Menuju konten utama

Kenaikan Pertalite Rp200 Dinilai Beratkan Masyarakat Kelas Bawah

Bhima Yudhistira mengatakan dampak kenaikan harga Pertalite berpengaruh ke peningkatan pengeluaran kelas menengah bawah.

Kenaikan Pertalite Rp200 Dinilai Beratkan Masyarakat Kelas Bawah
Papan harga Pertalite di SPBU Kramat, Jakarta Pusat, Selasa (29/8). tirto.id/Arimacs Wilander

tirto.id - Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite naik Rp200 per liter per 24 Maret 2018. Sebelumnya harga Pertalite Rp7.600 per liter, kemudian naik menjadi Rp7.800 per liter.

Menanggapi kenaikan itu, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Adiatma Sardjito yakin bahwa pelanggan Pertalite tidak akan beralih ke BBM jenis Premium.

Bagaimana komentar pelanggan yang menggunakan Pertalite?

Berbincang kepada Tirto, karyawan Perum Perumnas, Anjar Yuni (25) mengatakan sudah lama tidak menggunakan Premium sejak ada Pertalite.

"Kalau beralih ke Premium enggak ya, karena biasanya kalau enggak pakai Pertalite ya Pertamax," ujar Anjar pada Selasa (27/3/2018).

Menurut dia, kendaraan bermotor yang menggunakan Pertalite jauh lebih bagus dan ramah lingkungan. Sebab, oktan pada Pertalite lebih tinggi dibanding Premium.

"Walaupun harganya lebih mahal, tapi aku ngerasain lebih hemat pakai Pertalite dibanding Premium," kata Anjar.

Menurutnya, menggunakan Pertalite jauh lebih hemat, sebab ia cukup membeli Pertalite seharga Rp20 ribu untuk pulang pergi kerja selama seminggu.

Senada dengan Anjar, karyawan Bank Mandiri, Maulana (25), juga merasakan lebih hemat menggunakan Pertalite atau Pertamax ketimbang menggunakan Premium.

Biasanya untuk mengisi kapasitas tangki motornya 4 liter, ia mengeluarkan uang Rp32 hingga 35 ribu dan bisa bertahan selama seminggu. Sedangkan dengan bahan bakar Premium harga Rp25 ribu untuk 4 liter, hanya bisa digunakan selama 3 hari.

"Aku enggak bakal beralih ke Premium karena kasihan nanti mesin motorku," ucap Maulana.

Maulana menyatakan, nilai oktan Pertalite lebih tinggi ketimbang Premium, hal itu berpengaruh pada kinerja mesin motor karena pembakaran bahan bakarnya lebih baik. "Jika, dihitung di akhir jadinya lebih hemat dibanding Premium," terangnya.

Pengaruh Kenaikan Pertalite ke Masyarakat Menengah Bawah

Anjar mengatakan, kenaikan Pertalite memang tak berpengaruh kepada masyarakat menengah seperti dirinya, tetapi akan sangat dirasakan oleh Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

"Jujur ya ini kalau secara pribadi, kenaikan Rp200 per liter enggak memberatkan, cuma kalau melihat fenomena ini memberatkan buat kaum MBR, apalagi Pertalite kenaikannya udah 2 kali di tahun ini," terang Anjar.

Apalagi, kata Anjar, harga Pertalite di luar Jawa seperti Sumatera bisa jauh lebih mahal, di kisaran Rp8.000 per liter.

"Mengingat bahan bakar itu kebutuhan pokok, jadi kenaikan sedikit pasti kerasa banget buat MBR. Kalau warga kelas atas enggak ngaruh," katanya.

Pengaruh Kenaikan Pertalite Terhadap Inflasi

Pengamat Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira mengatakan dampak kenaikan harga Pertalite berpengaruh ke peningkatan pengeluaran kelas menengah bawah.

Kenaikan itu akan sangat berpengaruh juga ke inflasi pada Maret-April, khususnya di komponen administered price atau harga yang diatur pemerintah.

"Pemerintah harus bersiap menghadapi inflasi ganda menjelang Lebaran juga, yakni inflasi pangan akibat faktor seasonal [musiman] dan dari harga BBM terus disesuaikan dengan kenaikan harga minyak mentah dunia," terang Bhima kepada Tirto pada Senin (26/3/2018).

Ia memprediksikan, inflasi pada Maret dapat terkerek naik di kisaran 0,20 persen dan pada April meningkat lagi menjadi sebesar 0,23 persen. Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan inflasi pada Februari lalu sebesar 0,17 persen.

Baca juga artikel terkait BBM atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto