Menuju konten utama

Kenali Tanda Toxic Relationship Seperti Pengalaman Kesha Ratuliu

Toxic relationship adalah kebalikan dari hubungan sehat yang didominasi oleh kasih sayang, saling menghormati, dan penerimaan. Berikut ini penjelasannya.

Kenali Tanda Toxic Relationship Seperti Pengalaman Kesha Ratuliu
Kesha Ratuliu. instagram/kesharatuliu05

tirto.id - Apa yang dimaksud toxic dalam hubungan? Dikenal sebagai toxic relationship adalah sebuah hubungan yang ditandai dengan perilaku-perilaku 'beracun' yang merusak fisik maupun emosional diri sendiri maupun pasangan.

Jika dalam hubungan yang sehat didominasi oleh kasih sayang, rasa saling menghormati, dan penerimaan, toxic relationship adalah kebalikannya.

Apa Itu Toxic Relationship

Aktris Kesha Ratuliu sempat viral setelah membagikan kisahnya tentang toxic relationship kepada warganet. Dalam unggahannya, pemeran Fika di Ratapan Anak Tiri (2006) ini menyebutkan bahwa ia sempat mengalami kekerasan verbal maupun fisik dari mantan kekasihnya.

Kesha bahkan mengaku sempat mendapat ancaman 'bunuh diri' dari mantan kekasih, "...di jalan pulang dia nyesel karena udah mukul aku sampe ngancem mau bunuh diri pada malem itu sangking nyeselnya" unggahan Kesha.

Kesha merupakan satu dari banyak orang yang pernah mengalami toxic relationship atau contoh hubungan toxic. Lalu, apa sebenarnya toxic relationship itu?

Dilansir dari Health Scope, hubungan dalam toxic relationship didominasi oleh perasaan tidak aman, egois, dan keinginan untuk memegang kendali. Kondisi ini tidak dapat diremehkan, karena dapat menyebabkan berbagai risiko serius bagi pasangan yang terlibat.

Ciri-Ciri Toxic Relationship

Hubungan tidak sehat ini bukan hanya ditandai dengan tindak kekerasan fisik saja, melainkan kekerasan emosional pada pasangan. Dikutip dari Healthline, ada beberapa ciri toxic relationship, yakni:

  • Kurangnya dukungan dari pasangan. Sehingga pencapaian apapun yang dicapai oleh salah satu orang yang terlibat dianggap sebagai 'kompetisi'
  • Komunikasi yang beracun, termasuk perkataan kasar, kritik, sarkasme, hingga adu mulut
  • Perasaan cemburu yang berlebihan
  • Adanya kecenderungan ingin memegang kendali atas hubungan dan kehidupan pasangan
  • Perasaan benci, stres, dan frustasi
  • Ketidakjujuran yang terus menerus dilakukan
  • Tidak adanya rasa hormat pada pasangan, seperti sengaja melupakan hal-hal penting yang berkaitan dengan hubungan
  • Perilaku keuangan yang negatif, seperti melakukan pengeluaran dalam jumlah besar tanpa berdiskusi dengan pasangan
  • Salah satu pihak selalu mengikuti kemauan pasangannya sehingga melupakan kesehatan dan kebutuhan diri sendiri
  • Mati-matian menjaga hubungan agar terhindar dari konflik, karena jika terjadi dapat menyebabkan masalah ekstrem.

Kenapa Sulit Keluar dari Toxic Relationship?

Banyak orang berpikir bahwa hubungan 'beracun' seharusnya ditinggalkan begitu pasangan telah melakukan tindak kekerasan fisik atau verbal. Namun, bagi beberapa orang, hal tersebut bisa jadi sulit dilakukan.

Menurut laporan dari Psychcentral, ada tiga faktor yang membuat seseorang sulit keluar dari lingkaran toxic relationship.

Faktor pertama karena banyaknya waktu yang diinvestasikan dalam hubungan, sehingga seseorang merasa sayang untuk menyerah dalam hubungan tersebut. Faktor ini lebih banyak menyerang orang-orang yang memiliki masa hubungan yang panjang, seperti berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Faktor kedua adalah keinginan untuk menjadi 'pahlawan' di dalam hubungan tersebut. Hal ini termasuk rasa bersalah untuk meninggalkan pasangan.

Beberapa orang merasa bahwa pasangan akan mengalami hal yang berat jika mereka meninggalkannya. Ironisnya, orang-orang dengan rasa bersalah ini justru sekarat dalam hubungan tersebut.

Faktor ketiga, yakni adanya paksaan pada diri sendiri untuk percaya bahwa hubungan tersebut merupakan hubungan yang diinginkan. Kondisi ini disebut sebagai bias konfrimatori atau kecenderungan seseorang dalam mempercayai informasi berdasarkan dugaan terlepas apakah informasi itu benar atau salah.

Keluar dari Hubungan yang Tidak Sehat

Toxic relationship tidak akan bisa sembuh tanpa adanya komitmen antar pasangan. Jika seseorang merasa dirinya sudah berubah demi hubungan tersebut, bukan berarti pasangannya melakukan hal yang sama.

Sehingga ada baiknya saling mengomunikasikan permasalahan dalam hubungan bersama-sama. Jika perlu pertimbangkan untuk meminta bantuan dari pihak luar, seperti keluarga atau konselor.

Hal yang paling penting untuk ditekankan dalam hubungan yang sehat adalah, setiap pihak berhak untuk diterima dan diperlakukan dengan sopan, kasih sayang, dan hormat.

Namun, ada beberapa tindakan yang tidak bisa ditolerir dalam hubungan, yakni tindak kekerasan dan pelecehan fisik.

Tom Cory, Ph.D, seorang psikolog di Clinical Psychology, menuliskan bahwa seseorang yang mengalami tindakan-tindakan tersebut, harus segera meninggalkan pasangannya.

"Tidak peduli seberapa menyesal pasangan Anda, jika Anda telah dilecehkan secara fisik Anda harus segera berpisah darinya" tulis Cory dalam artikelnya.

Baca juga artikel terkait TOXIC RELATIONSHIP atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yulaika Ramadhani
Penyelaras: Ibnu Azis