Menuju konten utama

Kenali Epilepsi, Gangguan Neurologis yang Tak Mengenal Usia

Terdapat 65 juta orang di seluruh dunia menderita epilepsi, menurut data Epilepsy Foundation.

Kenali Epilepsi, Gangguan Neurologis yang Tak Mengenal Usia
Sejumlah petugas medis "National Hospital" melakukan aksi solidaritas dengan membawa poster ketika "Purple Day" memperingati Hari Epilepsi Sedunia di Hari Bebas Berkendara di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (8/4). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

tirto.id - Epilepsi adalah gangguan neurologis keempat yang paling umum dan bisa menyerang orang dari segala usia. Dilansir dari Epilepsy Foundation, terdapat 65 juta orang di seluruh dunia menderita epilepsi.

Di Amerika Serikat (AS) terdapat 3,4 juta orang yang menderita penyakit ini. Sepertiga penduduk mengalami epilepsi dengan kejang tidak terkendali, sebab tidak ada obat yang berhasil untuk menyembuhkannya.

Siapa pun dapat mengalami epilepsi, tetapi kemungkinannya lebih sering terjadi pada anak kecil dan orang yang lebih tua. Penyakit ini juga lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.

Dilansir dari Healthline, epilepsi adalah kelainan kronis yang menyebabkan kejang berulang tanpa penyebab yang pasti. Kejang ini adalah listrik yang tiba-tiba menyerang otak.

Ada dua jenis kejang epilepsi, yaitu kejang umum yang memengaruhi seluruh otak dan kejang fokal atau parsial yang hanya memengaruhi satu otak saja. Kejang fokal mungkin sulit dikenali, karena berlangsung beberapa detik saja.

Kejang yang lebih kuat akan menyebabkan berpengaruh pada otot yang tidak terkendali dan dapat berlangsung sampai beberapa menit. Untuk kejang yang kuat tersebut, pasien akan menjadi bingung atau kehilangan kesadaran, dan kemungkinan tidak ingat apa yang terjadi.

Tetapi kejang otot tidak selalu diindikasikan sebagai epilepsi, ada beberapa alasan lain yang bisa menyebabkan kejang, seperti demam tinggi, trauma kepala, gula darah rendah dan kecanduan alkohol.

Penyebab Epilepsi

Masih dari sumber yang sama, penyebab epilepsi 6 dari 10 orang tidak dapat ditentukan. Ada beberapa penyebab epilepsi, di antaranya:

  • Cedera otak traumatis.
  • Jaringan parut di otak setelah cedera otak (epilepsi pasca-trauma).
  • Penyakit serius atau demam sangat tinggi.
  • Stroke, yang merupakan penyebab utama epilepsi pada orang di atas usia 35.
  • Penyakit vaskular lainnya.
  • Kekurangan oksigen ke otak.
  • Tumor otak atau kista.
  • Demensia atau penyakit Alzheimer.
  • Penggunaan obat ibu, cedera pranatal, malformasi otak, atau kekurangan oksigen saat lahir.
  • Penyakit menular seperti AIDS dan meningitis.
  • Kelainan genetik atau perkembangan atau penyakit neurologis.
Keturunan atau genetik juga memiliki peran dalam beberapa jenis epilepsi. Epilepsi dapat berkembang pada usia berap apun. Diagnosis biasanya terjadi pada anak usia dini atau setelah usia 60 tahun.

Gejala Epilepsi

Gejala epilepsi umumnya adalah kejang. Namun kejang ini memiliki perbedaan berdasarkan jenisnya, di antaranya:

1. Kejang Fokal (Parsial), kejang parsial tidak menyebabkan hilangnya kesadaran, gejalanya sebagai berikut:

  • Perubahan pada indra perasa, penciuman, penglihatan, pendengaran, atau sentuhan.
  • Pusing.
  • Kesemutan dan kedutan di anggota badan.
  • Kejang parsial kompleks. Kejang parsial kompleks ini dapat menyebabkan hilangnya kesadaran, gejalanya sebagai berupa tatapan kosong, tidak responsif, dan melakukan gerakan berulang.
2. Kejang Umum, kejang ini melibatkan seluruh bagian otak dan memiliki 6 jenis kejang, di antaranya:

  • Kejang petil mal (tatapan kosong, gerakan berulang seperti bibir kejang atau berkedip berulang-ulang).
  • Kejang tonik (otot kaku).
  • Kejang atonic (hilangnya kontrol otot dan dapat terjatuh secara tiba-tiba).
  • Kejang klonik (kejang di otot wajah, leher dan lengan).
  • Kejang mioklonik (kejang di lengan dan kaki).
  • Kejang tonik-klonik (tubuh kaku, gemetar, kehilangan kontrol kandung kemih atau usus, menggigit lidah dan hilang kesadaran).
Cara Mengobati Epilepsi

Masih dari laman yang sama, pengobatan lini pertama untuk epilepsi adalah obat anti-kejang. Obat-obatan ini membantu mengurangi frekuensi dan keparahan kejang, tetapi tidak dapat menghentikan kejang yang sudah berlangsung, dan bukan obat untuk epilepsi.

Ada banyak obat anti kejang yang dijual. Dokter juga dapat meresepkan obat tunggal atau kombinasi obat-obatan, tergantung pada jenis kejang yang dialami.

Obat-obatan epilepsi yang umum digunakan yaitu:

  • Levetiracetam (Keppra).
  • Lamotrigine (Lamictal).
  • Topiramate (Topamax).
  • Asam valproat (Depakote).
  • Carbamazepine (Tegretol).
  • Ethosuximide (Zarontin).
Obat-obatan ini umumnya tersedia dalam bentuk tablet, cairan, atau injeksi dan diminum satu atau dua kali sehari. Bisa dimulai dengan dosis serendah mungkin, yang dapat disesuaikan. Obat-obatan ini harus diminum secara konsisten dan sesuai resep.

Beberapa efek samping potensial yang memungkinkan adalah kelelahan, pusing, ruam kulit, kurangnya sistem koordinasi dan masalah memori. Walaupun Jarang, tetapi efek samping yang serius termasuk depresi dan peradangan hati atau organ lain.

Epilepsi berbeda untuk semua orang, tetapi kebanyakan orang membaik dengan obat anti kejang tersebut. Disarankan, orang yang menderita epilepsi harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk meresepkan obat.

Infografik SC Jenis Kejang Epilepsi

Infografik SC Jenis-jenis Kejang Epilepsi. tirto.id/Lugas

Baca juga artikel terkait EPILEPSI atau tulisan lainnya dari Maria Ulfa

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Maria Ulfa
Penulis: Maria Ulfa
Editor: Dipna Videlia Putsanra