporkan bahwa gejala COVID-19 memburuk atau, dalam beberapa kasus, bahkan memicu tinitus dan gangguan pendengaran. Ini adalah sesuatu yang perlu diperiksa secara cermat oleh layanan klinis dan dukungan," ujar Beukes.

David Stockdale, Kepala Eksekutif British Tinnitus Association dan salah satu penulis studi tersebut, menyatakan, dengan gelombang kedua COVID-19 dan penguncian wilayah kemungkinan akan meningkatkan perasaan stres dan isolasi.

"Pengobatan tinnitus yang buruk pada tahap awal sering kali menyebabkan kasus yang jauh lebih buruk dan tinnitus yang parah dapat berdampak besar pada kesehatan mental. Dengan mengingat hal ini, saat gelombang kedua COVID-19 berlangsung, sistem perawatan kesehatan perlu memastikan bahwa siapa pun yang mengalami memburuknya kondisi mereka, dapat memeriksakan pada tenaga kesehatan atau medis secepatnya," tutup Stockdale.

Penyebab Tinnitus

Dikutip dari Healthline, kerusakan pada telinga tengah atau bagian dalam adalah penyebab umum tinnitus. Telinga tengah menangkap gelombang suara, dan konduksinya mendorong telinga bagian dalam untuk mengirimkan impuls listrik ke otak Anda.

Hanya setelah otak menerima sinyal-sinyal ini dan menerjemahkannya menjadi suara, barulah Anda dapat mendengarnya. Terkadang, telinga bagian dalam mengalami kerusakan, dan mengubah cara otak memproses suara.

Kerusakan pada gendang telinga atau tulang kecil di telinga tengah juga dapat mengganggu konduksi suara yang tepat. Tumor di telinga atau saraf pendengaran juga bisa menyebabkan telinga berdenging.

Paparan suara yang sangat keras secara teratur dapat menyebabkan tinitus pada beberapa orang.

Mereka yang menggunakan jackhammers, gergaji mesin, atau alat berat lainnya lebih cenderung menderita tinnitus. Mendengarkan musik keras melalui headphone atau di konser juga dapat menghasilkan gejala tinnitus sementara.

Penggunaan obat juga dapat menyebabkan tinitus dan kerusakan pendengaran, yang disebut ototoksisitas, pada beberapa orang.

Obat yang dapat menyebabkan tinitus meliputi aspirin dosis sangat besar, obat diuretik loop, obat antimalaria seperti chloroquine, antibiotik tertentu, dan obat anti-kanker tertentu seperti vincristine.

Sementara kondisi medis lain yang dapat membuat telinga berdenging yakni:

  • Gangguan pendengaran terkait usia
  • Kejang otot di telinga tengah
  • Penyakit Meniere, yaitu kondisi telinga bagian dalam yang memengaruhi pendengaran dan keseimbangan
  • Tekanan darah tinggi
  • Kolesterol Tinggi
  • Cedera kepala dan leher
  • Gangguan sendi temporomandibular, yang juga menyebabkan nyeri kronis pada rahang dan kepala
  • Banyak kotoran di telinga

Cara Mencegah Tinnitus

Dalam banyak kasus, tinnitus adalah hasil dari sesuatu yang tidak dapat dicegah. Namun, menurut laman Mayo Clinic, beberapa tindakan pencegahan dapat membantu mencegah beberapa jenis tinnitus, di antaranya:

1. Gunakan pelindung pendengaran. Seiring waktu, paparan suara keras dapat merusak saraf di telinga, menyebabkan gangguan pendengaran dan tinitus.

Jika Anda bekerja menggunakan gergaji mesin, seorang musisi, bekerja di industri yang menggunakan mesin keras atau menggunakan senjata api (terutama pistol atau shotgun), selalu kenakan pelindung pendengaran di telinga.

2. Kecilkan volume. Paparan musik yang diperkuat dalam jangka waktu lama tanpa pelindung telinga atau mendengarkan musik dengan volume sangat tinggi melalui headphone dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan tinnitus.

3. Jaga kesehatan jantung. Olahraga teratur, makan dengan benar, dan mengambil langkah lain untuk menjaga pembuluh darah tetap sehat dapat membantu mencegah tinitus yang terkait dengan gangguan pembuluh darah.

Baca juga artikel terkait TINNITUS atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH