Menuju konten utama

Kenali Retinopathy of Prematurity yang Dialami Anak Surya Saputra

Retinopathy of Prematurity (RoP) merupakan gangguan mata yang kerap terjadi pada bayi yang lahir prematur.

Kenali Retinopathy of Prematurity yang Dialami Anak Surya Saputra
Ilustrasi. Bayi yang baru terlahir prematur sedang dalam inkubator. Foto/iStock

tirto.id - Cynthia Lamusu dan Surya Saputra sempat mengunggah foto Atharva Bimasena Saputra, salah satu anak kembar mereka di akun Instagram @tatjanadanbima, pada 11 Oktober 2018. Dalam akun tersebut, mereka menceritakan kacamata yang digunakan oleh Bima.

Mereka menjelaskan bahwa Tatjana dan Bima terlahir prematur saat kandungan Cynthia berusia 33 minggu. Bayi prematur, lanjutnya, berisiko terkena ROP (Retinopathy of prematurity)

Apa yang dimaksud retinopathy of prematurity (ROP)?

Ditulis situsweb Mayoclinic, Erick D. Bothun menjelaskan bahwa ROP adalah gangguan mata yang disebabkan karena pembuluh darah berkembang secara abnormal pada retina pada bayi prematur. Umumnya, ROP terjadi pada bayi yang lahir sebelum usia kandungan mencapai 31 minggu, dengan berat badan saat lahir 2,75 pound (1,25 kg) atau kurang dari itu.

Bothun juga menjelaskan bahwa dalam beberapa kasus, ROP dapat disembuhkan tanpa pengobatan apa pun dan tidak menyebabkan bahaya. Namun, pada tingkat lanjut, ia bisa menyebabkan gangguan penglihatan permanen atau kebutaan.

Ann Hellstrom, Lois E. H. Smith, dan Olaf Dammann dalam artikel berjudul “Retinopathy of Prematurity” (PDF) menyampaikan bahwa angka perbandingan kejadian ROP berbeda-beda di tiap negara. Dari hasil studi di Swedia, pada bayi lahir di usia kehamilan 27 minggu, angka ROP dilaporkan 73 persen (368 kejadian pada 506 kelahiran), dan ROP parah terjadi pada 35 persen dari 506 kelahiran tersebut.

“Pada studi di Norwegia pada bayi dengan kelahiran kurang dari 28 minggu, kejadian retinopathy of prematurity dilaporkan 33% (95 [kejadian]/290 [kelahiran]). Peneliti dari sebuah studi di Belgia, pada bayi dengan usia kelahiran kurang dari 27 minggu termasuk di dalamnya dilaporkan retinopathy of prematurity parah pada 26% (45 [kejadian]/ 175 [kelahiran]),” demikian ditulis Hellstrom, dkk.

Dalam artikel tersebut, Hellstrom, dkk menjelaskan bahwa pada bayi yang lahir sebelum waktunya, ada hal-hal hilang, misalnya pertumbuhan insulin 1 (IGF-1) yang biasanya hadir pada konsentrasi optimal pada rahim.

Hal ini bisa berkontribusi untuk menahan pertumbuhan pembuluh darah. IGF-1 sangat penting untuk pertumbuhan normal dan perkembangan dari beberapa jaringan, termasuk otak dan pembuluh darah. Hilangnya asam lemak tak jenuh ganda yang diberikan secara maternal memungkinkan berperan dalam perkembangan ROP.

“Pada kejadian ROP parah, fase 2 (retinal neovascularisation) terjadi saat retina yang semakin aktif secara metabolik namun kurang baik (disebabkan oleh penekanan pertumbuhan pembuluh darah pada fase 1 [pertumbuhan pembuluh darah terhenti]) menjadi hipoksia. Fase 1 ditandai dengan proliferasi sebagian besar pembuluh darah sebagai respon peningkatan hipoksia pada VEGF dan erythropoietin,” tulis Hellstrom, dkk.

Jing Chen dan Lois E. H. Smith dalam artikel berjudul “Retinopathy of Prematurity” (PDF) menuliskan beberapa faktor risiko dari ROP, di antaranya dikaitkan dengan penggunaan oksigen yang berlebihan.

Selain oksigen, faktor lain yang mungkin berkontribusi terhadap ROP, telah diteliti selama bertahun-tahun, adalah vitamin E dan paparan cahaya. Bayi prematur memiliki kadar vitamin E yang lebih rendah dalam serum. Namun, studi tersebut menyimpulkan bahwa pengurangan paparan cahaya tidak mengurangi perkembangan ROP.

“Saat ini, penggunaan oksigen dan usia kehamilan/ berat lahir bayi tampaknya menjadi faktor risiko utama untuk ROP,” papar Chen dan Smith.

Infografik Kebutaan pada Bayi Prematur

Perawatan untuk penderita ROP

Dilansir situs Kidshealth, Elana Pearl Ben-Joseph menuliskan beragam cara perawatan untuk penderita ROP, di antaranya terapi laser. Terapi ini merupakan perawatan standar untuk ROP tingkat lanjut dengan cara membakar area di sekitar tepi retina yang tak memiliki pembuluh darah normal.

Prosedur perawatan lain untuk ROP adalah cryotherapy, yang merupakan prosedur perawatan pertama untuk ROP.

“Cryotherapy menggunakan instrumen untuk membekukan bagian mata tertentu yang membentang di luar tepi retina. Terapi ini sekarang jarang digunakan, sebab hasil dari terapi laser umumnya lebih baik,” ungkap Ben-Joseph.

Efek samping dari terapi ini sama dengan terapi laser, karena menyebabkan rusaknya beberapa penglihatan tepi. Prosedur ini juga harus dilakukan dengan anestesi umum.

Selain itu, perawatan untuk penderita ROP juga bisa menggunakan obat-obatan seperti obat anti-vascular endothelial growth factor (VEGF) untuk mengobati ROP. Obat ini berfungsi menghambat pertumbuhan berlebih dari pembuluh darah di retina, yang disuntikkan ke mata saat bayi, dengan bantuan anestesi.

Baca juga artikel terkait BAYI atau tulisan lainnya dari Widia Primastika

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Widia Primastika
Editor: Maulida Sri Handayani