Menuju konten utama

Kenali Gejala Mata Minus dan Silinder pada Balita

Alasan mata minus dan silinder yang terjadi pada anak dan balita. Kenali gejala pencegahan dan pengobatannya.

Kenali Gejala Mata Minus dan Silinder pada Balita
Ilustrasi anak memeriksa mata. ANTARA FOTO/Risky Andrianto

tirto.id - Anak Gading Marten, Gempita Nora Marten dikabarkan terkena minus dan silinder pada matanya. Padahal, usia Gempi masih empat tahun.

Sebelumnya, ibu Gempi, Gisella Anastasia mengabarkan hal ini melalui akun pribadinya:

"Kemarin Gem minta diperiksa matanya waktu kita di @optik_melawai karna waktu itu di sekolah oernah cek dan kayaknye Gempi mulai ada minusnya sedikit:( Setelah semua keribetan periksa mata karna muka Gem kecil banget akirnya dapet hasil.. Sedihlah mama karna Gem trnyata emang minus dan malah ada silindernya:(," tulis Gisel melalui akunnya @gisel_la.

Lalu apa gejala serta penyebab yang bisa membuat balita mengalami minus dan silinder pada matanya?

Dokter Spesialis Mata dari RSUD Jagakarsa, Jakarta Selatan dr. Lisa Maulida Sp.M menyatakan, mata minus, plus atau silinder bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak dan balita.

Penyebab umum pada anak-anak, katanya, biasanya karena faktor kebiasaan sehari-hari, seperti sering menonton TV dalam jarak dekat, kemudian sering memicingkan mata bila melihat.

“Anak yang keseringan main gadget juga bisa membuat mata silinder dan minus, hal itu karena faktor sering melihat HP dalam jarak dekat,” ujar Lisa kepada Tirto, Selasa (3/9/2019).

Akibatnya, kata Lisa, anak yang mengalami silinder dan minus tentu saja prestasinya jadi menurun saat di sekolah. Jadi, orang tua juga perlu mengecek kondisi dan perkembangan anak di sekolah melalui gurunya.

“Kalau anak sudah sekolah, pantau saja perkembangannya. Bisa lewat laporan guru, prestasi yang menurun, kemudian tentu anak harus duduk di bagian depan bangku sekolah karena tidak jelas bila melihat dari jarak jauh,” jelas Lisa.

Selain faktor tersebut, salah satu faktor lain yang mempengaruhi adalah karena faktor genetik atau keturunan.

“Orang tua atau keluarga yang memiliki riwayat myopia seperti minus, plus, atau silinder juga berisiko terhadap anak mengalami hal yang sama. Kondisi ini dapat muncul sejak lahir atau dalam usia pertumbuhan yakni 2-6 tahun. Dapat pula muncul saat anak berusia remaja, dewasa muda maupun usia lanjut,” tuturnya.

Menurut dosen fakultas kedokteran di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Cilegon, Banten ini, gejala lain yang bisa terlihat adalah anak yang sering mengeluh pusing.

“Jika anak mengeluh pusing, maka bisa berdampak otak penglihatan anak yang tidak berkembang dengan baik sehingga terjadi mata malas dan mata menjadi juling,” ucapnya.

Namun, orang tua bisa melakukan pencegahan saat anak sejak dini diketahui mengalami mata minus dengan lebih banyak meluangkan dan melakukan aktivitas bersama anak di luar ruangan.

“Pencegahan lainnya dengan mengawasi anak saat membaca, gunakan penerangan cukup, tidak membaca sambil tiduran, serta makan buah dan sayuran berwarna hijau atau berwarna kekuningan,” tukas Lisa.

Namun, Lisa tetap menyarankan orang tua yang mengetahui anaknya sudah mengeluhkan gejala-gejala di atas, agar segera memeriksakan ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan penglihatan.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN MATA atau tulisan lainnya dari Dewi Adhitya S. Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dewi Adhitya S. Koesno
Editor: Agung DH