Menuju konten utama

Kenali 4 Jenis Gangguan Belajar Anak, Disleksia hingga Diskalkulia

Mengetahui beberapa bentuk gangguan belajar pada anak, mulai dari disleksia hingga diskalkulia.

Kenali 4 Jenis Gangguan Belajar Anak, Disleksia hingga Diskalkulia
Ilustrasi [Foto/Shutterstock]

tirto.id - Anak bertumbuh dan berkembang dengan baik adalah idaman dari setiap orang tua, namun dalam proses pertumbuhannya tidak sedikit anak yang mengalami gangguan. Salah satu gangguan yang bisa dialami oleh anak adalah gangguan belajar.

Gangguan belajar adalah gangguan yang menyebabkan anak sulit untuk menguasai keterampilan tertentu apabila belajar dengan cara konvensional.

Penyebab gangguan ini belum diketahui dengan pasti, namun diduga karena ketidakmampuan otak untuk menerima dan memproses informasi atau bisa juga karena genetik.

Dilansir dari Idai.or.id, seorang anak bisa diduga mengalami gangguan belajar jika anak mengalami gangguan atau kesulitan membaca, menulis, mengeja, berbicara, mendengarkan berpikir, atau berhitung.

Ketika ciri-ciri ini tidak ditindaklanjuti dengan baik, semangat anak untuk sekolah atau belajar bisa hilang. Anak akan lelah, cemas, mengganggu jalannya pelajaran dan jika terus dibiarkan, anak akan mengalami school distress.

School distress menurut IGI Global Disseminator of Knowledge adalah kondisi di mana seorang anak (siswa) menunjukkan penolakan terhadap semua kegiatan sekolah, sampai-sampai menghambat penggunaan dan pengembangan kemampuan kognitif, afektif, dan relasi antarsiswa.

Gangguan belajar memiliki banyak bentuk, berikut empat jenis gangguan belajar:

1. Disleksia

Disleksia adalah kesulitan membaca yang mengakibatkan anak sulit untuk menulis. Dilansir dari WebMD, disleksia juga dapat memengaruhi kemampuan membaca, mengeja, menulis dan berbicara.

Gangguan ini tidak ada hubungannya dengan kecerdasan karena merupakan gangguan neurobiologis.

2. Disgrafia

Menurut International Journal of Education and Research, Disgrafia adalah ketidakmampuan belajar yang memengaruhi kemampuan untuk menulis atau mengenali bentuk tulisan.

Gangguan ini juga tidak memengaruhi kecerdasan. Beberapa orang yang memiliki gangguan ini justru lebih pintar daripada orang yang tidak memiliki gangguan.

3. Diskalkulia

Menurut International Journal of Education and Research dengan judul yang berbeda, diskalkulia adalah gangguan pada kemampuan memecahkan permasalahan matematika yang biasanya terjadi akibat disfungsi otak.

Konsep matematika yang sulit dipahami terkadang merupakan konsep bilangan dasar. Anak dengan gangguan diskakulia harus ditangani dengan baik dan khusus.

Orang tua harus menaruh perhatian dengan membuat catatan pertumbuhan anak dan dibagikan kepada dokter dan guru. Diskakulia cenderung bisa dideteksi saat anak mulai beranjak dewasa.

4. Keterlambatan bicara

Dilansir dari Idai.or.id, keterlambatan bicara dapat disebabkan oleh gangguan pendengaran, gangguan pada otak, autisme, atau gangguan pada organ mulut yang menyebabkan anak sulit untuk menghafal kata-kata.

Ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai untuk mengenali keterlambatan bicara, yaitu pada usia 0-6 bulan waspadai jika anak tidak menoleh jika dipanggil namanya dari belakang atau tidak mengoceh dengan suku kata tunggal.

Kemudian pada usia 12 bulan, waspadai jika anak tidak menunjuk dengan jari dan ekspresi wajah kurang.

Usia 16 bulan, waspadai jika tidak ada kata yang berarti. Usia 24 bulan, waspadai jika tidak ada dua kalimat yang dapat dimengerti. Jika anak menunjukkan ciri-ciri di atas, berkonsultasilah dengan dokter anak.

Gangguan belajar dapat sembuh jika ada dukungan yang baik dari orang tua, sekolah, lingkungan dan bantuan dari dokter.

Walaupun mengalami gangguan belajar, seseorang masih bisa meraih prestasi sesuai bakat dan minatnya.

Baca juga artikel terkait GANGGUAN BELAJAR atau tulisan lainnya dari Irene Aprilya Meok

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Irene Aprilya Meok
Penulis: Irene Aprilya Meok
Editor: Yandri Daniel Damaledo

Artikel Terkait